Gula Batu

185 137 631
                                    

Happy Reading Bruh!!

🙉🙉🙉

Fresya berjalan memasuki pekarangan rumah yang terbilang cukup besar. Gadis itu menggandeng kantong kresek yang terdapat beberapa minuman didalamnya. Dengan fokus yang masih menatap ponsel, tak membuat ia melupakan jalan ke rumah yang amat begitu familiar. Tubuh gadis itu berhenti kala ia mendengar suara serak didalam rumahnya. Sepertinya Fresya mengenal pemilik pita suara tersebut.

"Maya, jaga kesehatan kandungan kamu yaa. Jangan sampe terjadi apa apa dengan cucu ayah!!" tegas pria tua didalam rumah bernuansa klasik itu.

Mata Fresya membulat seketika, ia terkejut mendengar pembicaraan orang dewasa di dalam ruangan itu. "Kandungan? Mama hamil? Di usia Fresya yang sekarang!!!" Fresya berlarian memasuki rumahnya. Gadis itu tak sabar mendengarkan penjelasan dari ayah dan juga ibunya.

"Hai Kek, nek!!" Sapa Fresya melambaikan tangan.

Kedua orang tua itu bangkit dari sofa keluarga Fresya bersamaan dengan kerutan dahi yang timbul akibat berdirinya orang tua itu. "Mau kemana kek, Nek?"

"Maya, Bian. Kami pulang dulu, ingat jaga kandungan kamu. Ayah nggak mau cucu ayah kenapa Napa!!" Ia menyambar perkataan Fresya tiba tiba.

"Lah kek, Fresya kan baru datang. Kok malah di tinggalin sih. Mama, papa!!!" rengek Fresya memeluk mamanya.

"Fresya belum melepas rindu sama nenek dan kakek loh. Jangan di ghostingin ahk nggak enak!!" Gadis itu menatap tubuh ringkih yang hampir hilang dari pandangannya.

Sebenarnya gadis itu tau, ia sama sekali tak di anggap oleh Kakek dan neneknya. Fresya bersikap seperti itu, agar ayah dan ibunya beranggapan bahwa ia baik baik saja. Toh, apa salahnya dengan jenis kelamin perempuan, Fresya tetap Fresya dia manusia juga.

"Mah, pah. Fresya di ghostingin lagi sama Kakek dan nenek!!" rengek Fresya masih memeluk tubuh Maya.

Bian yang berada di samping sang istri mengelus puncak kepala Fresya. Pria itu paham perasaan anaknya, yang sama sekali tak di anggap oleh ayah dan ibu Bian. Bagaimanapun ini bukanlah kesalahan Fresya.

"Anak papa nggak boleh cemberut, nanti jeleknya ilang," ucapnya menghibur.

"Ish, papa mah ngatain aku jelek mulu. Kapan cantiknya!!!" gerutu gadis itu melepas pelukan dari ibunya.

"Anak Mama kok nangis, jangan nangis atuh. Mau Mama beliin permen?" tanya Maya kepada Fresya.

Fresya mengulum senyumnya kala kedua orang tuanya memanjakan Fresya seperti ini. Inilah Fresya jika bersama ayah dan ibunya. "Aku udah gede kali. Oh iya mah, pah, tadi itu aku cuma akting yaa. Habisnya Kakek dan nenek nyebelin banget. Emang kenapa kalo aku perempuan, kalo mau punya anak laki laki yaudah sana pungut anak orang!!!"

"Nggak boleh ngomong gitu Kak." Bian menyentil dahi Fresya sehingga gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Habisnya Kakek dan nenek nggak pernah marahin Fresya. Jadi Fresya nya nggak tertantang!!"

"Dasar. Anak siapa sih!!" Bian mengacak acak rambut Fresya bersamaan dengan Maya yang mengulas senyumnya.

"Ah satu lagi. Mama hamil?"

Maya tersenyum riang, wanita cantik itu memegang perutnya yang terlihat buncit. "Udah 3 bulan!!"

Fresya menduduki sofa dan melipat kedua kakinya di atas sofa. Gadis itu menatap lekat sepasang suami istri yang saat ini tetap teguh mempertahankan wajah kebingungan mereka.

"Aku nggak mau punya adik yaa mah. Siapa yang suruh. Hah!!!" murka Fresya.

Sepasang suami istri itu saling memandang dengan bingung. Bian menggeleng gelengkan kepalanya, ia tak mengerti maksud dari putrinya itu. Sedangkan Maya menunduk, karena ia pernah mengingat perkataan dari putrinya. Bahwa putrinya itu tak ingin memiliki adik.

"Mah, siapa yang suruh sih. Aku udah bilang dulu, nggak mau punya adik. Aku emang suka tantangan Mah, Pah. Tapi yang sekarang Aku alami bukan tantangan melainkan kutukan!!!"

"Fresya mulutnya!!" tegas sang ayah.

Fresya membekap mulutnya seketika. "Hehehe sorry!!"

"Mama sama papa kamu pengen punya momongan lagi. Kalo cuma satu nggak seru," sambar sang Mama menatap binar Fresya.

Gadis itu melipat tangannya didepan dada sembari mendongak menatap ayah dan ibunya seakan ingin menerkam keduanya. "Pantas aja yaa, kalo udah pukul 10 malam aku di suruh tidur. Papa dan Mama sedang gituan di kamar kan?!"

Skak, Bian dan Maya memilih berbalik arah meninggalkan sang anak yang sedang menginterogasi keduanya. Yakali, mereka menjawab pertanyaan sang anak. Yang ada mereka malu sendiri. Hehehe.

"Eh, malah kabur!! Aku nggak mau punya adik yaa mah, pah. TITIK!!!"

Gadis itu mengambil minuman yang tadi di belinya di luar. Huh, ada ada saja ayah dan ibunya itu. Tak bisakah mereka memarahi Fresya sedikit saja. Fresya beranggapan bahwa hidupnya tak memiliki tantangan. Tapi semenjak mendengar kehamilan dari sang ibu. Itu bukanlah tantangan, melainkan kutukan katanya. Ahk sudahlah ia malas memikirkan itu.

🙉🙉🙉

Tin...tin...

Fresya yang melihat anak kecil memakai seragam TK di tengah jalan itu, dengan spontan berlarian menarik tubuh anak kecil tersebut.

"Kalo nyeberang lihat lihat dong!!!" murka beberapa pengendara.

Fresya melihat sebentar sang pengendara itu. Tatapan tajamnya tertuju pada beberapa pengendara yang memarahi anak kecil tersebut.

"Adek nggakpapa?" Ia mengecek tubuh gadis kecil itu dari atas sampai bawah. "Ada yang luka dek?"

Gadis kecil itu menangis sesenggukan, ia dengan reflek memeluk tubuh Fresya begitu erat. "Sa-sasya takut kak...hiks...."

"Udah jangan nangis, ada kakak di sini kok. Hmm," ucapnya menenangkan.

"Sa-sasya tadinya mau pulang kak. Ta-tapi Abang sasya belum datang!!!" kata gadis kecil itu sesenggukan.

Gadis kecil itu melepas pelukannya. Sementara Fresya menghapus bulir bening yang masih dengan setianya keluar dari kedua sudut netra gadis imut dihadapannya. "Yaudah, mau ikut sama kakak nggak?"

"Tapi--" ucap gadis kecil itu takut takut.

"Nggak di bolehin yaa?"

"Kata Abang, kalo ada orang jelek yang ngajakin Sasya pergi. Sasya harus nolak," lirihnya polos.

"Emang tampang kak Fresya jelek yaa? Btw kakaknya nggak punya akhlak banget!!!" ucap Fresya mengecilkan suaranya di akhir.

Gadis kecil itu menggeleng gelengkan kepala. "Kakak cantik kok!!"

Fresya mengulas senyum seketika, gadis itu meraih tas pundak milik anak kecil itu untuk ia bawakan. "Yaudah karena kakak cantik, gimana kalo Sasya ikut kakak aja mau?"

"Yaudah deh, soalnya Abang lama jemputnya!!"

Fresya menggendong tubuh Sasya. Gadis itu dengan santainya berjalan jalan riang, tanpa menghiraukan banyak pasang mata yang melihat keantusias-an dari Fresya.

Enak juga kalo punya adik yaaa. Pikirnya.

"Makasih yaa kak!!" ucap gadis itu dan di balas senyum oleh Fresya.

"Nama kamu Sasya. Bagus banget, namanya hampir mirip kayak kakak. Sasya, Fresya. Kita temenan aja gimana, Sasya mau?"

Gadis kecil itu tersenyum lebar melihat dengan dekat wajah Fresya. Jari kecil nan imut itu memain mainkan hidung mancung miliknya, sementara sang empu kembali melebarkan senyumannya.

"Sasya mau jadi temannya kak Fresya!!!"

Ada Sasya lagi nih, teman Kak Fresya katanya. Sasya gak tau aja, gimana sikap bar bar dari seorang Fresya ini. Semoga saat besar nanti sifat Fresya tak di ikuti oleh Sasya. Aamiin. Hehehe.

Jangan lupa Vomentnya Bruh, biar aku makin semangat nulis dan berkarya....

🙉🙉🙉

Tbc

.
.
.

ALRESGAR (Semesta Untuk Mereka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang