Satrio 'Pergi' 2

11 2 0
                                    

"Kalau mau nangis jangan mendekat ke papa, karna tangan papa udah nggak bisa mengusap air mata mama"

___________________________

Sekolah lengang. Para murid sibuk menerima materi dari guru-guru. Nayra sedari tadi hanya memainkan bolpoinnya dan menatap buku catatannya yang penuh rumus-rumus. Matanya memanglah menatap buku, namun pikirannya melayang jauh. Ia terus saja memikirkan dimanakah Argio, dan mengapa ia tidak masuk sekolah beberapa hari.

Sementara di tempat lain, Argio sedang fokus menonton TV di kamar Afan sembari memakan camilan. Ia membiarkan kamar Afan berantakan, sama sekali tidak berniat untuk membereskannya.

Tok tok tok

Argio menghela nafas kesal. Mengambil sedikit camilan dan disimpan ditangan kirinya lalu bangkit dan melangkah untuk membukakan pintu.

"pagi-pagi udah ada tamu aja" ucapnya sembari memasukkan cemilan kedalam mulutnya.

Argio membuka pintu, berancang-ancang untuk mengomel pada tamu yang sudah mengganggunya pagi-pagi. Namun saat melihat sosok yang ada dihadapannya, Argio terdiam. Bahkan camilan yang ada ditangannya jatuh berhamburan di lantai. Mulutnya terbuka dan matanya menatap tidak percaya.

"Mama" gumam Argio.

Ana bertamu dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya. Ana tersenyum, senang karena akhirnya bertemu dengan putranya. Namun perlahan air matanya turun karena akan memberitahu sesuatu kepada Argio.

Argio maju mendekati Ana, mengusap air mata dipipi ibunya lalu memeluk Ana dengan erat. Semalam Afan bertanya apakah dirinya rindu kepada ibunya? Dan pelukan ini adalah jawaban bahwa ia sangat rindu kepada Ana.

Setelah mengecup kening Ana, Argio melepas pelukannya dan menatap ibunya.

"Mama tau dari siapa kalau Gio disini?" Tanya Argio yang memegang kedua pundak Ana.

Ana menunjuk dadanya.

"Dari hati mama?" Tanya Argio lagi.

Ana mengangguk.

Argio tersenyum, "Ma, ayo masuk" ajak Argio dengan menggandeng tangan Ana dan berbalik badan mengajaknya masuk.

Namun Ana menahan tangan Argio, membuat Argio membalikkan badannya lagi untuk menatap Ana.

"Ikut Mama" Mohon Ana pada anaknya.

Argio melepaskan tangan Ana yang digenggamnya lalu menggeleng, "Maaf, Ma. Gio nggak mau pulang"

"Ikut ke rumah sakit sekarang"

Argio membulatkan matanya, lalu ia memegang kening Ana dengan punggung tangannya. Memegangi pundak Ana dan memperhatikan kondisi ibunya.

"Mama sakit apa?" Tanya Argio dengan nada panik.

"Papamu" ucapan Ana membuat Argio menghentikan aktivitasnya yang sedang memegangi dan mengecek Ana.

"Papamu kecelakaan" timpal Ana.

***

Argio dan Ana telah sampai di rumah sakit, mereka berdua berlari ke ruangan dimana Satrio dirawat. Saat sampai di depan ruangannya, Argio berhenti dan menyuruh Ana masuk duluan. Ana mengangguk, membiarkan Argio tetap di luar.

Argio mengambil handphone disaku celananya. Tadi saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, Ana membawakan handphone Argio yang sengaja ditinggal oleh pemiliknya dirumah. Ia membuka kontak telepon dan mencari nama Afan. Argio ingin memberitahu bila dirinya di rumah sakit. Namun Argio menggeleng kuat, ia lupa bahwa Afan tidak pernah membawa handphonenya ke sekolah. Pasti handphone Afan berada di kost-annya.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang