12|| Rakara Hannaleen

15 6 0
                                    

Pagi ini Althar berangkat sekolah di antar oleh Edgar. Althar sangat malas untuk menyetir mobil sendiri. Tapi ternyata satu mobil dengan Edgar rasanya bertambah dua kali lipat lebih malas. Kepalanya mumet karena sepanjang perjalanan Edgar terus berceloteh dari ujung wetan sampai ujung kulon. Meresahkan...

Sejak dari awal perjalanan Edgar tiada hentinya menceramahi adiknya yang satu itu. Althar pun bingung, bisa-bisanya Edgar menjadi ustad dadakan dalam kondisi seperti ini.

Althar tak tahu apa yang sedang di bicarakan kakaknya itu, ia melamun sibuk dengan pikirannya sendiri. Lebih tepatnya dari sejak Shankara menyuruhnya untuk menghilang dan melupakannya. Kejadian di ruang kerja Junyoung kali itu benar-benar mengambil alih pikirannya.

Lebih tepatnya Shankaralah yang mengambil alih seluruh isi kepalanya.

Yang benar saja, Shankara pikir Althar itu naruto yang bisa menghilang dengan jurus ala-alanya?!

Bahkan rasanya Althar memikirkan Shankara hampir setiap waktu. Sampai Althar lupa, lupa segala-galanya. Lupa makan, lupa tidur, lupa sarapan, lupa abangnya, lupa dengan teman-temannya, lupa dengan sekitarnya, dan--lupa dengan Celine, kekasihnya.

Dari awal, bahkan sebelum Althar bertemu dengan oknum bernama lengkap Shankara Aileen, ia sudah bisa mengambil alih semua pikiran Althar. Pikiran Althar seolah-olah diciptakan hanya untuk memikirkan Shankara seorang. Ini tidak adil! Maruk namanya! Sedangkan ia? Oknum tersebut malah justru menghindar dari Althar.

Nah, itu dia yang kini sedang memenuhi otak Althares. Entahlah sudah berapa ratus kali telpon Althar yang tidak satu pun diangkat oleh Shankara. Terakhir kali, seingat Althar yang menjawab adalah joa. Itu pun Althar di buat sangat geram ketika mendengar suara Shankara dari ujung sana.

"Matiin aja si elah telponnya, kalo nggak buang kek hpnya. Gitu aja ribet!"

APA KATANYA?? ASKSJKSKKKJ! Asal tahu saja kalau Althar sampai harus mengurut dadanya beberapa kali. Untuk Shankara, Althar harus mempunyai stok kesabaran berjuta-juta kali lipat.

Berkali-kali Althar berpikir apa salahnya pada Shankara? Bahkan sampai-sampai gadis itu mendindarinya.

Jujur saja, Althar itu tidak pernah membuat  masalah dengan orang lain. Terlebih sampai orang itu sangat membencinya. Makanya itu Althar sangat kepikiran soal ini, sebab ya memang baru pertama kali Althar seperti ini.

Althar sempat berpikir, atau jangan-jangan Shankara marah karena Althar memeluknya waktu itu? Tapi kan itu refleks, Althar hanya ingin menenangkan dirinya saja. Bukan modus-modus serius!

"Udah selesai ngelamunnya?" Ucap Edgar datar. Sepertinya ia sudah bosan menonton pertunjukan patung adiknya.

"Siapa yang ngelamun?" Kilah Althar, tidak mungkin Althar akan mengaku.

Malas mendengar bacotannya Edgar, Althat langsung membanting pintu begitu saja. Tidak peduli yang Edgar memaki-maki seperti apa dirinya dari jendela mobil. Yang jelas Althar sefang tidak mood dengan apapun.


◇◇●●●◇◇




Baru satu langkah menapak di bumi bagian dalam gerbang besar sekolahnya, namun lengannya sudah di jambret dahulu oleh Delan si biang rusuh. Muka lusuh Althar mau tidak mau mengikhlaskan tubuhnya terhoyong mengikuti langkah kaki Delan.

Alden dan Izatta yang melihat pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Untungnya tidak banyak-banyak, bisa jadi langsung ke UKS kalau saja kepalanya jadi pusing karna terlalu kebanyakan menggeleng.

Dengan wajah masam bin lusuhnya, Althar berdecak pada Delan yang enggan melepaskan cengkraman di lengannya.

"Lo pasti mau langsung ke kelas, kan? Udah nggak usah! Mending ikut gue sama yang lainnya ke kelas gue." Hebat! Delan langsung tahu apa yang di pikirkan Althar. Atau jangan-jangan selama ini Delan itu cenayang?

DIMENSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang