"Namanya takdir. Disaat kita menolaknya keras, ia justru malah menuntun kita untuk berjalan ke arahnya." -Shankara Aileen
.
.
.
.
***Baru kali ini rasanya Shankara merasakan pergi ke kantin di jam istirahat. Ternyata begini keadaan kantin anak SMA. Ramai, mungkin karena banyak yang berbondong-bondong entah untuk mengisi perut, atau hanya sekedar bercengkrama bersama teman.
Selain Shankara tidak pernah merasakan masa-masa SMA, selama ia kuliah di kampus ia pun malas untuk terlibat dengan banyak orang. Bukan karena ia di bully atau di asingkan, justru ialah yang menutup diri di saat yang lainnya berlomba-lomba untuk mendekatinya. Di negeri hitler siapa yang akan menolak kehadirannya?
Di tengah-tengah kerumunan ia hanya mengikuti Joa yang sibuk mencari tempat dengan membawa makanannya di nampan.
"Duh rame banget sih! Kita mau duduk dimana?" Di saat Joa kelimpungan Shankara malah dengan entengnya mengedikkan bahu.
"Joa!" Satu seruan itu refleks membuat Joa menoleh pada tempat paling pojok kantin, tempat yang biasa anak-anak itu tempati saat jam istirahat.
"Sini gabung!" Seru Gallen kembali.
Shankara geming di tempatnya saat melihat keberadaan Althar dengan mereka. Mengingat tentang semalam--oh tidak! Jangan sampai Joa menghampiri mereka.
"Jangan, Jo! Tolak ayo tolak!" Hatinya menggebu meminta Joa untuk menjauh, namun Joa malah menoleh ke arahnya sekarang.
"Nah akhirnya dapet tempat!" Joa berbinar seperti sedang mendapatkan harta karun di depan mata.
Dengan terpaksa ia ikut melangkahkan kakinya. Shankara itu gengsinya tinggi. Apa kata dunia jika seorang Shankara Aileen yang cantiknya sejagat itu menghindari seorang Althares hanya karena canggung? Bencana besar! Bisa-bisa semesta di klaim sedang bercanda oleh penghuninya.
"Hello epribadeh! Kangen ya sama Joa istrinya Jaehyun oppa?!" Dengan segala kepercayaan dirinya Joa dengan suara cemprengnya menyapa. Tak segan bokongnya ia dudukkan di samping Gallen.
"Istri? Lawak lo janda!" Nyinyir Delan yang mana langsung melahap siomay yang sudah berganti warna lantaran terlalu banyak sausnya. Sementara yang lain sudah tertegun melihat anak baru yang cantiknya tidak berotak itu di dekat mereka.
"Kenapa Mas Delan? Ada masalah apa? Anda sirik kalo saya sudah menikah?" Ucap Joa sarkas yang kemudian langsung beralih pada Shankara yang masih berdiri. "Ra, sini duduk!"
"Erotomania akut kan gini nih kerjaannya cuma ha--"
"Wihh, Jo! Bawa siapa lo anjir?! Kenalin lah!" Heboh Alden mengundang perhatian banyak orang di sana.
"Lu..." lirih Delan saat netranya beralih pada gadis berkulit putih itu. Sedangkan yang lain belum berucap apapun, Alden lantas berdeham untuk selanjutnya mengulurkan tangannya pada Shankara.
"Kenalin nama gue Alden Sheehantara di panggil Alden, tapi panggil baby juga boleh." Merasa bangga Alden melemparkan senyumnya secerah mungkin.
"Dapetin lo, gue berhenti playboy!" Ucapnya dalam hati.
Lalu apa Shankara peduli? Jelas tidak.
"Rakara." Jawabnya acuh, yang mana langsung duduk dengan angkuh seraya melahap spagettinya tanpa melirik sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSIONS
Random||2021|| [On going] Apa yang terjadi jika gelap pekat itu mulai terurai oleh bias cahaya? Saat pekat lekat yang mencekat itu mulai pudar oleh sorot damai yang menenangkan? Sebuah terang mengubah hidupnya perlahan lewat takdir tuhan. Entah. Shankara...