Enam

55 14 7
                                    

Nia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nia

Beberapa hari ini gue merasa nggak enak badan, penyebabnya enggan gue ingat kembali karena sama saja membangkitkan luka lama. Semenjak kejadian malam itu, gue kepikiran melulu sehingga gue tidak memikirkan keadaan sendiri. Meski begitu gue tetap mengurus Angeline kok, gue cuma nggak sadar diri aja sampai lupa makan atau tidur.

Disamping hal tersebut, gue juga memikirkan tingkah Kavi malam itu. Dia menenangkan gue, bahkan mengatakan untuk tidak menangis lagi. Gue bahkan sudah berjanji sama dia, ada perasaan tenang menghampiri saat melihat Kavi tersenyum pada gue. Dia seakan memberitahu kalau gue nggak sendiri lagi, ada dia yang bisa gue jadikan sandaran.

Namun sayangnya hal tersebut yang menjadikan gejolak pada diri hingga membuat gue banyak termenung. Didalam diri seperti ada batas untuk gue gak melewati batas, kedekatan kami baru terbilang satu bulan. Waktu yang bisa dibilang masih awal untuk bisa merasakan perasaan baru dihati.

Maka sebisa mungkin gue mengontrol dan menganggap perlakuan Kavi sebatas iba saja. Iya kan? Apalagi Kavi melihat gue berdebat dengan Juli, bisa aja dia merasa harus membantu gue dengan memberikan kata-kata motivasi untuk membuat gue bangkit kembali.

Lagi-lagi hari ini gue kembali mengistirahatkan diri dirumah. Daripada semakin memperburuk diri, lebih baik gue memaksimalkan kesehatan supaya gak kerepotan seperti sekarang. Gue baru aja selesai memandikan Angeline, tapi kepala rasanya dibawa berputar. Pusingnya kebangetan sampai gue harus duduk sebentar di pinggir kasur sembari memeluk Angeline yang masih menggunakan handuk.

Gue memejamkan mata beberapa kali demi menghilangkan bayang-bayang yang dibuat oleh mata gue ini, kalau dirasa dari suhu tubuh, sebenarnya gak begitu panas, mungkin karena gue banyak bekerja beberapa hari ini, belum lagi mengurus Angeline serta rumah. Tubuh gue seakan dibuat terkejut oleh pekerjaan banyak padahal gue rasa gak baru ini aja gue banyak bekerja.

Setelah memastikan kalau pandangan gue kembali normal, segera gue memakaikan Angeline baju untuk mencegah masuk angin. Gue takut disaat gue gak enak badan begini, Angeline tertular walau penyakit gue ada di kepala serta tubuh yang meminta istirahat.

Biasanya di jam 9 Angeline akan tertidur sehabis bermain sebentar. Mungkin waktu tersebut akan gue gunakan untuk istirahat sebentar. Ketika selesai memakaikan Angeline baju, gue membawanya turun ke lantai 1 dan memberi Angeline makan.

Gue mendudukkannya di kursi khusus yang dia punya, lalu gue membuat buburnya sebentar. Pernah gue mendengar kalau anak yang seumuran Angeline sudah bisa diberi makan nasi, namun gue enggan memberikannya karena takut terjadi apa-apa dan gue terlalu malas mengambil resiko sehingga gue memutuskan untuk mencukupkan umurnya lebih dulu.

Kalau gue sendiri memutuskan untuk sarapan setelah Angeline tertidur nanti sekaligus meminum obat yang sekiranya bisa menghilangkan rasa sakit di kepala gue.

Omong-omong soal Kavi, setelah kejadian malam itu, gue sama dia belum ada bertemu kembali. Kavi juga bukan tipe orang yang selalu memegang hape atau orang yang suka mengirimi pesan lalu adu pesan disana. Malahan terakhir pesan kita itu sewaktu gue mengajaknya makan siang bersama.

Purpose;✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang