Sudah sebulan lebih aku dan Adrian mulai dekat kembali. Tapi aku masih takut, takut disaat perasaanku padanya meluap-luap, dia pergi begitu saja. Makanya, kali ini, aku lebih membentengi diri dari charm Adrian yang terkenal hard to resist.
"Jangan sampe kaya dulu loh Mon" kata Adam mengingatkanku.
"Iya Dam, gue juga takut" jawabku sambil menatap tanganku di pahaku.
"Tapi, kata banyak orang, dia lagi nggak deket sama siapa-siapa"
"Yang dulu aja, nggak ada yang tau dia lagi deket sama Shana"
"Iya sih.. tapi yaudahlah, yang udah berlalu aja"
"Makasih ya Dam"
"Sama-sama Mon, lo juga selalu nasihatin aku pas gue butuh" tiba-tiba kedua tangan Adam ada di kedua sisiku, memelukku dengan erat.
"Kalian ngapain sih?!" suara Tanya tiba-tiba memecah keheningan.
"Lagi nasihatin Mona nih, dia takut kaya dulu" jelas Adam.
"Oh" lalu Tanya segera meninggalkan kami berdua yang sedang duduk di bangku parkiran sekolah yang sudah mulai sepi.
"Tanya kenapa sih, dari semingggu yang lalu kaya gitu terus" kataku penasaran.
"Udahlah, gausah dipikirin"
"Kalian lagi berantem?" tanyaku.
"Hmm" hanya itu jawaban dari Adam yang sedang memalingkan wajah dariku.
"Kenapa? Kayaknya akur-akur aja"
"Nggak ada apa-apa kok, Cuma salah paham aja"
"Kasih tau dong.. siapa tau gue bisa bantu. Gue kan masih sahabat kalian"
"Gak papa Mon, lo kan juga lagi ada masalah. Nanti malah jadi nambah beban"
Hari yang aneh itu menjadi bertambah aneh ketika aku berpapasan dengan Tanya di koridor sekolah keesokan harinya. Dia hanya menatapku sekilas lalu pergi, seakan-akan aku tidak ada.
Adam mencoba tidak melibatkanku dalam permasalahan mereka. Tapi aku berusaha membantu sebisaku, mereka akan selalu jadi sahabatku... Meskipun sekarang Tanya sedang tidak berhubungan terlalu baik denganku dan Adam.
Dua bulan berlalu, hubunganku dengan Adrian bertambah baik tapi dengan Tanya tidak membaik. Bahkan sekarang, Tanya mulai bereman dengan orang-orang yang benar-benar kebalikan dirinya. Dan sekarang Tanya mulai menjaid orang lain, orang yang masuk kedalam list orang yang aku benci.
"Aduh ada orang yang ngerebut cowoknya Shana nih" kata Kiana.
"Hah, apasih?" kataku sedikit tersinggung dengan perkataan Kiana.
"P.H.O" katanya dengan simpel, lalu langsung pergi menajuh dariku.
"Gausah dipikirin kata-kata orang kaya gitu" tiba-tiba suara Adrian memasuki telingaku.
"He-eh.. umm" kataku salah tingkah.
"Kamu tuh nggak ada hubungannya sama putusnya aku dan Shana" yep! Kami mulai berbicara dengan aku-kamu.
"Ya aku tetep nggak enak sama Shana"
"Hush, udah ah. Belom dijemput?"
"Belom nih, paling 15 menit lagi"
"Pulang bareng aja yuk. Rumah kita kan searah. Santai aja"
"Eh.." dan pipiku pun langsung merona seperti tomat dan udang rebus.
Adrianpun menarik tanganku. Akhirnya aku pulang bersamanya. Pengalaman sekali seumur hidup!
"AHHH enak bangett, diajak pulang sama gebetan ddekkk"
"Iyanih, ah oma bikin kita iri aja"
"Lah tadikan kamu yang minta diceritain"
"Lanjutin ma! Nggak sabar nih. Kok temennya oma yang Tania nyebelin banget deh"
"Hmm... kita sampe 3 bulan nggak perah ngobrol sama sekali loh!"
"AAAH asli pengen aku goreng tau gak sih" timpal Fiona dengan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polaroid
Short StoryRamona Bernadine, nenek 62 tahun, menemukan dua polaroid. Dua foto itu membawanya ke masa mudanya. Masa muda yang penuh cerita cinta. Ditemani dua cucunya, ia menceritakan bagaimana orang-orang di masa lalunya mewarnai hari-hari mudanya.