Cowok ini jadi salah satu dari mereka bertiga yang punya sifat sabar. Makanya selain deket banget sama Galeon, Jeremy juga deket sama Arjun.
Karena Arjun tipe orang 'senggol-bacok' kecuali kalau lagi di deketnya Gebi. Lain cerita kalau itu.
Jeremy anak tunggal. Punya kakak tapi udah meninggal waktu masih kecil. Sebernarnya Jeremy juga punya adik. Tapi adiknya juga bernasib sama. Maka dari itu Jeremy sayang banget sama bunda dan ayah.
Ayah pernah cerita bunda putus harapan waktu tau adik Jeremy udah meninggal bahkan sebelum merasakan lahir di dunia. Secara nggak langsung Jeremy jadi anak kesayangan bunda.
Waktu udah masuk SMA, Jeremy mulai berontak seperti remaja pada umumnya. Anak cowok ini sering main ke warkop, ke warnet sampai malam, dan Jeremy mulai risih karena menurut dia, bunda terlalu memperhatikkan dia kayak anak cewek.
Selalu kayak gitu sampai dia ketemu sama anak lain di sekolah. Nggak sengaja waktu itu. Cewek itu ada di ruangan yang udah nggak terpakai. Tepatnya dulunya bekas aula, tapi sekarang udah beralih fungsi menjadi gudang.
Awal ketemu Jeremy kira dia penunggu aula yang sering diceritakan Echan. Ternyata dia anak IPS.
"Ngapain lo disitu?" Cewek itu kontan ngegas liat Jeremy yang ngintip dari balik pohon.
"Jadi tokek."
"Gaje bener ni anak."
"Lo juga ngapain disitu. Jangan-jangan bener ya, lo penunggu aula ini. Jangan gangguin gue ya, gue cuma cari angin aja beneran."
"Sembarangan anjrit!"
"EH YA AMPUN JANGAN MARAH! suer gue ngga mau ganggu. Tadi bercanda aja."
Cewek itu mengahampiri Jeremy dan ya Jeremy dapat hadiah sebuah cubitan mendarat di lengannya.
"Sakit euy?!"
"Wedhus!"
"Lo manusia?"
"..."
Jeremy meringis menggaruk kepalanya yang nggak gatal. Lalu cowok itu tersenyum canggung, "hehehe maap ya."
"Terserah lo deh." Cewek itu pergi meninggalkan Jeremy yang kini malah melongo.
"Echan ya anjir tuh anak. Awas aja?!" Jeremy menyumpah serapahi Echan. Tapi nggak sekarang ngebales perbuatan Echan. Di simpan dulu, ntar kalau udah kelewat kesel baru deh.
Sekarang dia terlalu lelah. Mau sendirian dulu buat satu jam kedepan.
Itu juga kebiasaan Jeremy. Cowok itu ada kalanya dia bisa ketemu banyak orang. Ada kalanya juga dia nggak bisa ketemu banyak orang.
Pulang sekolah Jeremy mampir ke warkop tempat biasa dia minum kopi. Pesen kopi hitam pakai gula dikit.
"Bang kopi kayak biasanya satu ya!"
"Kowe ki bocah klas 12 tapi jiwane bapak-bapak." (Kamu ini anak kelas 12 tapi jiwanya bapak-bapak)
"Ya nggak apa-apa kali bang,"
"Iyalah terserah. Ini kopinya. Eh tumben kamu pesen pake es."
"Panas nih. Gerah."
Abang cuma manggut-manggut, lalu menghilang ke dapur. Warkopnya pinggir jalan. Warkop kecil dan sederhana, tapi abang mengutamakan kebersihan jadinya warkop bersih banget.
Jeremy biasa memanggil si penjual kopi abang karena yang jual memang masih muda. Dan juga karena keseringan mampir di warkop, mereka jadi akrab.
Sore hampir maghrib Jeremy pulang karena bunda udah telepon terus menerus.
Cowok itu pulang jalan kaki melewati beberapa perumahan. Tepat di depan sebuah rumah besar yang selalu sepi, Jeremy melihat cewek yang tadi dia temui di gudang.
"Caca?!" Cewek itu diam saja ketika orang tuanya menggertaknya.
"Kalau Ayah tanya itu dijawab?!"
"AYAH URUSIN AJA ISTRI AYAH YANG BARU! LIAT KELAKUAN DIA. DIA UDAH NGEREBUT AYAH DARI BUNDA. SEKARANG AYAH NYALAHIN CACA KARENA ANAKNYA LONTE ITU???!!!"
Plakkkk...
Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Bukan dari ayahnya namun istri baru sang ayah.
"Kamu nggak punya sopan santun?! Anak saya nggak pernah melakukan hal seperti itu." Istri baru ayah tentu saja membela anaknya. "Mas liat kelakuan anakmu. Aku nggak mau tau, usir aja dia. Kirim aja ke rumah ibunya?!"
"Lo lonte juga gapunya sopan santun anjing. Lo pikir ngambil punya orang tanpa ijin sopan? Kalo lo mau ngomong pikir dulu. Jangan sampai anak lo jadi lonte juga gara-gara ibunya seorang lonte. Kasihan. Nggak usah ngusir gue, gue emang udah mau pergi dari sini."
"Caca!"
Caca mengabaikan panggilan ayahnya. Cewek itu segera mengemasi barang-barangnya. Dulu rumah ini pernah menjadi tempat paling indah. Dulu rumah ini udah jadi istana bagi Caca kecil.
Caca berhenti di bagian dapur. Tempat favorit bunda. Dulu bunda sering memasak, caca selalu bantu bunda walaupun akhirnya cuma buat berantakan dapur.
Semuanya udah tinggal kenangan sekarang. Karena ayah, lebih memilih istri barunya.
Caca segera melangkah keluar rumah. Meninggalkan tempat yang dulunya dia sebut istana. Sekarang malah mirip neraka karena kedatangan.. yah kalian taulah.
Jeremy nggak menduga, cewek yang sering dia lihat di sekolah berbeda dengan aslinya. Jujur saja, diam-diam Jeremy mengikuti cewek itu beberapa hari ini.
Cewek itu duduk di depan ruko yang sudah tutup. Hari ini udah hampir maghrib. Jelas di kedua mata cewek itu, dia sedang menahan tangisnya mati-matian.
"Nih minum." Jeremy memberikan sebotol air mineral dingin yang dia beli.
Cewek itu cuma memandangi botolnya.
"Ck, disuruh minum aja susah lo." Jeremy membuka tutup botol air mineralnya. Tangannya terulur meraih tangan cewek itu.
"Nih pegang."
Cewek itu cuma menghembuskan nafasnya. Perlahan dia minum. "Kenapa lo tau gue disini."
"Gue ngikutin lo."
"Hah???"
"Nggak sengaja sih sebenernya. Tapi yaudahlah ada baiknya kan gue ngikutin lo."
"Baiknya dimana anjrit."
"Muka lo merah semua karena habis nangis. Kalo gue disini lo nggak akan keliatan ngenes."
"Dih. Kayak lo ganteng aja."
"Lah gue memang ganteng."
6 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream
FanfictionAfter Evanescent [ON GOING] Berharap agar seorang yang menyandang nama Nanda Natanagara datang kembali. "Yupi gue heh bang Nanda?! BALIKIN YUPI GUE!!" Start : 15 Januari 2021