10. I Am Sorry

7 2 5
                                        

Malam itu, Dengan hati yang berat, Han Seul Ji menelepon ku sambil menangis.

 "Mi Rae… aku ingin bertemu dengan mu",
Katanya di balik telepon dengan Isak tangis.

 "Hah?, Apa kamu membutuhkan sesuatu?", Tanya ku mulai khawatir.

 "Ya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu",
Jawabnya dengan lembut, tetapi kesedihannya terdengar sangat dalam.

 "Baiklah, aku akan menunggumu di taman biasa", Jawab ku sambil bersiap-siap.

Kami bertemu disebuah taman tempat bermain sewaktu masa SMA dulu. Aku terpaku menatap perut Seul Ji yang sudah sangat besar. Dengan suara yang serak dan Isak yang masih menghancurkan suaranya, Seul Ji langsung menatap ku sambil tersenyum tulus.

 "Aku ingin meminta bantuan mu", Kata Seul Ji dengan mata yang berkaca-kaca.

 "Hah? (Kaget). Ya! Aku ini sahabat mu, aku akan membantu kamu apapun itu", Jawab ku agar membuat dirinya senang.

 "Aku ingin kamu membawaku kerumah sakit di pulau Jeju__"

Aku langsung kaget dan bertanya-tanya didalam hati.

 "__Aku ingin melahirkan mereka disana. Rasanya sangat berat jika aku melihat mereka terlahir dengan ocehan dan kata-kata yang tidak pantas untuk dikatakan. Aku minta tolong kepadamu. Ho? Kamu mau kan menolong aku?", Kata Seul Ji memegang tanganku.

Kenapa Seul Ji mengatakan hal itu dengan tiba-tiba, aku harus menjawab dengan kata apa?.

 "Aku akan membantu mu. Tapi, Jong In harus mengetahui ini", Jawab ku memastikan.

Seul Ji menggelengkan kepalanya.

 "Tidak, aku tidak perlu memberi tahu dia. Jika dia tahu, dia tidak akan memberikan izin. Kita perlu merahasiakan ini", Katanya menatapku dengan matanya yang polos.

 "Apa ini harus aku lakukan?", Tanyaku masih ragu untuk menerimanya.

Tentu saja aku ragu, Jong In adalah suaminya. Dia harus mengetahui apa yang seharusnya terjadi.

 "Aku minta tolong, ho?. Bantu aku, Kang Mi Rae", Katanya kembali menatapku dan menggenggam tanganku.

 "Baiklah", jawabku singkat dan membalas senyum nya.

 "Terima kasih, Kang Mi Rae", ucapnya meneteskan air mata bahagia nya.

Satu Minggu berakhir, aku dan Han Seul Ji pergi secara diam-diam ke Jeju dengan membawa sebuah mobil sewaan. Kami pergi tanpa memberi tahu siapapun, bahkan Kim Jong In sekalipun. 

Kami menyewa sebuah kamar inap untuk digunakan beberapa hari sebelum kerumah sakit.

Saat hari pertama di Jeju, Kim Jong In berulang kali mengirimkan pesan kepada Han Seul Ji tetapi dia sama sekali tidak membacanya.

Entah apa yang dipikirkan Seul Ji sampai dia merahasiakan dari suaminya.

Aku menatap Seul Ji yang duduk didekat jendela sambil memandang keluar. Ada rasa sedih, kasihan dan khawatir yang aku rasakan bersamaan. Aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi mereka waktu itu, aku cuma bisa membantu hal yang kecil walaupun nggak terlalu sanggup untuk melakukannya.

Keesokan harinya, pagi itu aku melihat handphone Seul Ji sudah ada 168 pesan yang belum dibaca. Aku berniat ingin mengambil handphone nya dan ingin mengirimkan pesan kepada Jong In. Tapi dengan cepat, Seul Ji langsung memegang tanganku dan menggelengkan kepalanya.

 "Apa yang kamu lakukan?. Ya! Seul Ji… kamu harus memberi tahu Jong In. Bagaimanapun dia harus tau kalau kamu sekarang berada disini", Kata ku mulai risih dengan tutup mulut selama ini.

Always EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang