Part 4

12.4K 677 38
                                        

"Hari gini masih ngarep pangeran berkuda aja Fay, direktur muda kek," sahut Rara dengan tawanya.

"Gue juga udah mau married Fay, lo tu cepetan cari jodoh," lanjutnya, sambil memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

Aku terpaku, ternyata Rara juga sudah memiliki pendamping. Ini kenyataan yang membahagiakan. Tidak heran, diusia kami, memang seharusnya sudah memiliki pasangan.

Pelayan datang membawa pesanan kami, menyelamatkanku dari pembahasan jodoh dan perasaan menyakitkan ini.

Perutku bersorak ria melihat nasi goreng dihadapanku yang menggugah selera. Akh.. Rara masih mengingat jelas makanan kesukaanku, apa pria dihadapanku ini juga mengingatnya, namun aku segera mengenyahkan fikiran itu, bagaimna bisa? Fikiran seperti ini masih hinggap dikepalaku.

Aku sedikit melirik pria itu, tidak berubah. Sejak dulu dia tidak bisa makan sembarangan.Ayam teriaki dan sayur rebus salah satu makanan kesukaannya. Aku masih bisa mengingat dengan jelas.

"Besok lo ada waktu kosong nggak Fay, kira-kira pulang kerja jam berapa?" tanya Rara memecah lamunanku.

"Malam. Gue lembur kayaknya." Aku ingat bos gila itu menyuruhku lembur selama satu minggu.

Rara memasukan potongan sayur kedalam mulutnya, dan kemudian menatapku dengan wajah cemberut.

"Kenapa?" tanyaku setelah menelan nasi goreng lezat ini.

"Gue besok kosong seharian, pingin ngajak lo jalan," katanya dengan puppe eyesnya.

Aku tersenyum, sebenarnya itu ide yang sangat bagus, namun aku tidak ingin kehilangan karierku yang tidak semulus perosotan anak TK ini.

"Lain kali aja deh Ra, gue besok sepertinya lembur."

"Rajin banget lo sekarang, beda banget sama dulu."

Aku tertawa getir, karena keadaan Ra, coba ada yang bersedia menjamin hidupku, pasti waktuku lebih banyak aku gunakan untuk hibernasi.

"Lo sekarang tinggal di apartemen edelweis ya?" tanya Rara.

Aku mengangguk, masih menyuapkan nasi goreng ke mulutku.

"Jauh banget dong, dari kantor lo bekerja?"

Benar, jauh banget. Makanya aku sering telat dan menjadi santapan kemarahan si botak.

"Nggak ada niatan buat pindah?"

"Ada, tapi belum menemukan tempat yang cocok."

Rara menatapku, seperti memikirkan sesuatu,"Gimana kalau lo tinggal dirumah Revan aja? Posisinya strategis deket banget sama kantor lo. Tenang disitu ada gue dan sepupunya Revan. Bolehkan Van? Hitung-hitung buat nemenin sepupu lo Van."

Sumpah, ini tawaran tergila yang pernah aku dengar. Tinggal dirumah mantan, itu tidak akan pernah terjadi.

Revan menatap Rara sekilas,"Boleh aja, kalau dia mau," katanya datar kemudian beranjak dari duduknya.

"Kalian terusin aja makan siangnya, aku duluan, sepuluh menit lagi ada visite."

Sepeninggal Revan, aku menatap tajam gadis yang duduk disebelahku ini.

Bring My Heart (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang