19 April 2012

26 3 0
                                    

Lagu kesukaanku mengisi telingaku. Sambil menghentakan tangan di paha dengan perlahan, aku duduk di mobil menunggu macet yang mulai membuatku bosan. Sudah lebih dari 30 menit mobilku berhenti di tempat yang sama, dan sudah lebih dari satu jam yang lalu aku berangkat dari rumah menuju rumah Adrian yang biasanya hanya membutuhkan waktu satu jam perjalanan. Yap! Hari ini aku ingin memberikan surprise ke Adrian karena hari ini tepat sepuluh bulan kami menjalin hubungan.

"Pak, nggak bisa lewat jalan lain ya?" tanyaku pada Pak Muji, supirku.

"Bisa sih, tapi agak muter Mbak kalo ke daerah Bintaro" jelas beliau.

"Jadi tambah jauh ato deket?"

"Kalo muter sih biasanya jadi tambah jauh"

"Hmm... masih jauh nggak sih dari pertigaan? Kalo masih, muter aja Pak"

Dengan itu, Pak Muji langsung banting setir kearah yang berlawanan. Tidak sampai satu jam, aku sudah sampai di depan rumah Adrian. Mobil milik ayah dan kakaknya terparkir seperti biasa, tapi ada satu mobil yang parkir di sebelah mobil ayahnya, mobil yang tidak terlalu asing dimataku.

"Eh Neng Mona, tumben nih pagi-pagi udah kesini" sapa Mang Asep, tukang kebun sekaligus pembantu laki-laki Adrian.

"Hehehe iya nih Mang, pengen kasih kejutan buat Adrian"

"Masuk..masuk neng, Mas Adriannya di dalam" ucapnya sembari membuka pintu gerbang.

"Um... mang, itu mobil siapa ya kalo boleh tau?" tanyaku dengan penasaran.

"Wah saya nggak tau, dari kemaren teh udah ada disitu dan saya dari kemaren sakit, jadi nggak masuk kerja" katanya dengan logat sunda yang khas.

"Yaudah deh, makasih ya Mang" ucapku. Sekilas perasaan curiga dan tidak enak terasa di hatiku, seperti ada yang mengganjal. Well, sudah dari dua hari kemarin aku merasa seperti ini.

Di dalam rumah terasa sepi, namun ada suara seperti orang tertawa kecil dari lantai atas. Perlahan ku menaiki anak tangga satu persatu, feeling tidak enak ini bertambah berat rasanya.

"Eh Mona" sapa suara di belakangku. Huft! Ternyata itu hanya Kak Aldi.

"He-eh... hai kak" balasku.

"Cari Adrian? Tumben banget pagi-pagi"

"Iya nih, mau kasih surprise" kataku seraya mengangkat kue red velvet dengan lilin bentuk angka '10' diatasnya.

"Hmm kue kesukaan Adri tuh. Yaudah sana, paling dia ada di kamarnya. Oiya tadi juga ada yang dateng tuh, cewek, katanya sih temennya, sekarang dia lagi dikamar Adri"

"Uhm.. permisi kak" kataku sambil melanjutkan lagkahku menuju lantai dua.

Kakiku sudah menapakan di anak tangga terakhir, dan aku segera menuju lorong dimana kamar Adrian berada. Perlahan ku buka pintu kamar yang tertutup rapat itu, ternyata saat bagian dalam kamar mulai tampak, terlihat jelas Tanya duduk di kasur, dengan kepala Adrian di pangkuannya. Tawa bahagia berdering di telingaku yang perlahan meremukkan hatiku.

"Tanya?"

"Eh... um... aku gamaksud-"

"Mona?" Adrian memotong perkataannya.

"Yaudah lah, lupain aja. Oiya Dri, happy anniv ya yang kesepuluh and happy anniv yang terakhir juga" aku pun berlari menuruni tanga dengan cepat menuju mobil.

"Pak balik aja pulang" ucapku sambil menahan air mata yang sudah mau tumpah dari kantungnya.

"Baik Mbak" Pak Muji langsung memacu mobil kembali pulang.

Melihat mereka seperti itu untuk yang kedua kalinya membuat hatiku seperti dihantam wrecking ball yang sangat besar. Ya you heard it right, yang kedua kalinya. Mereka melakukan hal yang sama tiga bulan lalu, hanya situasi kondisi yang berbeda. Aku memergoki mereka sedang jalan berdua dengan tangan yang saling menggandeng satu samalain di sebuah Mall yang cukup terkenal di Jakarta. But I gave him a second chance, supaya dia bisa belajar dari kesalahan dan tidak akan berbuat seperti itu lagi. Ternyata aku salah telah memberinya kesempatan kedua, dan kata pepatah sangatlah benar, 'kesempatan hanya datang satu kali'.

"OH MY GOD, oma kok dia tega sih!!! Apalagi ngedua-innya sama sahabat oma sendiri. And for her, dia backstabber banget!"

"Hm.. ya sebetulnya oma juga salah Fi, harusnya oma nggak kasih dia kesempatan kedua"

"Kayaknya aku harus belajar banyak deh tentang percintaan sama oma" ucap Cara dengan nada menggoda.

"Ah bisa aja sih cucu oma yang cantik ini" ucapku seraya mengecup kening Cara.

"Ekhm" dan akupun mengecup kening Fiona juga.

PolaroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang