BAGIAN 4 - UMI DAN PERJODOHANNYA

11K 1K 49
                                    

Seperti hari-hari biasanya, sore ini Ayana datang ke Macarolove

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti hari-hari biasanya, sore ini Ayana datang ke Macarolove. Macarolove itu adalah sebuah kafe kecil yang Umi dirikan dua tahun yang lalu dengan bantuan Ayana dan Jefri. Umi meminta bantuan Ayana untuk mengatur kafenya. Dan sampai detik ini, Macarolove banyak digandrungi anak-anak muda.

Kafe kecil nan apik. Dengan aksen meja bar kayu yang kokoh, dan hiasan tanaman yang mengelilingi kafe. Membuat para pengunjung betah lama-lama disini. Jangan lupakan aksen puluhan buku yang terjejer di rak, yang sengaja Umi sediakan untuk para pengunjungnya, jikalau mereka ingin membaca buku gratis.

Hiasan Tulip yang dikelilingi Aster Amellus berdiri tegap disudut kafe, membuat seseorang yang melihatnya tertampar akan keindahan bunga itu. Padahal hanya bunga hiasan, bukan asli, namun menjadi ikon tersendiri di kafe Macarolove, "Lemon essense, almond bubuk, margarin, sama shortening putih persediaannya habis ya, Ay?" rentetan daftar bahan memang Umi yang menyiapkan. Barulah, eksekusi bahan dipegang oleh chef dan beberapa pegawai kafe.

"Iya, udah Ayana buat daftar belanjaannya, Mi!"

"Cabang satu sama dua juga udah. Nanti yang beli bahan, kamu atau minta tolong sama salah satu pegawai?" tanya Umi seraya tangannya mengecek daftar bahan yang ada di catatannya.

"Ayana aja, Mi!"

Umi mengulum senyum. Mencentang beberapa bahan yang ia tulis, "Oke, nanti kalau kesulitan atau bingung bahan mana aja yang dibeli, kamu tanya Umi aja ya?"

"Iya, Mi!" Ayana yang tengah duduk di depan Umi juga tengah mengecek beberapa catatan keuangan dalam buku kecilnya.

"Gimana Jefri selama tiga tahun ini, Ay?" pertanyaan Umi sukses membuat dahi Ayana berkerut.

Ayana menajamkan pendengarannya sekali lagi untuk mendengar jawaban dari Umi. Kenapa tiba-tiba Umi menanyakan tentang anak tampannya itu? Padahal biasanya, ketika ia bertemu dengan ibu mertuanya, yang dibahas hanya masalah keperluan kafe. Bukan tentang anaknya, "Maksudnya, Mi?" tanya Ayana lagi yang tak mengerti pentanyaan dari Umi.

Umi terkekeh pelan. Untung saja di kafe belum rame pengunjung. Jadinya, lebih punya waktu lama untuk mengobrol dengan menantunya, "Langgeng terus, kan? Sama kamu?"

Ayana menarik sudut bibirnya. Tipis. Ia mengulum senyum tipis ke arah mertuanya itu, "Iya," jawabnya mengangguk.

Spontan Umi ikut terkekeh lagi. Memperhatikan gigi ratanya. Ibu yang satu ini memang moodboster dalam keluarga. Setiap kali seseorang memperhatikan tawanya, ia akan ikut tertawa juga, "Umi kalo lihat kalian jadi ingat waktu muda dulu," ucapnya de javu.

Ayana tampak sedikit mendongakkan kepalanya menatap Umi untuk mendengarkan ceritanya, "Dulu Umi juga dijodohkan sama kayak kalian. Tapi bedanya Umi dijodohkan waktu umur enam belas tahun. Waktu SMA belum lulus, Umi udah dijodohkan. Jelas nolak banget lah, waktu denger perjodohan dulu. Umi aja nggak tau Abinya Jefri kayak gimana dulu. Tau tau sama orang tua Umi, udah dijodohkan,"

Macarolove (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang