Ch 22

6K 476 140
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru sempet nerusin karena keyboard laptop rusak dipukul-pukul sama ponakan dan pas beli keyboard USB di syopi malah gak enak tombolnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru sempet nerusin karena keyboard laptop rusak dipukul-pukul sama ponakan dan pas beli keyboard USB di syopi malah gak enak tombolnya. So, aku beli lagi ke toko komputer di kotaku.  Ya ampun...ribet bngt emang punya laptop tua. Dipukul bayi 1 tahun langsung error keyboardnya.


Maaf kalau banyak typo. Komen saja kalau ada kesalahan.  Silakan vote dan komen setelah baca!


HAPPY READING!
.
.
.

Xiao Zhan sengaja menghentikan langkahnya sebelum masuk ruang IGD –tempat Harry masih dirawat –ia harus menghapus air matanya agar anak itu tidak curiga tentang apa yang terjadi hingga membuatnya menangis.

Bayangan mengenai Yibo tadi memeluk Elizabeth masih terlihat jelas, membuat hatinya pedih dan merasa dikhianati. Dirinya juga sediki takut bahwa kemungkinan besar sang kekasih akan kembali rujuk dengan mantan isterinya itu.

"Apakah mataku terlihat sembab?" pria 30 tahun itu mengambil ponselnya untuk melihat pantulan wajahnya, apakah bekas air matanya terlihat jelas.

"Ah, sepertinya tidak." Ia lalu mengantongi kembali ponselnya dan memaksakan diri tersenyum. Tapi terlihat bahwa anak kekasihnya itu tertidur nyenyak.

"Tuan, anak Anda tadi langsung tertidur begitu Anda keluar."

Wanita yang tadi ia mintai tolong, menghampiri dan berkata dengan ramah.

"Ah, begitu. Terimakasih atas bantuannya, maaf merepotkan." Ia sdikit menundukkan tubuhnya dan dibalas senyuman oleh wanita itu.

"Kalau begitu, saya kembali ke tempat ibu saya."

Xiao Zhan hanya mengangguk dan tersenyum. Sepeninggal wanita tersebut, ia berjalan menuju ranjang Harry. Entah apa yang kini dia rasakan, ia sendiri juga tidak tahu sama sekali. Tangan putih itu terangkat untuk mengusap rambut kecoklatan bocah 10 tahun yang sedang tertidur.      

Ia juga tidak akan sanggup bila harus berpisah dengan Harry. Dia sudah sangat menyayanginya esperti anak sendiri. Tapi mengingat kejadian tadi, Xiao Zhan takut berharap lebih untuk bisa terus bersama Yibo dan juga Harry.

Lamunan pria 30 tahun itu segera tersadar, saat seorang dokter memasuki ruang IGD dan mendekatinya. Ternyata hanya melepas selang oksigen dan juga mengabari kalau Harry sudah bisa pulang.

Xiao Zhan tersenyum mendengarnya dan membungkuk sedikit setelah dokter itu berpamitan untuk melihat pasien lain di ruangan tersebut.

"Harry...."

Ia mencoba membangunkan bocah 10 tahun itu, tapi sepertinya Harry terlalu pulas tidurnya sampai tidak terusik saat dirinya membelai kepalanya beberapa kali.
Hingga pada akhirnya, Yibo dan Elizabeth datang dan Xiao Zhan diam, tidak berkutik ketika wanita berambut pirang itu menyeruak ke sisi Harry hingga membuatnya harus mundur.

"Zhan, Harry sudah bisa pulang?" Tanya Yibo setelah melihat sudah tidak ada lagi oksigen untuk membantu pernapasan anaknya.

"Ya." Hanya jawaban singkat dan Xiao Zhan ingin keluar saja saat Elizabeth berkata sesuatu dengan bahasa Inggris pada Yibo, dan itu terdengar sangat akrab.

Benarkah mereka sudah baikan? Atau Yibo telah terpengaruh oleh Eizabeth hingga mampu bersikap biasa lagi dengan mantan isterinya?

Sungguh ada banyak pertanyaan yang ada di kepala Xiao Zhan saat ini hingga dirinya merasa stres bila terus memikirkannya.


******

Xiao Zhan kaget, saat ia keluar dari kamar Harry, Yibo sudah berdiri di depan pintu kamar anaknya itu dengan wajah datarnya.

"Kau mengagetkanku."

Bukannya menjelaskan maksudnya berdiri seperti di depan  kamar anaknya, ayah 29 tahun tersebut malah mengikuti Xiao Zhan menuju ruang Laundry.

Merasa risih diikuti seperti itu, akhirnya pria manis tersebut membalikkan tubuh dan bertanya pada Yibo dengan nada jengkel.

"Kenapa kau mengikutiku?"

Pria dengan setelah kaos dan celana pendek itu beulm menjawab, ia malah menggaruk belakang kepalanya dengan wajah bingung.

"Ada yang ingin kau bicarakan denganku?"

Mengingat sepulang dari rumah sakit, Yibo belum mengatakan apapun yang menyinggung pembicaraannya dengan Elizabeth, mungkin kini dia mau bercerita setelah Harry tertidur.

Tapi justru momen ini membuat pria manis itu takut akan hal yang akan Yibo katakan kepadanya. Bagaimana kalau Yibo ingin pisah dan seperti dugaannya, bahwa mereka akan rujuk?

Bila itu terjadi, Xiao Zhan akan benar-benar menangisi kebodohannya karena telah menyerahkan seluruh cinanya pada Yibo, dan kini mau berpisah begitu saja?

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tapi aku takut akan reaksimu."

Yibo menunduk sembari menghela napas keras, tapi ia tidak melihat kalau pandangan Xiao Zhan sudah nanar dengan pikiran kosong.

"Kenapa takut? Bukankah kau belum bercerita?"

Sial, batin Xiao Zhan. Suaranya  mulai bergetar karena  pikiran negatifnya telah menguasai hati hingga membuatnya sangat sesak. Memikirkan apa yang telah ia takutkan benar-benar jadi nyata, membuat pria manis tersebut berharap ini mimpi saja.

Termasuk pelukan Yibo dengan Elizabeth, ia berharap, itu juga mimpi.

"Zhan, kau menangis?"

Yibo hendak menyentuh pipi sang kekasih, tapi malah Xiao Zhan mundur hingga kakinya sedikit menabrak mesin cuci di belakangnya.

"Hei, aku tidak akan mengatakan hal buruk."

"Bohong." Desis pria 30 tahun itu, ia sungguh marah kali ini melihat Yibo yang sepertinya tidak bersalah setelah apa dilihatnya tadi siang.

"Yaaa..." Yibo menggantungkan ucapannya sambil memikirkan kata-kata paling tepat untuk diucapkan, "...ya, sedikit buruk, sih."

Xiao Zhan berdecak keras, ia menolehkan kepalanya ke samping saat air matanya telah turun. "Tadi aku melihatmu berpelukan dengan mantan isterimu."

"What?!"

"Kau mau mengatakan, kalau mau rujuk dengannya, iya?"

Meski nada suaranya tidak meninggi, tapi Yibo langsung merasa khawatir saat kekasihnya itu terus mengeluarkan air mata dengan perkataan yang sungguh ambigu.

Rujuk? Yang benar saja!

Yibo tidak pernah berpikiran seperti itu. Elizabeth adalah masa lalunya dan pria yang ada  di depannya ini merupakan masa depan yang sekarang sedang mereka jalani.

"Aku tidak rujuk dengan Elizabeth."

"Tapi kau memeluknya..." Xiao Zhan hanya berkata dengan nada lirih. Air matanya telah kering karena sempat ia usap sebelum benar-benar turun.

"Ya. Aku memeluknya."

Pria 30 tahun itu menahan napas begitu kekasihnya tidak menyangkal atas tuduhannya tadi. Jadi apa maksudnya semua ini?

Kali ini, Xiao Zhan merasa takut bahwa apa yang dulu dipikirkan terjadi. Waktu dirinya belum menerima Yibo, sempat berpikir untuk menolaknya saja karena pria di depannya ini seorang pria straight -bukan seperti dirinya.

Namun, semuanyua terlambat. Yibo benar-benar hanya memberikan cinta sesaat padanya.

"Aku memeluknya karena iba dengan Elizabeth." Yibo meneruskan ucapannya dan beranikan diri memandang langsung ke mata sang kekasih.

Dengan berani, ia akhirnya memegang kedua bahu sempit pria itu untuk menatapnya.

"Iba?"

Yibo mengangguk. Bukannya menjawab, ia akhirnya menarik pelan lengan kurus itu untuk menuju ke kamar mereka.

"Duduklah."

Di kamar Yibo memang ada dua buah kursi dan meja. Pria 29 tahun itu mendudukkan Xiao Zhan ke kursi dan dia menarik satunya lagi untuk bisa duduk berhadapan dengan kekasihnya itu.

"Dengar, Zhan. Aku tidak berniat rujuk dengannya, sungguh."

Masih dengan bola matanya yang merah dan sembab, Pria bermarga Xiao itu menatap kekasih untuk meyakinkan diri bahwa apa yang dikatannya tadi, bukanlah kebohongan.

"Elizabeth tadi siang bercerita kalau..." Yibo menggantung kalimatnya. Ayah muda itu mengambil telapak tangan kekasih dan menggenggamnya erat, "janji tidak terkejut?"

Apa? Yibo ingin mengatakan apa? Sungguh dirinya dibuat penasaran karena pria di depannya ini tidak bisa langsung ke inti ceritanya.

"Ya." Mau tidak mau, Xiao Zhan me-iya-kan karena dirinya sudah sangat penasaran dengan lanjutan ceritanya.

"Elizabeth ternyata baru melahirkan bayi perempuan dua bulan lalu," Yibo sedikit ragu untuk melanjutkan, tapi ia langsung mengatakannya, "...dan anak itu adalah putriku."

"Apa?" tiba-tiba jantung Xiao Zhan berdetak cepat atas apa yang diungkapkan Yibo tadi.

Seorang putri? Bagaimana bisa mereka memiliki anak sedangkan sudah pisah selama 11 bulan?

Bukankah sebelum perpisahan itu, Yibo juga mengatakan dua bulan tidaak lagi serumah dengan Elizabeth?

Dia langsung lemas, tidak bisa menanggapi apapun dari ucapan Yibo. Ia terlalu bingung dan banyak pertanyaan yang berputar di otaknya.

"Putrimu...?" Hanya itu yang bisa ia katakan karena tidak tahu harus bagaimana dirinya ini.

"Aku juga sempat kaget dan tidak percaya. Bisa saja Elizabeth berbohong, tapi dia membawa semua buktinya."

Mendapati kekasihnya hanya diam dan memandang kosong, Yibo memegang bahunya lagi.

"Zhan, jangan khawatir. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku memang memiliki anak lagi dengannya, tapi sungguh, itu terjadi tanpa aku sadari."

"Lalu, bagaimana? Kenapa Elizabeth ke sini dan mengancamku... mengancammu juga. Dan berakhir kau malah iba dengannya?"

Tidak.

Dirinya tidak egois. Sudah semestinya dirinya marah dengan Yibo. Mereka sepasang kekasih. Dia marah karena Yibo memeluk isterinya. Tapi dirinya juga kecewa mengetahui sebelum bercerai, ternyata mereka sempat berhubungan hingga menghasilkan anak lagi tanpa diketahui.

Xiao Zhan sekarang seperti orang bodoh. Bingung dan tidak bisa menerima fakta ini. Berbeda dengan Harry, dia anak yang sudah ada jauh sebelum dirinya dan Yibo berkencan.

Tapi ini?

Dia mendengar kabar kekasihnya punya anak lagi dengan mantan isterinya yang status cerainya telah sah di mata hukum?

Tanpa sadar, Xiao Zhan mendengkus tertawa dan menangkupkan wajahnya dengan frustasi. Dia lelah, sungguh lelah. Kenapa kisah cintanya tidak pernah berjalan mulus.

Apa karena dia Gay hingga Tuhan selalu mengutuknya?

"Zhan, jangan seperti ini. Percayalah. Aku juga tidak tahu bahwa hubungan terakhir dengan wanita itu bisa seperti ini." Yibo bersimpuh di bawah kaki Xiao Zhan dan kembali mengambil tangannya untuk ia genggam.

"Aku bersumpah bahwa waktu itu kita sama-sama mabuk karena merayakan ulang tahun neneknya Lizbeth. Setelah itu... argghhh! Percayalah Zhan. Aku tidak akan meninggalkanmu." Yibo terus meyakinkan kekasihnya. Ia juga bingung di posisi ini.

Bagaimana tidak bingung. Dia kira mantan isterinya memutuskan hubungan hanya karena membencinya dan juga Harry. Ternyata dia hamil dan menyembunyikan ini darinya.

Setelah 11 bulan lamanya, barulah mengatakan sebenarnya. Bagaimana dia tidak iba? Anak yang dilahirkan adalah darah dagingnya sendiri dan Elizabeth melaluinya sendiri karena tidak berani pulang ke rumah keluarganya.

"Lalu, bagaimana nasib putrimu itu? Dia ke sini ingin meminta pertanggung jawabanmu, bukan?"

Mendengar itu, Yibo melepaskan tangan Xiao Zhan dan membiarkan dirinya untuk duduk di lantai. Ia terduduk lemas dan menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap kekasihnya secara langsung.

"Karena bayi ini sudah ada waktu aku dan Elizabeth masih dalam pernikahan, aktanya harus mencantumkan namaku."

Xiao Zhan sungguh tidak ingin dengar apa yang akan dikatakan Yibo setelah ini.

"Jadi aku harus ke Amerika untuk mengurus catatan sipil bayi itu karena butuh perwalianku. Sudah dua bulan dilahirkan, tapi belum didaftarkan ke kantor sipil karena aku sebagai ayahnya tidak ada."

Pria manis itu menutup kedua matanya. Memang, Elizabeth tidak salah bila meminta Yibo ke Amerika. Itu demi keperluan bayi mereka yang sudah dua bulan dilahirkan. Dirinya juga akan sangat egois apabila tidak mengijinkan Yibo ke negeri Paman Sam hanya karena rasa cemburunya terhadap Elizabeth.

"Jadi..." Yibo kembali memegang tangan Xiao Zhan dengan posisi masih bersimpuh di lantai. Ia benar-benar tidak enak hati untuk mengatakan ini pada kekasihnya. "...aku meminta ijinmu untuk ke Amerika selama satu Minggu. Dan membawa Harry juga."

"Aku sekarang seperti orang luar saja. Bukan, begitu?" akan sangat cengeng jika dirinya menangis. Tapi sungguh rasa sesak di dadanya tidak bisa ditahan. Tapi air mata yang nanti keluar juga sia-sia.

Yibo menggeleng cepat untuk menjawab pertanyaan Xiao Zhan tadi. Ia juga berat mengatakan ini. Namun, bila terus tutup mulut, pria yang ia cintai ini justru tersakiti lebih dalam. Karena memang sebelumnya Yibo berjanji pada Xiao Zhan untuk terus berkata jujur.

"Tidak Zhan..." Yibo terus meyakinkan agar Xiao Zhan tenang meski dirinya juga sama gugupnya, "kau tetap orang yang kucintai saat ini. Kau juga seorang Mama bagi Harry. Tapi memang kita berdua harus ke sana. Keluarganya Elizabeth ingin bertemu denganku dan Harry."

"Aku akan tidur di café saat kalian di Amerika."

"Apa?"

Bukannya dijawab, Xiao Zhan malah berdiri dan mengambil tasnya untuk membungkus beberapa bajunya di lemari mereka.

"Zhan...Zhan... tidak seperti itu. Hei –"

"Aku tidak akan kerasan menguasai apartemen ini sendirian saat kalian berdua tidak ada. Jadi biarkan selama kau dan Harry ada di Amerika, aku tidur di café."

"Tunggu...tunggu..." Yibo tetap menahan tangan kekasihnya untuk tidak memasukkan baju ke tas besar itu. Tapi berulang kali Xiao Zhan menampiknya dan terakhir ia sampai jatuh ke lantai.

Dengan tenaga tersisa, Yibo kembali menahan tangan Xiao Zhan dan berhasil melemparkan pria itu ke ranjang.

"AKU BILANG BERHENTI YA BERHENTI! APA KAU TIDAK DENGAR?!"

Ayah muda itu sudah lelah memikirkan masalah ini seharian. Di mana Elizabeth yang butuh dukungannya untuk menghadapi keluarga wanita itu di Amerika. Memikirkan bagaimana cara menjelaskannya pada Xiao Zhan.

Tapi reaksinya sungguh diluar kendalinya. Kekasihnya itu marah. Tentu saja. Mana ada kekasih diam saja mengetahui pasangannya baru memiliki anak lagi dan itu dengan mantan isterinya. Yibo wajar bila Xiao Zhan marah.

Tapi kini pikirannya sedang runyam dan dia ingin kerjasamanya dengan Xiao Zhan. Tapi pria itu mencoba pergi selama dirinya berada di Amerika.

"Kau...marah padaku?" Tanya Xiao Zhan tidak percaya dengan memandang Yibo nanar.

"M-maaf. Tadi aku tidak bermaksud –"

"Harusnya aku yang marah, Yibo. Beberapa hari ini terus memikirkan Harry yang dibawa mantan isterimu. Ketika ketemu, dia sakit dan membuatku panik. Dan kini..." Xiao Zhan sudah menahan tangisnya terlalu lama, hingga tanpa sadar air matanya telah turun sendiri.

"....kini kau mengatakan punya anak lagi dengan wanita itu dan akan pergi ke Amerika. Kau kira bagaimana perasaanku sebagai kekasihmu, Yibo? Hah?" Lanjut Xiao Zhan sambil menyeka bulir air matanya. Ia sangat malu bila harus menangis di depan Yibo saat ini.

"Tapi tidak dengan pergi dari sini. Bisakah kau menunggu kami di apartemen ini? Kami janji, ketika urusan selesai, aku dan Harry langsung pulang."

"Lalu putrimu? Kau tinggalkan begitu saja di sana, bersama Elizabeth yang tidak kau percayai merawat Harry sekalipun?"

Yibo diam. Dia tidak memikirkan ini lebih jauh lagi. Dia hanya merencanakan waktu seminggu untuk mengurus catatan sipil putrinya dan jika selesai, langsung pulang. Tapi ia teringat lagi bahwa Elizabeth memintanya menemui mantan mertuanya itu.

"Kau diam, kan? Itu karena kau belum tahu apa yang terjadi nanti di Amerika sana."

"Tapi aku tidak ingin kau tidur di café. Di sana terlalu sempit dan dingin, Zhan. Tolonglah."

Mengingat apartemen Xiao Zhan yang dulu sudah habis masa sewanya, selain tempat Yibo, ia tidak ada rumah lagi untuk ditinggali selain harus pulang ke kampung halamannya di Chongqing.

"Aku tidak ingin berpikir berlebihan selama berada di sini sendiri, Yibo."

Kemudian mereka diam dan saling memandang. Kedua mata ayah muda itu sudah sedikit berkaca-kaca karena emosi yang ia tahan.

"Apa kini kau menyesal telah berkencan denganku?"

Sejenak, Xiao Zhan mengehela napas dengan susah payah. Dia tidak menjawab dan kembali mengambil beberapa pakaian dari dalam lemari.

"Kau tidak menjawab, berarti benar kau menyesal berhubungan denganku."

Pria itu menuju ke ranjang untuk melipat pakaiannya dengan keadaan wajah sudah basah dengan air mata.

Dia kembali menangis.

Jujur, bukannya dia tidak ingin menjawab ucapan Yibo. Dia sama sekali tidak menyesal telah bersama Yibo. Untuk apa menyesal? Dia justru kembali kecewa karena pria yang lebih muda darinya itu malah justru mencurigai kesetiaannya.

"Kau tidak bisa memaafkanku atas fakta ini? Bukankah kau menerima Harry? Bisakah kau menerimaku setelah tahu aku memiliki anak lagi?"

"Bisakah kita berhenti berdebat? Aku lelah, Yibo. Ingin istirahat."

Ternyata pria manis itu telah selesai memasukkan bajunya ke dalam tas dan berjalan untuk menaruh kembali tas tersebut ke dalam lemari.

"Kau tidak bisa pergi. Harry akan sedih mengetahui kita bertengkar seperti ini."

"Aku akan pergi setelah kalian berangkat ke Amerika." Xiao Zhan menghapus air matanya dan menarik napasnya sedalam mungkin.

"Kau mau ke mana?" Tanya Yibo karena pria manis itu tadi katanya ingin tidur, bukanlah langsung membaringkan saja tubuhnya ke ranjang? Kenapa justru keluar kamar?

"Aku akan tidur di kamar Harry." Sebelum menutup pintu itu, Xiao Zhan menoleh ke belakang untuk menoleh pada sang kekasih, "selamat atas kelahiran putrimu. Aku ikut senang."

Setelah itu, pintu tertutup.

Senang? Kalau senang mereka tidak akan bertengkar seperti ini! Sepeninggal Xiao Zhan, Yibo menangkupkan wajahnya dengan kedua tangan dan berteriak dengan suara teredam. Kenapa dia tidak bisa barang sejenak hidup bahagia dengan Xiao Zhan? Mereka baru menjalin hubungan seumur jagung, tapi kenapa ada banyak sekali masalah yang telah mereka lalui?



Sementara itu, Xiao Zhan yang sekarang terbaring di samping Harry, tidur dengan membelakangi anak tersebut dan kembali menangis. Ia juga bingung, kenapa dirinya harus secengeng ini.

Yibo tidak selingkuh atau apa. Dia hanya secara kebetulan memiliki anak lagi dengan mantan isterinya. Tapi kenapa hatinya sangat sakit dan marah dengan Yibo?

Apakah ini bentuk penolakannya pada anak tersebut?

Tidak mungkin...

Anak itu tidak salah apapun....dia lahir juga bukan dari kesalahan orang tuanya. Ayolah, 11 bulan lalu dirinya bukan siapa-siapanya Yibo. Kenapa dirinya harus marah dengan fakta ini?

Ia lalu menoleh pada Harry yang masih tertidur pulas. Dengan pelan, ia belai pipi gempal bocah yang beberapa hari lagi genap 11 tahun.

"Harry...kenapa Mama seperti ini? Apakah Mama egois dengan menginginkan Papamu seutuhnya tanpa ada ibumu sebagai pengganggu?"

Tentu saja Harry tidak akan menjawab. Suaranya juga pelan seperti bisikan, Harry tidak akan mendengarnya. Kini yang ia lakukan hanya menahan suara tangisnya tidak terdengar dan memeluk anak sang kekasih.

"Maafkan Mama, Harry..."



Tbc


A/N : akhirnya scene yang sudah kubayangkan sejak awal bikin cerita ini, terealisasikan juga. Batewe, aku bikin ini itu terinspirasi dari sebuah kasus perceraian di pengadilan tempatku magang dulu. Jadi si isteri baru tahu hamil saat sudah sah cerai. Pas lahir, si mantan suami gak percaya kalau itu anaknya. Dia kira itu anak mantan isteri dan selingkuhannya. Karena isterinya selingkuh dulu.

Ohoo... ribet banget deh kasusnya. Aku baca kasusnya aja juga gedeg ih. Kasian si mantan isteri perjuangin pengakuan anaknya itu Huhuhu TAT

Penasaran sama next lanjutannya? Mungkin akan kubikin side story Yibo-Elizabeth yang ada di taman rumah sakit. Tapi nanti-nanti kalau ini ramai. So... jangan lupa untuk vote dan komen.


Akhir kata,
Arigatchu~ :*
                                                        

FEEL SO FINE [YiZhan Story] ENDING ON PDFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang