28

10.1K 557 29
                                    

🌺🌺🌺

Anggi menggamit lengan Rehan di kala mereka menyusuri deretan stan penjual pakaian di sebuah mall besar di pusat kota. Rehan mengajak wanitanya itu melepas penat seusai lima hari berkutat dengan pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya.

"Eh, kayaknya aku suka itu. Lihat, yuk?!" Tanpa menunggu jawaban Anggi menarik Rehan ke tujuannya.

Sebuah gaun panjang berbahan satin. Sederhana namun terlihat elegan dengan warna maroon.

"Cantik, kan?" Tanya Anggi.

Rehan mengangguk saja. Baginya, mau pakai baju model apapun Anggi tetap cantik dan menarik.

Jangan bilang-bilang pada Anggi, oke?!

"Kamu mau?"

Anggi nyengir, "entar dulu deh. Aku masih pengen keliling dan gak mau ribet dengan tentengan."

Rehan tidak protes. Terserah, pikirnya.

Mereka melanjutkan jalan-jalan. Anggi bukanlah wanita yang akan menyambar apapun yang dia sukai lalu di beli. Tidak. Meskipun uang bukan masalah untuknya. Tapi, dia tidak seperti anak manja pada umumnya. Dia akan membeli suatu barang jika dia benar-benar memerlukannya.

"Bukankah itu..." Anggi menggumam ketika dia melihat dua sosok yang tengah berbelanja banyak sekali. Seorang wanita dan pria paruh baya. Anggi kenal kedua orang itu.

Rehan memandang ke arah yang sama. "Bukankah dia Nicia? Orang yang jadi pelakor rumah tanggamu?"

Anggi menatap pria itu yang memasang raut wajah datar. Hampir saja dia memukul kepala Rehan.

"Monica, Rehan! Namanya Monica!" Ralat Anggi.

Rehan mengibaskan tangan tak peduli, "siapalah itu. Bukan urusanku." Ujarnya tak acuh.

Anggi menggeleng takjub.

"Lalu, pria itu siapa? Dia bukan Andre."

Anggi mendengus, "dia Budi. Suami dari klienku. Dasar buaya," katanya sambil menatap pria paruh baya yang berada beberapa meter darinya itu dengan bengis.

Rehan menghela nafas.

Lagi-lagi perselingkuhan. Sampai kapan kaumku membuatku malu dengan tingkah konyol menjurus menjijikan itu? Rutuk Rehan dalam hati.

Anggi menarik tangan Rehan dengan paksa. Dia akan menghampiri dua orang itu. Dia kesal, sangat.

Anggi sengaja menabrak bahu Monica. Membuat gadis yang tengah memilih beberapa baju itu menatapnya. Terpana.

"Kamu?"

Anggi memutar matanya, dia mengabaikan Monica dan beralih menatap si pria botak di samping gadis itu. Keringat sebiji jagung mulai bermunculan di keningnya yang keriput.

Pria itu berdehem.

"Siang, Pak Budi." Sapa Anggi semanis mungkin namun bagi Budi, itu mengandung racun.

Racun sianida atau arsenik, mungkin. Pokoknya mematikan.

Budi mengusap keringat di keningnya dengan sapu tangan biru. Tersenyum paksa ke arah Anggi.

"Kamu kenal wanita ini, Sayang?" Tanya Monica dengan nada manja.

Anggi tersenyum sarkastis. Menunggu jawaban Budi.

"Ehm... Anu... Itu..." Budi gugup, tidak tahu harus bagaimana. Dia merasa terpojok.

Anggi melipat kedua tangannya di depan dada, tersenyum penuh misteri, "tentu saja kami kenal, bukan begitu, Pak Budi?" Tekannya.

Coming (Back To You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang