BAGIAN 28 - MAAF

7.7K 945 264
                                    

Makasih banyak ya guys, vote dan komennya sesuai target wkwk. Aku terhura pas baca komen pada hujat Bu Dhe 🤣 tapi yang dihujat gak sadar diri. Seneng banget vote dapat 2x lebih banyak dari yang aku minta wkwk.

Kalau komen ini capai 680 vote dan komen 280 lagi. Aku coba deh buat nulis double update. Kemarin mau update tapi kemalaman jadi aku ganti hari ini.

Selamat membaca dan kasih tau yang typo ya?

♥️♥️♥️

Sorot mata Bu Dhe menajam ke arah Jefri karena argumennya terpatahkan. Sedangkan Jefri hanya membalasnya dengan tatapan sewajarnya saja. Ia lebih banyak memperhatikan istrinya yang sedari tadi hanya diam dan menunduk. Yang membuat rasa khawatir dalam batinnya semakin mencuat.

"Jefri tetep jaga Ayana di rumah. Karena Jefri juga punya hak buat jaga Ayana. Kalau Bu Dhe mau jaga Ayana, Jefri nggak ngelarang, asal Bu Dhe lebih menyaring omongan Bu Dhe di depan Ayana." Ucapan Jefri itu dibalas Bu Dhe dengan helaan napas seolah-olah Jefri adalah seseorang yang keras kepala.

"Hargai Ayana sebagai istri Jefri. Jangan sangkut pautkan nama Amira lagi di percakapan yang melibatkan Ayana. Istri Jefri Ayana bukan Amira. Jefri nggak mau ada kesalahpahaman lagi," lanjutnya.

Bu Dhe benar-benar geram. Ia merasa tersinggung dengan ucapan Jefri. Padahal Jefri tak ada niatan sama sekali menyinggungnya. Jefri hanya mengatakan apa yang seharusnya ia katakan, "Bu Dhe nggak pernah ada niatan nyakitin istri kamu. Kenapa kamu seolah-olah ragu sama Bu Dhe-mu sendiri?"

"Bu Dhe heran Jef sama kamu, Bu Dhe udah bicara baik-baik sama kamu. Kamu anggap Bu Dhe kurang menyaring omongan Bu Dhe. Bu Dhe udah bela-belain kesini buat jenguk istri kamu, kamu malah bilang dan nuduh Bu Dhe kurang menghargai istri kamu." tambahnya seraya menatap Ayana sedangkan yang ditatap masih menunduk dalam.

"Siapa dulu yang ngerawat kamu? Bantu jagain kamu waktu kamu kecil ditinggal Umi kamu kuliah? Bu Dhe yang jaga sendiri kalau Abi kamu ada urusan. Dari kecil sampai kamu mau lamar Amira dulu, kamu selalu nurut sama Bu Dhe. Sekarang kenapa jadi berubah?"

Helaan napas dari wanita paruh baya itu terlihat jelas di mata Jefri, "Bu Dhe nggak nyangka sekarang balasan kamu nuduh Bu Dhe yang nggak-nggak. Semenjak kamu menikah kenapa begini? Mana Jefri yang dulu nurut sama Bu Dhe sendiri?" serunya dengan emosi yang tersunggut-sunggut.

Berkali-kali Jefri menghela napasnya saat wanita paruh baya itu tetap tak mau menurunkan egonya. Ia seolah-olah tak mau dikatakan jika ia salah, "Harusnya Bu Dhe lebih memahami Jefri lagi. Lebih memahami perasaan Ayana. Ayana dan Bu Dhe sama-sama perempuan. Bu Dhe apa nggak mikir kalau omongan Bu Dhe tentang Amira tadi bisa memunculkan kesalahpahaman antara Jefri dan Ayana? Karena Bu Dhe selalu menyebut nama Amira terlalu berlebihan di depan Ayana."

"Terserah kamu Jef, Bu Dhe kecewa punya ponakan seperti kamu," Perempuan paruh baya itu spontan meninggalkan kamar Ayana. Netranya masih berkilat tajam namun tak dipedulikan Jefri. Ia lebih khawatir dengan istrinya saat ini. Sedari tadi Ayana hanya menunduk dengan tangan yang ia sembunyikan di balik selimut.

Jefri mulai mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang dekat dengan Sang Istri yang masing bersandar di kepala ranjang. Tangan Jefri menangkup di kedua pipi Ayana dan mengisyaratkan Ayana untuk mendongak, "Omongan Bu Dhe tadi jangan dimasukan ke hati ya? Jangan mikir yang aneh-aneh! Jangan salah paham sama Amira lagi, aku udah tutup buku dari beberapa tahun yang lalu." jelasnya pada Ayana.

Ayana membalas penjelasan Jefri dengan anggukan pelan. Bibirnya yang sedikit pucat itu mencoba menyungging. Kedua tangannya tanpa aba-aba melingkar di pinggang Jefri, "Kamu minta maaf ya sama Bu Dhe?" pintanya pada Jefri.

Macarolove (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang