32

2.1K 82 2
                                    

🌺🌺🌺

"Ma...ini..."

"Mama sudah tahu dia siapa," ketus Mira, menatap Anggi dengan sorot tidak suka.

Anggi merasa tidak enak. Beberapa kali dia melirik ke arah Rehan. Berharap pria itu membawanya pulang saja. Entah kenapa, dia merasa mama Rehan tak menyukainya. Berbeda dengan dulu.

"Ma, aku mohon...hargai keputusanku. Kami saling mencintai," ujar Rehan, menggenggam jemari Anggi dengan kencang. Tidak mau di pisahkan.

Mira mendengus, "lebih baik kamu bawa wanita itu pergi. Mama mau istirahat." Dan tentu saja Mira meninggalkan kedua sejoli itu.

Anggi menunduk. Berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Sungguh, perlakuan dan ucapan Mira benar-benar menyakiti hatinya.

"Nggi...maafin Mama ya. Mama cuma butuh waktu."

Anggi menarik nafas panjang, "rasanya sakit, Han. Apalagi mengingat dulu Tante Mira tidak sedingin ini padaku." Katanya sendu.

Rehan semakin merasa bersalah. Padahal dia berharap dengan kedatangan Anggi, akan membuat mamanya sedikit luluh. Biar bagaimanapun mereka sudah saling kenal. Karena dulunya Anggi adalah teman Rehan, bertiga dengan Nadia.

Tapi, sekarang...

"Lebih baik aku pulang, Han."

Anggi berdiri.

"Biar aku antar."

"Tidak usah. Aku bisa naik taksi."

Bodohnya, Rehan malah membiarkan Anggi pulang sendirian dengan taksi.

***

Anggi duduk dengan gelisah di tempatnya. Sudah lebih dari sepuluh menit dia menunggu seseorang yang mengajaknya bertemu di cafe ini. Sesekali dia meremas tangannya sendiri. Gugup, itu yang dia rasakan. Belum lagi memikirkan kiranya apa yang akan dibahas dalam pertemuan ini.

"Ekhem!"

Sebuah deheman menyentaknya. Anggi mendongak dan langsung berdiri, menyambut orang yang sejak tadi dia tunggu.

"Tante..." Sapa Anggi, berniat menyalami tangan wanita di depannya. Tapi, wanita itu abai dan memilih duduk saja.

Anggi duduk dengan perasaan semakin gugup.

"Sejak tadi?"

"Tidak, aku baru saja tiba, Tante." Sahut Anggi. Mereka saling pandang dalam diam. Anggi tidak berani bertanya maksud dari wanita itu mengajaknya bertemu.

"Kamu tentu tahu kenapa Tante mengajakmu bertemu empat mata, kan?"

Anggi menggeleng lemah, "tidak, Tante."

Alis wanita di depannya menukik dengan bibir yang mencebik. "Tidak usah pura-pura tidak tahu. Tante sangat tahu kalau kamu wanita yang cerdas."

Anggi menggigit bibirnya. Bimbang. Meskipun samar-samar dia mengerti maksud pertemuan ini.

"Tante tidak mau banyak basa-basi, Anggi. Tante harap, kamu jauhi Rehan! Dia pantas mendapatkan yang terbaik!"

Anggi tersentak. Entah kenapa ada yang tercubit disudut hatinya mendengar kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Tante Mira. Wanita yang selama ini Anggi kagumi sebagai role model. Tentu saja setelah ibunya.

"Tante..."

"Tante sedang tidak mengajakmu bernegosiasi, Anggi. Tante tidak suka dengan hubungan kalian. Apa menjadi teman masih belum cukup untukmu?"

Anggi diam saja. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Seharusnya kamu sadar! Status kalian saja sudah berbeda. Jangan egois, Anggi!"

Mata Anggi berkaca-kaca. Haruskah dia melepas Rehan? Tapi, bagaimana dengan hatinya? Membayangkannya saja dia sudah merasa sakit.

"Tante, aku mohon. Kami saling mencin--"

"Cinta bisa hilang seiring berjalannya waktu!" Sela Mira kesal. Dadanya naik turun karena emosi yang membludak. Jika tidak ingat tempat, mungkin dia sudah mengamuk sejak tadi.

"Tapi..."

"Tante tidak peduli. Karena Rehan tidak bisa di beri tahu, maka kamu yang harus tahu diri. Jauhi anak Tante. Dia layak mendapatkan gadis yang masih single!" Desis Mira.

Anggi mengangguk. Dia menghapus air matanya dengan kasar. Menatap wanita keras di depannya dengan nanar. Jika saja selama ini Rehan tidak sibuk mengejarnya, mungkin Anggi tidak akan sampai pada titik ini!

Dia tidak terima disalahkan. Situasi ini bukan kesalahannya!

Anggi berdiri, menatap dengan penuh tekad.

"Baik jika itu maunya Tante. Bilang pada anak kesayangan Tante, jangan pernah menemuiku lagi. Aku sudah cukup lelah selama ini memiliki ibu mertua tidak tahu diri. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Sudah cukup semuanya. Terimakasih!"

Anggi melenggang. Meninggalkan Mira yang terperangah dengan tindakannya. Dia tidak menyangka Anggi mengatakan hal seperti itu. Maksudnya apa? Dia mau menyamakan dirinya dengan mantan mertuanya itu?

Sial!

Mira langsung kesal.

***

[Nad, aku pergi. Tidak tahu sampai kapan. Semoga kamu selalu sehat. Sampaikan salam sayangku untuk si kembar. Aku akan merindukan kalian. Mungkin aku akan menyingkir untuk sementara waktu. Pikiranku perlu di tenangkan. Maaf, aku tidak berpamitan. Jangan mencari ku. Aku tidak akan mengatakan kemana aku pergi. Aku tidak mau dicari. Aku tidak mau ditemukan. Aku akan pulang jika hatiku mengatakan aku sudah siap. Aku menyayangimu, sahabatku.]

Nadia menatap nanar deretan huruf yang terpampang di layar ponselnya. Dia berusaha menghubungi Anggi. Tapi, ponselnya tidak aktif. Dia tidak tahu kenapa Anggi tiba-tiba seperti ini.

Rehan. Ya, aku harus menghubungi Rehan! Pikir Nadia, dia langsung menelpon Rehan.

Hingga dering kelima, laki-laki itu masih tidak bisa di hubungi. Nadia kesal dan frustasi. Apa yang harus dia lakukan sekarang?!

***

Tbc

Hai...jumpa lagi...  Maaf yang cerita ini mengalami koma panjang... 🙏
Rupanya WB itu bukan cuma mitos belaka, guys...


Coming (Back To You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang