A/N: Hello guys!! Setelah sekian lama dan sekian bujukan dari temen2ku, akhirnya aku memutuskan untuk *drum rolls* BIKIN BONUS CHAPTER!!! haha lebay, but seriously, because she keeps bragging me with this bonus chapter, dan setelah pikir2, aku akhirnya bikin chapter ini!!!!
Oiya! Chapter ini latar waktunya pas Ramona udah kuliah gitu yaa, dan dia nggak lagi cerita ke Cara & Fiona kayak chapter2 sebelumnya :D.
Hehe, enjoy guys!
===================================
My Life with My Love:
Polaroid bonus chapterSetelah lulus SMP, aku dan Adam masih menjalin hubungan dekat. Meskipun kami bersekolah di sekolah yang berdeda, namun kami tetap saling berkomunikasi dengan satu sama lain.
Hubunganku dengan Grady juga masih sebaik hubunganku dengan Adam. Bahkan setelah mereka aku kenalkan satu samalain, mereka menjadi football buddy! Aku tidak tahu selama ini Adam menyukai olahraga itu.
Tanya dengan sangat mengejutkan bagi ku, dia melanjutkan pendidikannya di tempat yang sama denganku! Sebuah SMA negeri yang cukup bergengsi di Jakarta. Dan untuk Adrian, well.... dia menlanjutkan SMA di tempat yang sama saat kami SMP.
Cut the crap, aku nggak mau bahas-bahas duo nyebelin itu. Mari kita bahas ceritaku dan Adam saja!
Di SMA bisa dibilang beberapa lelaki mendekatiku dan hampir semua dari mereka mau 'lebih' serius. Tapi aku menolak karena masih trauma dengan dua kejadian menyedihkan di masa SMP. Dan berkat saran-saran dari Adam, aku tidak terlalu memusingkan para lelaki itu. Di SMA pun aku tidak terlalu membuka diri dengan terlalu banyak orang. Hanya seorang perempuan cantik yang menemaniku menjalani masa-masa di SMA. Alisha namanya.
Alisha dan Adam mengenal satu sama lain, bahkan sebelum aku kenal Alisha. Ternyata, mereka adalah teman satu tempat les. Dan akhirnya kami bertiga pun menjadi sahabat baik. Bahkan saat kami sudah kuliah.
Sempat ku kira kalau Adam dan Alisha menjalin hubungan khusus, karena ku lihat mereka sangat dekat. Namun ternyata dugaanku salah besar.
"Monaa, nanti jalan yuk" suara khas Alisha menyapaku di seberang sana.
"Jalan kemana deh Sha. Udah mau uts, masih aja bisa jalan-jalan gitu" balasku.
"Yeeh, mau uts kan? Makanya kita refreshing dulu gitu. Mumpung Adam lagi di Jakarta nih"
"Serius?? Adam lagi di Jakarta?" Aku kaget mendengar berita ini. Huft pulang ke sini lapornya ke Alisha aja.
Setelah janjian dengan Adam, aku dan Alisha pun menuju sebuah restoran bertema vintage di bilangan Pantai Indah Kapuk. Hmm.. sudah lama sekali aku tidak ke sini, tiga tahun mungkin. Tempat ini dulunya merupakan tempat nongkrongku dan Alisha dan juga tempat favoritku, Mbak Dani dan Mas Ezar.
"oh my goood, Adam!!!" pekikku saat kami sudah sampai di sana dan bertemu sahabatku itu.
"Moooon!!" aku dan Adam pun langsung berpelukan. Ugh, aku sangat rindu dengannya. Hampir enam bulan kami tidak bertemu satu samalain.
"Sombong ah, sok sibuk, padahal cuma di Singapore" sahut Alisha.
"Sibuk hehe, maaf ya guys"
Kami pun langsung menyantap makan siang kami dengan lahap. Kami juga bercerita tentang hari-hari kami, Adam mendominasi topik ini. Saat kami sedang asik bercerita, tiba-tiba lampu-lampu disini merepup. Alunan gitar sayup-sayup terdengar. Alunan yang membentuk sebuah melodi yang sangat aku hafal, lagu favoritku. Lalu Adam berdiri sambil menyanyikan bagian John Legend lagu itu.
In the blink of an eye
Just a whisper of smoke
You could lose everything
The truth is you never know
So I'll kiss you longer baby
Any chance that I get
I'll make the most of the minutes and love with no regrets
So let's take our time
To say what we want
Use what we got
Before it's all gone
No, we're not promised tomorrow
So I'm gonna love you
Like I'm gonna lose you
I'm gonna hold you
Like I'm saying goodbye wherever we're standing
I won't take you for granted 'cause we'll never know when
When we'll run out of time so I'm gonna love you
Like I'm gonna lose you
I'm gonna love you like I'm gonna lose youPerasaanku sudah campur aduk sekarang! Kaget, Terharu, Senang, Panik, dan masih banyak lagi. Namun yang membuatku tambah kaget adalah ketika Adam berjalan ke arahku dan mengajakku berdiri. Ia menggenggam tanganku dengan erat, dan aku merasakan bahwa ia sedang nervous. Telapak tangannya penuh peluh, namun ia tetap tersenyum.
"Ramona, i know this is too early, tapi aku tau kamu trauma pacaran. Aku di sini nggak untuk nembak kamu untuk minta kamu jadi pacar aku. I'm here today to ask you to marry me. So... will you be mine, will you be the one who i see in the morning, the one who i think about when im at work, and the last one i see in the night. Ramona Adellia Bernadine, aku nggak mau buang-buang waktu lagi. I've been waiting for this moment since we were still in fifth grade. Maukah kamu menikahi aku dan menjadi satu-satunya wanita di hidupku?" Lalu ia mengeluarkan sebuah black velvet box yang aku sangat inginkan menjadi cincin pertunanganku sejak kelas tiga SD. Tiffany & Co.! *gasps*
*****
Sejak kejadian hari itu, aku resmi menjadi tunangan dari Aldio Adam Argapratama. Hari-hariku selanjutnya disibukkan dengan mempersiapkan pernikahan kami yang dilaksanakan tepat pada hari ulang tahun kami berdua. Yap! Kami lahir di hari yang sama dan rumah sakit yang sama. Coincidence much?
Aku tahu pasti kalian berfikir bahwa kami menikah terlalu cepat, hanya berjarak delapan bulan dari pertunangan kami, tapi aku dan Adam sangat percaya bahwa kami tidak mungkin menunda-nunda hari spesial itu. Kami tidak mau ada hal-hal yang nantinya tidak diinginkan jika kami hanya berstatus 'pacar', hehe if you know what i mean. Aku dan Adam juga sepakat untuk belajar mencintai satu samalain dihari-hari yang akan kami jalani nantinya. Menikah sambil pacaran why not?
Dari pernikahan kami, lahir sepasang anak kembar dan tiga anak lainnya. Kehadiran mereka menjadi sebuah kebahagiaan dari Tuhan yang tidak bisa kami tukar nilainya. Hari-hari kami jalani dengan penuh kebahagiaan. Aku tidak menyangka semua ini akan terjadi padaku. Well.. everyone deserves an happy ending right?
Kisah cintaku yang sangat pahit di awal berbuah manis di akhir. Aku pernah berfikir akan menjadi perawan tua karena traumaku dan tidak akan menikah. Tapi ya sudah lah, biarkan cerita cintaku ini menjadi dongeng yang akan ku ceritakan pada anak-cucu ku nanti.
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
Polaroid
Short StoryRamona Bernadine, nenek 62 tahun, menemukan dua polaroid. Dua foto itu membawanya ke masa mudanya. Masa muda yang penuh cerita cinta. Ditemani dua cucunya, ia menceritakan bagaimana orang-orang di masa lalunya mewarnai hari-hari mudanya.