Brakkk
Pranggg
Plakk
Tamparan Mark begitu kuat hingga menimbulkan sang empu meringis kesakitan bahkan wajahnya pun sampai menoleh kesamping saking kerasnya tamparan itu.
"Apakah pantas seorang istri mengatakan hal itu kepada suaminya."teriak Mark dengan mata menajam dan rahang yang mulai mengeras.
"Dan apakah pantas seorang suami melakukan kekerasan pada istrinya."balas Haechan tidak kalah berteriaknya.
"Jangan memancing emosiku Haechan, kau telah melebihi batasanmu."
"Dibagian mana aku melebihi batasan ku."
"Berhenti mencampuri urusan pribadi ku."bentak Mark.
"Aku istrimu Mark, jadi aku berhak tau apa yang kau lakukan termasuk tentang wanita simpanan mu itu."
Plakk
Mark terus saja menampar Haechan, ntah sudah berapa kali Mark selalu menggunakan kekerasan jika mereka sedang bertengkar bahkan saking terlalu seringnya tubuh Haechan akan mengalami lebam setelahnya contohnya seperti sekarang sudut bibir Haechan sedikit robek dan berdarah karena tamparan Mark, tapi Haechan tidak akan pernah gentar bukankah wajar jika seorang istri menuntut hak pada suaminya.
Suara kegaduhan itu terus saja terdengar begitu nyaring disebuah rumah mewah milik keluarga kecil Mark, ini bukan yang pertama kalinya mereka bertengkar mungkin hampir setiap hari, percayalah rumah tangga mereka memang tidak pernah baik-baik saja selalu saja ada hal yang membuat keduanya berakhir dengan pertengkaran.
Meskipun seperti itu mereka tidak pernah memiliki niat untuk berpisah, karena Haechan hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya meskipun pernikahannya sangat tidak beruntung. Tapi ntahlah dengan Mark sendiri, dia terlalu tertutup untuk urusan pribadinya.
"Sudah kubilang berhenti mencampuri urusan pribadi ku, Haechan."geramnya.
"Jika saja kau tidak menerima pernikahan ini, mungkin saja aku tidak akan pernah membencimu, ini salah mu dan tanggung saja semuanya sendiri."
"Suka atau tidak aku tidak akan pernah peduli sedikitpun."lanjut Mark, dengan berjalan kearah pintu keluar.
Haechan langsung saja menarik lengan Mark. "Kau mau kemana lagi."
Mark menghempaskan cekalan Haechan, dan mendorongnya hingga jatuh.
"Ahk."Haechan mengerang kesakitan karena lututnya terluka dan mengeluarkan darah, pasalnya dia jatuh ditempat pecahan kaca yang mana itu adalah ulah Mark.
"Sudah kubilang berhenti ikut campur brengsek."Mark berteriak tepat didepan wajah Haechan setelah itu Mark benar-benar pergi.
Ingin rasanya Haechan menangis namun tidak bisa air matanya telah kering, semuanya tidak tersisa lagi karena Mark terlalu sering menyakiti nya.
Apakah mereka sadar jika yang selalu mereka lakukan itu membuat satu orang dirumah ini merasa sakit, apakah mereka pernah berpikir kalau ada seseorang yang muak dengan apa yang selalu orang dewasa itu lakukan, selalu saja pertengkaran disetiap harinya, apakah mereka tidak lelah, ingatkan mereka agar tidak egois karena mereka memiliki seseorang yang butuh kasih sayang dari keduanya.
Berusaha untuk berdiri, manik coklat milik Haechan melirik kearah tangga dan mendapati anaknya yang tengah berdiri dengan tatapan benci yang selalu diperlihatkan nya selama ini. Dengan susah payah Haechan berdiri lalu menghampiri anaknya dengan jalan tertatih bahkan kadang Haechan meringis karena perih dilukanya, lalu berdiri dihadapan buah hatinya, permata paling berharga dalam hidupnya, Jung Chenle putri pertamanya dengan Mark, tumbuh begitu cantik dan menawan, hanya ada satu yang Haechan sayangkan Chenle memiliki sifat yang sama seperti Mark, yaitu sama-sama keras kepala sekalipun Chenle adalah gadis remaja 13 tahun, tapi dia sudah sangat pandai mengetahui situasi apapun yang terjadi disekitarnya.
"Sayang, kau lapar mari biar mama siapkan."ajak Haechan dengan lembut.
"Tidak mau."jawabnya angkuh.
"Kau belum makan malam Chenle-ah, setidaknya makan roti ya, mama buatkan."
"Sudah kubilang aku tidak mau."teriak Chenle
"Chenle, mama tidak pernah mengajarkan mu untuk melawan orang tua."ingat Haechan dengan tegas.
"Kenapa, kau akan memukul ku juga seperti papa memukul mama, karena berteriak pada papa."
Setelah mengatakan itu Chenle pergi meninggalkan Haechan dan memasuki kamar nya kembali dengan membanting pintu kamar dengan keras bahkan terdengar dentuman diseluruh ruangan rumah, kalian bisa melihatnya bukan, Chenle sangat persis seperti ayahnya, sangat keras kepala.
Hati Haechan mencelos, begitu sakitnya saat melihat dan mendengar anaknya selalu menjadi saksi pertengkaran antara dirinya dengan Mark.
Haechan berusaha membujuk Chenle dengan terus mengetuk pintu kamar anaknya, sesekali memanggil Chenle meskipun tidak ada sahutan dari dalam, tapi Haechan harus tetap sabar Chenle masih remaja labil yang belum sepenuhnya mengerti dengan masalah orang dewasa, dia hanya selalu melihat pertengkaran ayah dan ibunya saja, mungkin dia selalu berpikir jika menjadi dewasa pasti tidak akan menyenangkan.
"Sayang, bisa buka pintunya."
"Maafkan mamah sayang, cepat buka pintunya kau harus makan".
"Chenle-ah, mama berjanji tidak akan marah lagi."
"Bohong, kalian semua pembohong aku membenci mama."
"Aku juga membenci papa."
"Bahkan aku membenci terlahir dikeluarga hancur seperti ini, aku benci kalian semua, aku benci pergiii."teriak Chenle didalam kamarnya.
Hati Haechan kembali mencelos kali ini lebih menyakitkan, kalian pasti merasakan apa yang Haechan rasakan coba bayangkan saja saat anakmu sendiri membencimu bahkan dia membenci terlahir darimu. Haechan mulai terisak pelan ini lebih menyakitkan dari apapun, bahkan ini lebih menyakitkan dari luka yang selalu Mark berikan.
"Tidak sayang, jangan bicara seperti itu mama mohon."
"Kubilang pergi, pergi jangan memanggil ku lagi, pergiii."teriak Chenle kembali.
"Mama mohon, bukalah pintunya sayang."panggil Haechan disela isakannya bahkan tubuhnya telah merosot kebawah, duduk menyender pada pintu kamar putrinya Haechan terus saja mengetuk pintu kamar itu dan sesekali memohon kembali meskipun hasilnya tetap sama, hanya kata bencian yang selalu anaknya ucapkan, bahkan Chenle juga berteriak agar Haechan pergi meninggalkan nya.
Terdengar tangisan didalam kamar putrinya, apakah Chenle-nya menangis, tidak yatuhan jangan buat anaknya menderita juga, Haechan terus memohon pada Tuhan agar memberikan takdir berbeda pada anaknya jika seperti ini terus Haechan tidak kuat lagi, sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, and My Marriage [Markhyuck Gs]✔
FanfictionBukankah suatu pernikahan seharusnya menjadi alasan seseorang untuk bahagia, namun bagaimana dengan mereka yang menikah karena dijodohkan akankah mereka juga merasakan bahagia atau sebaliknya. Warning ⚠ Markhyuck Gs Short story