"Adakalanya kebahagiaan yang kita anggap abadi memang hanya bertahan sekejap saja. Tapi sebaliknya kebahagiaan kecil yang kita abaikan adalah kebahagiaan yang sesungguhnya."
-Valuariella Anastasya-
Remaja bermata sipit itu tak henti-hentinya memanggil Ibunya. Seolah rindu itu cepat merasuki relung hatinya yang suci."A-aku tidak bisa hidup tanpa Ibuku ... " lirih Glabis.
Lily menghampiri Glabis, diusapnya punggung remaja itu dengan lembut. "Percayalah, Nak, Ibumu juga akan bahagia kalau kamu bahagia di sini," ujar Lily. Nanar netra Glabis melihat Lily penuh keharuan.
'Apa yang Lily katakan?! Ia pasti ingin membujuk remaja itu agar menerima semua ini. Tidak bisa kubiarkan!' batin Tasya, menerka.
"Benar kata Ibuku, Kakak pasti akan bahagia di sini," sanggah Shafi.
Tasya mendekati Glabis, netra mereka saling beradu. "Nasib kita sama ... aku juga terjebak di sini, aku juga kehilangan keluarga dan sahabatku sama sepertimu. Jadi, dengarkan aku! Mari kita sama-sama mencari jalan keluar dari sini!" ajak Tasya.
Mata tulus Glabis tak bisa berbohong, ia sangat ingin di pelukan Ibunya lagi. Tasya mengangguk seraya tersenyum, seolah mengirimkan deretan kata, "Kita pasti bisa menemukan jalan itu dan kembali berkumpul bersama keluarga!"
"Tidak, tidak! Kalian harus tetap di sini," cegah Zallea.
"Tasya, kau jangan hasut dia untuk mencari jalan keluar yang kauinginkan itu! Ini sudah takdir Tuhan ... kalian harus menerimanya dengan lapang dada," ujar Kakek.
"Hm ... tapi tidak semua takdir harus diterima dengan lapang dada, kadang kita harus berusaha merubahnya agar nasib kita menjadi lebih baik. Bukan begitu, Zallea?" ucap Tasya. Ia mengangkat kedua alisnya sembari menatap Zallea yang seketika terdiam.
Mendengar gadis itu mengulang kembali apa yang telah ia katakan, membuat Zallea seperti terjebak dalam perkataannya sendiri. Kalimat itu benar-benar telah menangkis deretan kalimat ajakan yang hendak Zallea labuhkan pada remaja lugu itu.
"Namun, apa salahnya jika menerima takdir itu?" Zallea berbalik tanya.
"Kalian tidak akan bisa mengerti kalaupun aku menjelaskan secara detail," jawab Tasya.
"Tetap di sini saja, ya, Kak!" bujuk Shafi. "Kita nanti bisa bermain bersama di sini," lanjutnya.
"Percayalah di sini lebih baik dari kehidupanmu yang dulu. Di sini kami selalu menghargai satu sama lain," gumam Kakek.
Tasya berdecak seraya tersenyum sinis, "Klasik!" umpat Tasya.
Glabis teringat kata-kata Ibunya, ia sangat percaya semua perkataan yang dilontarkan malaikatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela Itu
Fantasy"Jangan cepat menilai sesuatu, jika kau belum tahu apa yang sebenarnya terjadi." ------ Terjebak di sebuah perkampungan penuh keanehan dimana tidak ada teknologi dan apapun yang terdapat di abad ini, membuat seorang gadis terkenal di kampus bernama...