20. April. 2042
HOSH! HOSH!
Sekuat tenaga ia menahan suaranya agar tidak berteriak. Rasa takut, panik, dan bingung menjalar di setiap jengkal tubuhnya. Rasa itu memaksa kakinya untuk terus berlari ke depan tanpa memedulikan apapun. Batin dan akalnya juga berkata demikian. Namun, apalah daya, napasnya berkata lain.
Ia segera berhenti sebelum napasnya benar-benar habis. Dengan terengah-engah, ia memberanikan diri untuk menoleh ke arah belakang. Dan, tak ada siapapun disana.
'Sepertinya sudah cukup jauh,' pikirnya.
Ia segera mengatur napas dan kemudian melanjutkan berjalan menjauhi tempat itu. Jalanan yang dia lewati ini entah kenapa sangat sepi. Lampu jalan yang berjejer di sepanjang jalan ini benar-benar tak berguna, hampir semuanya sudah mati dan hanya ada beberapa yang masih hidup, itu pun berkedip-kedip.
Ia tiba-tiba berhenti. Matanya meneliti setiap sudut jalan kecil ini. Daritadi ia hanya fokus berlari dan saat ini ia tidak sadar sedang berada dimana. Jalanan ini sangat asing baginya. Ia juga tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya.
Sambil berjalan, ia mengamati sekitar. Mencari apakah ada seseorang yang bisa dimintai pertolongan. Namun hasilnya nihil. Ia hanya melihat bekas bangunan tak terpakai atau bangunan yang sudah mau roboh.
To-..long arghhh
Jangan berisik. Tak ada yang bisa mendengarmu juga.
J-jangan sakiti a-aku, k-kumohon..
Aku bilang, diam.
CRAK! KRAKK!
"Uhh," ia memegang kepalanya yang seketika terasa sakit. Ingatan tentang kejadian yang tadi ia lihat itu tiba-tiba berputar di kepalanya. Ia juga teringat, pria dengan hoodie hitam itu menghantam kepala korbannya menggunakan palu. Entah bagaimana ia bisa melihat hal semengerikan itu.
Sambil memegang kepalanya, ia terus berjalan ke depan dan sesekali berbelok ngawur, berharap menemukan jalan yang menuju jalan raya. Sampai di sebuah belokan, matanya menangkap sesosok bayangan yang berada tidak jauh darinya. Sang pemilik bayangan pun akhirnya muncul dan terlihat seperti mencari sesuatu.
Ia tercekat. Matanya terbelalak. Ia segera mencari tempat terdekat untuk bersembunyi sebelum seseorang itu menengok. Jantungnya berdegup sangat cepat. Keringat dingin di sekujur tubuhnya pun mengucur dengan derasnya ketika ia menyadari bahwa seseorang di dekatnya itu memakai hoodie berwarna hitam.
Ia melihat pembunuh itu ada di dekatnya.
Bagaimana mungkin? Aku sudah berlari cukup lama. Tidak mungkin dia ada di hadapanku sekarang! Batinnya.
Ia kemudian memandang lekat-lekat dan memerhatikan lagi tempat ini.
Betapa terkejutnya ia ketika sadar bahwa ini adalah tempat pembunuh itu melakukan aksinya. Ini tempat yang sama dengan tempat yang ia tinggalkan dengan berlari selama 10 menit penuh tadi. Ingin sekali ia menjerit. Hatinya sudah tak karuan ketika menyadari bahwa...
Daritadi ia hanya berputar-putar di jalan ini.
Kenapa ini bisa terjadi? Aku hanya ingin membantu teman-temanku.. Harusnya aku tidak kesini.. Harusnya aku tidak ikut campur dengan masalah begini..
Ini.. ini semua terjadi karena hari itu!
Pikiran gadis ini melayang kemana-mana. Sambil menahan napas dan membekap mulutnya sendiri, ia terus menyesali keputusannya. Keputusan yang dia ambil waktu itu. Siapa sangka keputusannya untuk menyelidiki kematian seseorang, akan membawanya pada mautnya sendiri?
Ia terus berharap agar pria berhoodie itu tidak menyadari keberadaannya. Namun, sang gadis mendengar langkah pria tersebut berjalan mendekatinya perlahan.
Perlahan, tapi pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUISE
Misterio / SuspensoBagaimana jika ternyata orang yang paling kau percaya selama ini memiliki kepribadian yang 180° berbeda dari yang biasa kau lihat. "Tidak semua orang dapat dipercaya, mereka memakai topeng"