Bye, Via

31 6 0
                                    

"Tinggalkan dengan ikhlas, dan pertahankan yang benar-benar pantas"

Afan Abyantara si tampan pendiam
.
.
.
.
.

Kring kring kring....
Kring kring kring.....

Alarm Argio selalu berbunyi setiap jam 6 pagi, tapi si pemiliknya masih enggan membuka matanya. Masih bersembunyi dibalik selimut tebalnya.

Kring kriing kriiiing

"Shit" Argio mengumpat, menyibak selimutnya lalu membanting alarmnya ke lantai hingga rusak. Apa susahnya hanya mematikan tombol alarm? Argio pasti mematikannya dengan membanting alarm tersebut, sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi.

🌬️🌬️🌬️


Nayra melirik jam tangannya, pukul 06:45. Sudah 15 menit dia menunggu Argio dan Afan, tapi keduanya tidak muncul juga. Ia tahu Afan pasti sedang menunggu Gio, pasti Gio yang kesiangan.

Nayra sudah benar-benar resah, ia takut sekali jika telat sampai sekolah. Maklum, murid pintar agaknya alergi dengan kasus telat masuk sekolah.
Nayra menengok ke kiri, melihat dua laki-laki berjalan seperti tergesa-gesa. Senyumnya mengembang, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.

"Lama?" Tanya Afan, ia tau Nayra sudah menunggu daritadi, terlihat dari wajahnya yang sudah mulai berkeringat.

"Gege mana?" Belum sempat menjawab pertanyaan Afan, Argio ikut-ikutan bertanya.

"Udah berangkat duluan, katanya ada PR yang harus dikerjakan" Jawab Nayra. Tadi pagi-pagi sekali ia sudah menghampiri Gesya tapi kata neneknya, Gesya sudah berangkat sekolah.

Mereka bertiga pun berjalan menuju sekolahnya. Hening, tak ada pembicaraan yang terlontar dari mulut mereka. Nayra tak menagih teka-teki dari Argio, ia tahu pikiran Argio mungkin masih kacau.

"Kalau ada sekolah yang isinya semua jenis hewan, hewan apa yang sering terlambat?" Argio melontarkan teka-teki kepada kedua sahabatnya ini. Mana mungkin ia melanggar tradisi setiap pagi.

Ternyata pikiran Nayra salah, teka-teki itu sudah rutinitas wajib. Ia tersenyum, langsung saja ia memikirkan jawabannya

"Ikan? Monyet? Kunyuk? Atau jerapah ya? Kan lehernya ketinggian"

Argio tertawa, Nayra tak pernah berhasil memecahkan teka-teki yang ia kasih. Selalu gagal, padahal itu teka-teki yang jawabannya tak pernah serius.

"Salah! Jawabannya adalah hewan kaki seribu. Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan. Haha telat deh" jawab Argio.

Nayra berhenti berjalan. Ia berpikir 'benar juga ya'. Afan yang kesal karena teka-teki itu, langsung menarik lengan Nayra. Mau saja gadia pintar ini dibodohi oleh tebakan Argio.

"Hewan gak punya akal, gak akan sekolah" ucap Afan sembari menarik Nayra dan berjalan lebih cepat.

Argio tertawa lagi, "jawaban teka-tekinya kan benar dan masuk akal. Ah Afan aja yang gak punya selera humor" Akhirnya ia lari menyusul Nayra dan Afan.

Hanya 10 menit, mereka sudah sampai disekolah. Tanpa sepatah katapun, ketiga sahabat ini langsung memasuki kelasnya masing-masing.

Ketika ingin memasuki kelasnya, Argio membelokkan kakinya dan menuju kelas sebelah, kelas Gesya. Ia berhenti didepan pintu kelas 12 IPS 2, mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok wanita yang sedang marah kepada dirinya.

Tatapannya berhenti pada seseorang yang sedang tidur dibangkunya, meletakkan kepalanya dimeja dan menjadikan tas sebagai bantalnya. Argio tahu, Gesya tak benar-benar berangkat pagi untuk mengerjakan PR, namun untuk menghindari dirinya.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang