"Menahan ego sekuat tenaga merupakan kunci sukses sebuah kerjasama."
-Di Balik Jendela Itu-
Di sebuah ruangan dengan dominasi warna hijau muda, beberapa orang berjas putih panjang berjajar rapi menghadap pria berjas abu-abu itu dengan perasaan takut. Pria berjas abu-abu itu mondar-mandir selama beberapa menit."Kenapa tidak langsung bereaksi?" tanya pria itu seraya menahan emosi yang hampir meledak.
"Tapi kami sudah melakukannya sesuai prosedur, Tuan," jawab salah seorang berjas putih panjang itu.
"Sudahlah ... setiap orang bisa melakukan kesalahan bukan?" Suara cempreng tiba-tiba terdengar, menghentikan pria berjas abu-abu itu dari kegiatan mondar-mandirnya.
"Kenapa kau ada di sini, Nindi?" tanya pria itu.
"Terserah aku, aku juga ingin berkunjung ke ruangan aneh ini," jawab Nindi, ringan.
Jujur saja, kehadiran keponakannya membuat pria itu sangat terganggu dan tidak bisa fokus menegur para rekan kerjanya. Dan sekarang ia hanya bisa duduk di tepi meja kerjanya seraya melihat kedua kaki gadis itu akan menuju kemana.
Kedua kaki Nindi melangkah mengelilingi ruangan itu dan berhenti di sebuah diorama padang rumput, hutan hujan tropis, perbukitan dan air terjun yang tersaji menjadi satu kesatuan. Diorama yang sampai saat ini masih dipertanyakan kegunaannya untuk apa padahal seingat Nindi Pamannya itu tidak masuk jurusan lingkungan hidup ataupun sains saat kuliah dulu. Aneh!
"Diorama ini buat apa sih?" tanya Nindi, penasaran.
"Sudah tidak usah banyak tanya, pulang saja sana!" usir pria itu.
"Ish, pelit!" kesal Nindi.
Baru saja ia datang dengan niat baik untuk bersilaturahim tapi sudah diusir oleh sang empunya ruangan. Pria itu memang super perfeksionis dan juga gila menurut Nindi.
• • •
"Kita mau kemana?" tanya Glabis pada Zallea."Ke semua penjuru hutan pastinya," jawab Zallea.
Kedua remaja laki-laki beserta beberapa anggota laki-laki lainnya menyusuri setiap penjuru hutan dengan penuh waspada. Selain untuk memastikan hutan hujan itu tetap terjaga kelestariannya juga untuk mencegah dan mewaspadai kedatangan Titania -si perusak- ke perkampungan. Zallea dan lainnya berhenti tiba-tiba tepat di depan sebuah rumah kayu yang hampir rubuh. Rumah itu nampak tak terurus hanya dilihat dari bagian luarnya saja.
"Ada rumah di dalam hutan?" Kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Glabis.
"Inilah rumah yang digunakan untuk menahan Titania, si perusak lingkungan. Sudah bertahun-tahun ia dikurung di sana agar ia menyadari kesalahan yang sudah ia perbuat di masa lalu," jawab Zallea, lugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela Itu
Fantasy"Jangan cepat menilai sesuatu, jika kau belum tahu apa yang sebenarnya terjadi." ------ Terjebak di sebuah perkampungan penuh keanehan dimana tidak ada teknologi dan apapun yang terdapat di abad ini, membuat seorang gadis terkenal di kampus bernama...