Dua

76 15 1
                                    

Kavi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kavi

Sekitar jam 8 pagi, gue baru saja keluar dari rumah untuk segera pergi ke Perusahaan. Lalu, memutuskan sarapan di luar sekalian melihat apa jam segini Caffe Nia sudah buka atau belum.

Sampai sekarang gue belum membalas pesan Nia tadi malam. Terlanjur bingung apalagi gue nggak begitu bisa basa-basi hingga tidak tahu mau membahas apa lagi. Caffenya masih tutup di jam segini, mungkin akan buka di jam 10 atau 11 siang nanti, mengingat Caffe biasanya buka jam segitu.

Kalau soal makan, gue gak begitu memilih, makan di warteg juga biasa. Terkadang aneh juga kalau memarkirkan mobil dipinggir jalan, masalahnya mobil gue beda sendiri. Ya maklum, gue kan pecinta otomotif hingga mobil yang baru aja keluar satu tahun lalu kini terparkir jelas didepan warung.

"Nasi pecelnya satu Bu, sama teh hangat." Begitu gue mengucapkan pesanan, Ibu-Ibu yang sudah sering melihat gue disini bahkan jadi langganan di warungnya sudah tau akan kebiasaan gue.

Selagi menunggu pesanan, gue memeriksa hape yang sejak malam belum gue buka. Tau sendiri alasannya kenapa dan sekarang alasan kenapa gue membuka hape juga karena hal tersebut. Gue memeriksa roomchat gue dengan Nia, isinya cuma dua pesan singkat tadi malam, sisanya kosong melompong. Begitu melihat kapan dia terakhir aktif, gue sedikit terkejut melihat angka 00.15p.m. disana, tandanya jam 12 malam dia masih aktif.

"Goblok lo Kav, punya kesempatan tapi gak digunain baik-baik." Rutuk gue dan memukul kepala pelan. Kenapa sih Kavi secupu ini? Tinggal bilang maaf aja susah banget, kalau begini caranya gue bakalan bingung harus berbuat apa kalau mau ketemu Nia. Bisa-bisa gue gak bakalan bisa ketemu dia karena malu sama perbuatan sendiri.

"Ini mas. Masih pagi, jangan melamun, ndak baik." Gue melirik si Ibu lalu membalas senyumnya hanya untuk memberitahu kalau gue nggak melamun.

Sarapan yang gue damba-dambakan seperti biasanya berubah jadi kehilangan nafsu. Tapi sudah terlanjur pesan nasi, sayang kalau nggak dimakan apalagi perut sedaritadi bunyi minta diisi.

Gak apa-apa Kav, lo bisa makan dengan tenang, setelah ini lo baru bisa stress mikirin kelanjutan hidup lo bagaimana.

***

Hari ini gue datang ke Perusahaan cukup telat dari jam biasanya, baru juga menginjakkan kaki di lobi, gue sudah didatangi oleh beberapa karyawan yang biasanya menemani gue untuk turun langsung melihat pembuatan produk Perusahaan.

Mau tidak mau gue memutuskan untuk pergi kesana lebih dulu, niat awal ingin mendekam didalam ruangan, ternyata gue lupa kalau sudah membuat janji untuk memantau dilapangan.

Disana juga gue banyak diam, biasanya gue yang banyak bertanya pekerjaan sudah berjalan sampai mana. Tapi, karena lagi malas ngomong, karyawan gue lebih dulu menjelaskan tanpa gue suruh. Mereka paham benar sama tingkah gue jadi bisa memandirikan tanpa harus gue suruh.

Purpose;✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang