Lima belas

54 7 0
                                    

Kavi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kavi

Kesibukan gue ternyata kembali seperti semula, lagi-lagi setumpuk berkas itu kembali hadir diatas meja kerja gue. Rasa-rasanya ngeluh juga percuma, setidaknya gue bisa mengadalkan keterbiasaan dalam menghadapi setumpuk berkas ini.

Meski begitu, tetap aja gue sering mengunjungi Nia entah pas berangkat kerja atau pulang kerja. Yang dulu gue berangkat subuh pulang subuh, kini menjadi berangkat pagi pulang sore. Sekali-kali gue juga menjadi pegawai seperti biasa, yang berangkat tepat waktu pulang pun tepat waktu.

Untuk kali ini gue nggak mengunjungi Nia dipagi hari, lantaran ada sebuah kesibukan yang menunggu gue. Hari ini ada rapat bulanan, walau bisa gue gak ikut, tapi karena dihadiri oleh beberapa pimpinan diberbagai bidang, gue yang sebagai pemimpin Perusahaan otomatis harus mengikuti rapat. Pembahasan tetap seperti biasa dan rapat selesai di jam 10 pagi.

Mungkin karena terbiasa sarapan pagi, gue jadi kelaparan gini. Tapi niat mau pergi ke Cafe bawah rasanya malas, jadi gue lebih memilih menyibukkan diri selagi menunggu waktu siang.

Ketika gue sedang disibukkan dengan membaca laporan, pintu ruangan diketuk. Biasanya siapapun yang ingin berkunjung harus melalui Sekretaris gue dulu, baru gue ditelpon soal bisa apa nggak gue dikunjungi. Terkadang ada yang gak sopan dan langsung mendatangi gue seperti Retta, bedanya ada yang mengetuk lalu masuk ke dalam.

Kali ini karena gue mendiamkannya beberapa saat, suara yang gak begitu asing ditelinga gue membuat saraf yang tadinya malas buat sekedar berdiri jadi tiba-tiba berlari hanya untuk membukakan pintu. Coba tebak siapa yang sampai gue perlakukan spesial begini padahal bisa masuk sendiri?

Tentu saja Nia, semalam gue memberitahu Receptionist didepan serta Sekretaris gue untuk mengizinkan Nia menuju ruangan gue tak terkecuali kalau gue lagi ada rapat atau ada kunjungan gitu.

"Kok gak ngabarin?" Gue mengambil beberapa bawaannya lalu membiarkan Nia masuk lebih dulu. Dia duduk disofa biasanya dan gue menaruh bawaannya ke atas meja depan sofa.

"Udah kok, Kakak gak periksa pesan aku. Jadi aku datang aja kesini, tapi harus nunggu Kakak selesai rapat dulu tadi."

Gue mengangguki ucapannya, ada Angeline yang menarik perhatian gue. Dia tampak memainkan sesuatu ditangannya, rupanya itu mainan yang kapan hari gue belikan sewaktu mengantar Nia dan Angeline pulang.

"Aku bawain bekal, dimakan dulu, pasti belum sarapan kan?" Tau aja kayaknya dia kalau gue lagi kelaparan.

"Tau aja lo, tadi sibuk jadi lupa buat sarapan." Gue membuka tempat bekal yang dia bawa, ternyata lagi-lagi membawa banyak jenis makanan. Semua sudah pasti habis sih di gue, selain karena gue lapar, makanan Nia terbilang enak untuk dimakan. Ya, mau nggak enak juga tetap gue makan sih, namanya harus menghargai pemberian orang meski gak begitu kita suka.

Karena gue yang lagi menyantap makanan, suasana jadi sunyi. Nia lebih memilih diam dan bermain dengan Angeline selagi menunggu gue selesai makan. Kira-kira berapa bulan ya gue udah dekat dengan Nia? Belum ada 2 bulan sih gue rasa, tapi rasanya sudah lama banget, meski sewaktu kuliah dulu pernah satu eskul, tapi hal itu gak membuat kita jadi dekat. Masing-masing dari kita hanya senang bertukar sapa atau mengobrol sebentar, gak ada yang berkesan sama sekali dihati gue.

Purpose;✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang