Bertengkar

31 7 4
                                    

"Hanya cinta yang patut dicintai, dan hanya permusuhan yang patut dimusuhi"

Nayra Malik
.
.
.
.
.

Bel berbunyi 4 kali, tanda waktu pulang sudah tiba. Gesya, Argio, dan Afan sudah sampai di gerbang sekolah. Menunggu Nayra yang belum keluar kelasnya.

Dari kejauhan terlihat gadis berkacamata membawa setumpukan buku yang lumayan banyak. Nayra baru keluar dari perpustakaan, meminjam buku pelajaran untuk sekedar dibaca dan dipelajarinya. Dilihatnya, Nayra seperti kewalahan membawa setumpuk buku yang begitu banyak dan tebal.

Afan dengan cepat menghampiri Nayra dan mengambil alih buku yang ada di tangan Nayra, membantu membawanya.

Ketika Nayra dan Afan akan menghampiri Gesya dan Argio. Terlihat disana sudah ada Via yang sedang berdebat dengan Gesya.

Cepat-cepat Nayra melangkah menghampiri mereka. Namun Afan tetap berjalan santai, ia sama sekali malas ikut campur masalah ini.

"Bakal ada drama lagi" ucap Afan dengan tatapan malas. Menurutnya, perdebatan yang terjadi diantara mereka sangatlah membuang-buang waktu.

"Gio anter aku pulang! Aku ngga suka kamu jalan terus bareng mereka. Semenjak kita pacaran kamu ngga pernah tuh jemput dan anter aku pulang sekolah" Ucap Via yang bergelayut dilengan Argio. Manja!

"Kak Via, tapi kami semua memang sudah terbiasa jalan. Tolong biarin Gio pulang bareng kami" Nayra yang baru datang langsung berbicara dengan tersenyum, supaya Via tidak marah.

Bukan Via jika senang ada yang mengganggunya. Ia langsung melepas lengan Argio dan beralih menatap Nayra dengan tatapan seperti macan kelaparan.

"Lo anak kecil yang ga perlu ikut campur! Hadirnya kalian berdua itu bikin hubungan gue sama Gio susah" Via berkata tanpa sedikitpun merasa bersalah. Manusia macam apa ini, seenak jidat bicara tanpa dipikirkan dulu.

"Sadar dong, sebelum lo ada kita semua udah sahabatan sama Gio. Kebanyakan pake bedak menor sih sampe lupa caranya pake otak!" ucap Gesya yang tak terima dengan perkataan Via. Ya ampun, Gesya kalau sudah marah ucapannya lebih pedas dari cabai satu kilo.

Plak! Nayra, Argio dan Afan pun kaget melihat apa yang mereka saksikan barusan. Saking kagetnya, buku yang ada ditangan Afan hampir saja jatuh.

Via menampar Gesya dengan keras. Tatapannya sengit, ia benar-benar tersinggung oleh ucapan Gesya. Ia adalah orang yang tidak suka dibantah. Setelah menampar, Via tanpa rasa berdosa sedikitpun, dengan santainya langsung pergi.

Gesya masih diam, kali ini ia benar-benar sakit. Bukan, bukan sakit karena ditampar Via. Tapi sakit karena Gio sama sekali tidak membela dirinya. Seperti ada yang menghujam hatinya, namun Gesya hanya bisa bungkam.

"Sakit?" Tanya Nayra sambil mengusap lembut pipi Gesya. Gesya mengangguk lemah, tentu saja tetap ada rasa sakit dipipi mulusnya.

Nayra memeluk Gesya lalu Nayra membisikkan sesuatu pada Gesya dan Gesya mengangguk. Entah apa yang dibisikkannya, yang jelas Gesya sudah tenang sekarang.

Lalu Nayra mengajak mereka semua pulang, supaya Gesya bisa beristirahat dengan cepat. Hari ini adalah hari paling buruk baginya.

Mereka berempat akhirnya berjalan pulang. Di perjalanan sangatlah hening, tak ada yang berbicara sepatah katapun. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Gio, ada teka-teki pulang sekolah?" Tanya Nayra dengan maksud mencairkan suasana, nada bicaranya sungguh pelan.

"Nggak ada, Nay. Cuman ada teka-teki goes to school buat penyemangat pagi aja" Alasan Gio, karena saat ini dia sedang kehabisan pertanyaan. Ia pun berusaha untuk bersikap lebih tenang.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang