02. Weird and Getting Weird

32 10 1
                                    

~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~

Didalam kelas, aku duduk dikursiku dan menongkatkan dagu di tanganku.

 "Kamu baik-baik saja?", Tanya Jong In dengan tatapan nya yang khawatir melihat ku.

 "Ya!, Apa kamu meremehkan aku?", Kataku berteriak kesal.

 "Bukan begitu maksudnya, aku cuma khawatir",

Aku tersenyum lucu melihat sikap Jong In "Kapan ya, bayi beruang ini akhirnya bersikap dewasa?" Kataku dengan suara kecil.

 "Apa?",

 "Nggak ada apa-apa", Kataku melihat sekeliling kelas.

Aku benar-benar ingin tertawa tetapi ada rasa yang dihentikan karena tidak mungkin aku tertawa di depan orangnya langsung. 

Entah kenapa Jong In begitu lucu dan polos, ingin rasanya mencubit nya dan memeluknya bagaikan boneka beruang.

Tidak lama setelah itu Seul Ji datang sambil membawa sekantong es batu dan mengkompresnya ke tanganku. Dia benar-benar teliti melakukannya dan cuma fokus melihat tanganku.

 "Ya! Apa tanganku separah itu?!"

 Dia kaget "Hoh?!, Nggak kok"

Aku menarik tanganku darinya dan dia kembali kaget "terus kenapa kamu malah mengompresnya?!", Teriakku kesal.

 "Ya!" Dia juga teriak kesal menatapku.

Pada akhirnya aku kembali memberikan tanganku kepadanya dan membiarkan dia mengompresnya.

Aku melihat Jong In yang tersenyum melihat kami yang lucu saat bertengkar.

 "Apanya yang lucu?", Tanyaku dengan kesal kepada Jong In.

Jong In menggeleng "apa?", Tanyanya.

Aku kesal dengan jawabannya sambil memutar mataku, aku rasanya ingin marah tapi entah kepada siapa. "Aish… ck"

Seul Ji juga menahan senyumnya ketika melihatku kesal sendiri.

Siapa sih yang nggak kesal? Kalau kita bertanya waktu marah, orang lain malah nggak mendengar kan.

Tapi sudahlah, aku tidak boleh menyalahkan Jong In.

Aku benar-benar orang aneh ya, selalu bersikap kasar dan berteriak tanpa mengenal waktu.

Jujur,
Aku sangat menyukai kebersamaan saat bersama teman-temanku. Itu bukan akhir dari cerita ku, bahkan lebih panjang. Intinya aku suka aja sama suasana ketika kami tertawa bersama tanpa ada beban apapun.

.

 "Hei bukankah dia anak tadi"

 "Tampaknya aku pernah melihatnya"

 "Dia ada masalah apa lagi"

 "Gadis itu benar-benar gila ya"

Aku terdiam setelah mendengar kata-kata semua siswa di sepanjang koridor. Semuanya tampak tidak asing, suasana begitu riuh dan banyak yang berbisik-bisik.

Always EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang