Enam belas

68 8 2
                                    

Nia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nia

Janji temu ada di jam 12 siang, tapi gue datang agak telat dan sampai di Caffe jam 1. Gue sedikit berlari begitu baru aja sampai di Caffe, penyebab gue telat sejujurnya Angeline yang tertidur. Tadi gue sempat mengabari Retta kalau gue bakal telat, taunya gue telat 1 jam bikin gue merasa nggak enak.

"Maaf ta, anak gue kalau siang pasti tidur. Jadi susah mau dibangunin,"

"Gak papa, gue yang salah atur jam. Kasian gitu dia lo bawa lari."

Gue melirik Angeline, rupanya dia ikut kelelahan karena terguncang gue bawa lari. Sampai lupa gue bawa anak sendiri. Merasa haus, gue memanggil Ibnu yang kebetulan lagi antar pesanan didekat sini.

"Nu, Ibu minta minum yang biasanya ya, untuk Angeline juga."

"Siap Bu!"

Setelah memesan, gue melepas mantel Angeline dan meletakkannya dipangkuan gue. Gue mendudukkan Angeline ditempat khusus duduk anak bayi, disetiap meja ada kursi tersebut. Karena Caffe yang menerima pelanggan dari kalangan mana aja, jadi semua harus sedia.

"Lo sudah pesan?"

"Sudah kok."

Suasana Caffe siang ini cukup ramai, biasanya dilantai 2 pelanggan gak begitu memenuhi tempat, tapi ini hampir memenuhi semua tempat sampai gue harus mengajak Retta untuk masuk ke dalam ruangan aja. Didalam sini juga gue bisa menaruh Angeline dibawah, biar deh dia ngerayap kemana, asal nggak nangis aja.

Kenapa ya? Disaat-saat sekarang aja gue bingung ingin memulai percakapan seperti apa. Retta juga sama diamnya, tapi dia sibuk memperhatikan sesuatu dihapenya sehingga gue hanya sibuk memperhatikan Angeline yang mulai pintar melangkahkan kakinya.

"Tunggu bentar, gue urus sesuatu dulu sama Sekretaris gue." Setelah izin, Retta berlalu keluar dan menerima telpon disana.

Sejujurnya gue sudah mengira apa maksud Retta ingin menemui gue hari ini, hanya saja gue ingin mendengarnya langsung dari mulut Retta sendiri. Takut gue salah kira, malah entar jadinya sok tau banget.

Ada sekitar 10 menit, Retta kembali masuk bersamaan dengan Ibnu yang mengantar pesanan gue tadi. Ibnu melirik gue dengan mata dan bibir yang bertanya siapa Retta, tapi gue hanya memelototinya dan dia pamit izin pergi. Pegawai gue satu itu kepo minta ampun, orang yang selalu gue bawa masuk ke ruangan pasti dia tanya siapa, ujung-ujungnya gue jawab juga karena gak bisa marah.

Gue juga baru sadar kalau Retta ternyata memakai pakaian formal atau pakaian kantornya, bisa aja dia kesini disaat tengah melakukan pekerjaan tapi karena sudah masuk jam makan siang, maka dia pergi menemui gue.

"Gue terlalu bertele-tele ya? Habisnya bingung mau memulainya dari mana." Akhirnya dia mau angkat bicara juga.

"Lo mau ngomongin apa emangnya?" Gue menumpu dagu pada tangan dan menatap wajahnya serius.

Purpose;✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang