BAGIAN 19 - EMBRIO KECIL

7.6K 833 67
                                    

INI 3300 KATA GUYS, TERIMA KASIH UDAH ENGGAK PEGEL SCROLL SAMPE HABIS WKWKWK HAPPY READING!!! Kasih tau typo dan kalimat rancu ya?

💜💜💜

Jefri yang baru keluar dari kamar mandi usai membersihkan sedikit cambangnya, berjalan pelan ke arah ranjang. Sorot matanya menangkap Ayana yang  masih terbaring. Usai sholat subuh tadi Ayana merebahkan tubuhnya lagi di atas ranjang, karena merasa tubuhnya tidak baik-baik saja. Jefri membiarkan istrinya itu untuk istirahat. Sejak kemarin malam, lagi-lagi suhu tubuh Ayana naik.

Ketika langkahnya sampai di tepi ranjang sebelah sisi yang Ayana tempati, ia mendudukkan tubuhnya. Menatap kelopak mata Ayana yang masih terpejam. Untung saja, hari ini ia tak ada keperluan di rumah sakit. Jadi, pasiennya saat ini adalah istrinya sendiri.

Tangan Jefri bertengger meraba pipi lembut milik Ayana. Menyaksikan paras ayu yang terpatri di wajah milik istrinya. Meskipun bibir ranum itu telah berubah warna pucat sementara ini, namun parasnya tak pernah membuat Jefri merasa bosan menatapnya. Andai ia tak ditemukan takdir dengan cara perjodohan, mungkin Jefri tak akan bisa merasakan polesan kebahagiaan bersama Ayana sampai saat ini.

Jefri menghentikan tangannya yang menyapu di wajah Ayana, ketika matanya melihat istrinya menggeliat kecil. Kelopak mata setengah sayu itu tiba-tiba terbuka perlahan. Membuat Jefri menyingkirkan tangannya dari wajah Ayana, "Kamu dari tadi lihatin aku Mas?" cicit Ayana pelan dengan suara setengah seraknya.

Jefri yang tampak ditatap Ayana dengan tatapan intimidasi lantas mengalihkan pandangannya sekilas sebelum menatap mata istrinya itu lagi, "GR!"

Ayana tersenyum miring. Jari jemarinya memukul pelan lengan suaminya yang tengah terduduk di depannya. Dengan mengubah posisinya menjadi bersandar di kepala ranjang, Ayana menatap Jefri seraya tersenyum sekilas saat suaminya itu juga menatapnya lembut, "Udah ketangkep basah. Nggak mau ngaku lagi,"

"Iya. Tadi kamu ngorok," jawab Jefri enteng, tanpa sadar membuat dua sungut Ayana yang tak kasat mata menjulang tinggi. Bibir pucatnya mengerucut panjang dan tangannya spontan melayangkan bogeman keras di lengan suaminya. Tak peduli Jefri merintih kesakitan.

Ayana sebenarnya tak tega melihat suaminya itu kesakitan karena pukulannya. Tapi, salah sendiri bibir Jefri tak pernah lepas dari cibiran yang membuat Ayana berkali-kali ingin melayangkan bogeman di tangannya.

Netra Jefri yang melihat Ayana masih dalam keadaan mengerucutkan bibirnya, lantas mengeluarkan sebuah tespack digital yang tersimpan dalam saku celananya. Benda yang ia pegang itu ia letakan di telapak tangan Ayana, "Mumpung masih pagi, kalau kamu mau pakai, pakai aja!" Jefri berusaha mengalihkan pembahasanya.

"Kamu beli ini lagi buat apa? Kan aku udah punya stok," protes Ayana pada Jefri. Ya, memang salah Jefri juga. Hampir setiap Minggu usai menjalankan program hamil suaminya itu selalu membelikan berbagai macam testpack. Namun hasilnya tetap masih negatif. Lalu ini apalagi?

"Udah lah nggak papa. Di simpen aja stoknya. Pakai itu aja," sahut Jefri.

Ayana mengangguk, menuruti saja apa yang suaminya mau. Ini juga untuk kebahagiaan ke depannya kan? Orang-orang di sekitarnya berhak bahagia. Ia tak ingin kebahagiaan yang bernaung di rumah tangganya tiba-tiba dihempas oleh badai yang tak bisa ia perbaiki lagi. Ia tak mau itu terjadi. Ia tetap harus egois merangkum kebahagiaan itu. Jefri yang ia cintai tak akan merampas kebahagiaannya kan?

"Aku mau ngecek anak-anak dulu di kamarnya udah bangun apa belum," tangan Ayana ditahan oleh Jefri saat ia berniat beranjak dari duduknya, "Udah bangun. Mereka udah main sama Umi di pekarangan rumah tadi pagi-pagi,"

Macarolove (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang