Curiga

6 2 0
                                    

Pukul 10 pagi, Gesya sudah berdiri didepan rumah Argio dengan baju kasual yang membalut tubuhnya. Ia mengetuk pintu sembari memanggil sang pemilik rumah. Hening, tidak ada tanda-tanda ada orang di dalamnya.

"Jangan-jangan tu anak belom bangun" Gesya mengambil handphone miliknya lalu menelpon Argio.

Percobaan pertama gagal, Argio tidak menjawab teleponnya.

Percobaan kedua gagal.

Gesya mendengus, "Kalo sampe ketiga kalinya dia ngga angkat telpon gue, gue bakar mobil Gio!" Ujarnya sengit sembari melirik mobil yang bertengger manis di depan rumah Argio.

Dan... Argio tetap tidak menjawab telpon darinya. Muka Gesya terlihat pucat pasi mengingat katanya barusan. Tidak mungkin kan dia membakar mobil milik sahabatnya sendiri? Bisa-bisa dia dihempas dari bumi oleh Argio.

Cekrek

Kengerian itu segera hilang saat suara pintu terbuka lebar. Gesya tersenyum lega saat Argio membuka pintunya, namun hal yang menyebalkan adalah keadaan Argio yang masih berantakan menandakan ia baru saja bangun tidur.

"Lo boleh bakar mobil gue, asalkan lo ada di dalemnya" Ujar Argio dengan muka bantalnya. Kenapa tiba-tiba ucapannya seperti psikopat?

Gesya mengabaikan ucapan Argio, berpura-pura amnesia dengan ucapannya barusan dan langsung memasuki rumahnya. Dan tanpa rasa canggung, Gesya langsung saja masuk kamar Argio tanpa seizin si pemilik kamar tersebut. Argio menyusul Gesya.

Pemandangan yang sangat indah pemirsa. Baju berserakan di kasur, camilan berceceran di lantai, buku-buku seperti barang rongsokan di meja yang berdebu.

"Lo emang sama sekali nggak punya jiwa kerapian sedikitpun, Yo" komentar Gesya saat melihat seisi kamar sahabatnya.

Argio berjalan santai, membuka lemarinya dan mengambil baju yang akan ia kenakan.

"Wajar kali, namanya juga cowok"

"Otak lo yang nggak wajar, ini kamar atau gudang sih?" Cemooh Gesya.

"Daripada ngomel, mending bantu beresin" Perintah Argio.

Gesya tidak membantah, ia memungut beberapa baju milik Argio dan memasukkannya ke keranjang pakaian kotor. Sejurus kemudian ia telah kembali membawa sapu dan membersihkan camilan yang berserakan di lantai. Argio tidak tinggal diam, ia juga bersusah payah melipat selimutnya. Kerja bakti pun terjadi.

"Apaan nih?" Tanya Gesya sembari mengambil beberapa kertas yang ada di kotak sampah dekat meja belajar Argio.

Gesya membuka satu persatu, matanya melotot mengetahui isi kertas tersebut.

"Gila! Ini surat dari cewek-cewek yang naksir sama lo? Lo buang di kotak sampah? Sebanyak ini?"

Argio terkekeh mendengar pertanyaan beruntun dari sahabatnya dan mengiyakan semua pertanyaan Gesya. Setelah itu Gesya kembali memasukkannya kedalam kotak sampah dan melirik Argio sekilas.

"Lo menarik dari mananya sih?" Itu bukan pertanyaan, melainkan ledekan.

"Gue ganteng" jawab Argio cepat.

"Mereka belom tau aja sifat asli lo. Kalo tau pasti mereka mikir seribu kali buat suka sama lo"

"Eh iya, kok gue nggak liat tante Ana?"

"Kerja lah" Argio telah selesai melipat selimutnya lalu menjatuhkan diri ke kasur.

Gesya melempar baju yang ada di meja belajar Argio kepada pemiliknya, "Hari minggu, bego! Biasanya kan libur"

Sontak Argio melompat dari kasurnya, matanya membulat sempurna. "Ini hari minggu? Terus mama gue kemana?"

Gesya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Argio gusar mencari handphonenya.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang