01|| Lebih dari cukup

126 23 15
                                    

Sudah dari tujuh menit yang lalu setelah keluar kelas, ternyata Althar masih belum menyerah lagi untuk terus membujuk Bu Shinta. Guru fisika yang langganan memberinya nilai seratus dikurang sembilan puluh sembilan puluh sembilan, di kurang lagi satu, alias nol.

Ia sudah tidak peduli dengan keberadaan murid lain yang sepanjang jalan menatap ke arahnya.

Ada yang hanya menoleh, ada yang senyum-senyum tidak jelas, ada yang meledek dan menertawainya, bahkan yang merekam dirinya tengah memohon-mohon kepada Ibu Shinta, yang sayangnya kini seakan-akan menuli sejak langkah pertamanya diganggui makhluk bernama Althares.

Mungkin Bu Shinta akan langsung membaca ayat kursi jika saja Althar adalah makhluk ghaib. Dengan harapan ia lenyap seketika karna merasa terbakar oleh panas yang tak terbayang.

Namun sayangnya itu hanya khayalan semu yang sekejap terlintas dikepalanya.

Masih setia. Entahlah Althar lebih mementingkan riwayat hidupnya yang sedang diujung tanduk. Tidak. Lebih tepatnya diujung menara eiffell karna jika ia jatuh dari sana, mungkin bukan hanya tubuhnya saja yang hancur lebur tapi juga arwahnya akan ikut berhamburan layaknya sekantung kresek kelereng yang akan awur-awuran jika jatuh kelantai.

"Bu, pliss ya Bu jangan kasih ke mama... Ibu kan baik, cantik lagi. Nanti saya kenalin deh sama abang saya, abang saya juga ganteng kok kaya saya, tapi cakepan saya sih... Jadi tolong ya Bu, bisa-bisa abis riwayat saya. Emang nya Ibu nggak kasian sama saya??" Rengek Althar dengan memasang muka sok melasnya sambir terus menggoyang-goyangkan lengan Bu Shinta yang mulai jengah dengan keberadaannya.

"Althares lepasin Ibu! Emangnya kamu nggak malu diliatin murid-murid lain? Ibu nggak peduli mau Abang kamu ganteng, mau Abang kamu jelek. Maaf Ibu nggak tertarik. Toh Ibu juga masih laku dan banyak yang mau. Lebih baik kamu pulang ke kelas kalo nggak ke kantin, ini jam istirahat. Kalo kamu terus kaya gini bisa-bisa ke abisan jam istirahat nanti. Emangnya kamu mau?" Jawab Bu Shinta yang mulai risih karna Althar terus membuntutinya sepanjang jalan.

Jujur saja Althar tidak pernah suka jika ia diajar oleh guru yang masih muda, meskipun lebih jelas jika mengajar. Namun tetap saja guru muda itu akan sangat lebih rajin memberi tugas, dan akan sangat teliti ketika sedang mengoreksi tugas, apa lagi jika orangnya sangat menuntut kedisiplinan. Seperti Bu Shinta yang apa tadi katanya?.

"Maaf Ibu nggak tertarik. Toh Ibu juga masih laku dan banyak yang mau."

Prreett! Sok laku banget ni guru. Belum liat aja dia gimana bentukan bang Edgar. Lagian bang Edgar juga nggak bakal mau kali sama orang ribet kaya lo!

Kira-kira seperti itulah kurang lebihnya umpatan Althar didalam hati.

"Nah makanya itu Bu! Kalo Ibu baik banget sama murid-murid Ibu, saya yakin pasti bakal lebih banyak lagi cowok yang simpati sama Ibu. Secara Ibu itu kan udah cantik, baik lagi!" Rayu Althar yang sebenarnya tidak akan berpengaruh pada Bu Shinta yang kini matanya telah memicing dengan sinis.

"Maksud kamu sekarang Ibu nggak baik? Ibu galak?"

"Ibu mau saya jujur apa bohong?"

"Ya jujur lah! Dimana-mana nggak akan ada cewek yang mau dibohongin!"

"Kalo boleh jujur sebenernya Ibu itu nggak galak-galak amat sih. Cuma Ibu itu ribet, kalo ngasih tugas semaunya, suka ngasih ulangan mendadak! Ibu pikir saya Albert Einstein apa yang langsung sat-set-sat-set gitu kalo dikasih soal beginian. Otak saya itu limit Bu, asal Ibu tau otak saya itu kadang alergi sama soal beginian! Saya itu bukan Gallen yang bakal fine-fine aja, atau Arik yang meskipun troublemaker tapi otaknya encer. Saya itu cuma manusia biasa yang gantengnya luar biasa bu. Bayangin deh Bu, gimana ekspresi mama saya pas tau saya dapet nilai fisika nol. Pleasee...?"

DIMENSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang