My Story.
“Aku memiliki penyesalan yang sangat amat besar hingga membuatku tidak pernah bisa melupakan nya, rasanya sangat menyakitkan bukan hanya penyesalan saja, aku juga terlibat dalam sebuah kehilangan.
Aku belajar dari apa yang aku alami sebelumnya, marah bukanlah cara agar menyelesaikan sebuah masalah justru marah lah yang akan menjerumuskan mu kedalam sebuah masalah itu.
Dulu saat usiaku masih tigabelas tahun aku harus kehilangan sekaligus dua orang yang kusayangi, aku tidak pernah berfikir jika aku akan berakhir hidup seperti ini.
Aku yang selalu menuruti emosi dan hawa nafsu hingga merugikan diriku sendiri seperti ini dan berakhir dengan sebuah penyesalan lalu kehilangan adalah hadiah yang pasti akan kuterima, dan semuanya memang telah terbukti.
Kadang manusia memang harus sampai kepada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, dan kasih sayang, kadang manusia juga harus kehilangan seseorang sebelum akhirnya menyadari betapa berartinya seseorang dalam hidupnya.
Hal yang menyakitkan ketika kau kehilangan seseorang adalah kenyataan bahwa dia tidak akan pernah kembali, dan telah pergi untuk selamanya, Aku berusaha untuk ikhlas dari suatu kehilangan dan tersenyum dari suatu kesakitan.
Saat semuanya seakan berhenti bahkan berakhir, berpikirlah sejenak, mungkin Tuhan mengharuskan kita untuk menyesal.
Itulah pengalaman hidupku, penyesalan dan sebuah kehilangan.”
"Tidak baik untuk ibu hamil terus berada diluar saat malam hari."seru seseorang sambil menyampirkan sebuah selimut hangat untuk Chenle, lalu memeluknya dari belakang dan sesekali mencium kepala sang istri.
"Tapi aku suka udaranya."
"Tetap saja kau akan kedinginan sayang, lagipula angin malam tidak sehat untuk mu dan calon baby" tuturnya dengan membalikkan tubuh sang istri lalu menatapnya lembut dan merapikan helaian rambut yang menghalangi penglihatan Chenle.
Menatap suaminya dengan lama tak Chenle banyak bersyukur karena Tuhan telah mengirimkan malaikat seperti Jisung. Sedikit melirik kearah jam, Chenle mengerutkan dahinya.
"Ji, ini masih terlalu sore untuk mu pulang."
"Memangnya kenapa, tidak boleh, aku merindukan calon baby, sayang"
"Kau hanya merindukan baby nya saja"tanya Chenle.
"Tentu saja tidak, aku juga merindukan mommynya"jawabnya dengan sedikit mencubit hidung Chenle dengan pelan.
Chenle tertawa pelan lalu memeluk Jisung, membenamkan wajahnya didada milik sang suami mencari posisi ternyaman untuk nya.
"Kau mengantuk?" tanyanya dan Chenle hanya mengangguk.
"Ayo tidur"
"Tapi kau belum mandi, Ji"
"Aku bisa mandi nanti, saat kau sudah tidur kau harus istirahat baby nya juga" kata Jisung lalu mengangkat Chenle dan membawanya ke kasur lalu menidurkan nya.
Mereka tidur dengan saling berhadapan tidak sulit karena memang usia kandungan Chenle baru menginjak tiga bulan.
Memandang wajah letih sang suami Chenle tersenyum bahagia, bagaimana bisa seorang Park Jisung yang sangat baik hati dan murah senyum telah menjadi suaminya, ini sulit dipercaya namun semuanya memang nyata.
Pernikahan keduanya telah berjalan kurang lebih dua tahun yang lalu.
Pertemuan Jisung dan Chenle pun seperti tidak disengaja karena pada saat itu Chenle mengalami sakit yang lumayan parah dan mengharuskan nya dilarikan kerumah sakit, dan berujung bertemu dengan Jisung yang kebetulan adalah anak dari seorang dokter yang merawat Chenle.
Tuhan memang maha adil dia telah mengambil orang-orang yang Chenle sayangi lalu mengganti nya dengan sosok seperti Jisung, seorang suami yang sangat baik, pengertian bahkan sangat tampan.
"Jisung-ah"
"Hmmmm"gumamnya.
"Aku ingin berkunjung ke makamnya mama dan papa"
"Kita akan pergi besok, dan aku akan menemani mu"
"Sebelum kesana aku juga ingin menemui kakek dan nenek dulu, aku sangat merindukan mereka, ini keinginan calon baby"tuturnya.
"Apapun, apapun untuk mu dan calon baby"jawabnya dengan menatap Chenle lembut.
"Kau sangat baik, bagaimana caranya agar aku menjadi istri yang baik juga."renggut nya.
"Kau mau tau caranya" tanya Jisung dan Chenle pun mengangguk dengan antusias bahkan matanya terlihat berbinar, seperti anak kecil. Oh seperti nya Chenle adalah seorang bayi yang tengah mengandung bayi.
"Cium aku, maka kau akan menjadi istri yang baik." pintanya sambil menujuk bibirnya sendiri.
"Mana ada seperti itu"
"Tentu ada, dan itu syarat dariku agar menjadi istri yang baik, cepat lakukan".
Meskipun merenggut tidak suka tapi Chenle tetap melakukan nya yaitu memberikan kecupan pada setiap wajah Jisung. "Sudah" katanya.
Cup
"Itu sebagai tanda terimakasih dariku, bagaimana impas kan" katanya setelah memberikan kecupan dibibir sang istri.
"Menyebalkan" setelahnya Chenle menenggelamkan kepalanya dan mulai tertidur, karena Jisung dapat mendengar dengkuran halus sang istri. Merapatkan tubuhnya dengan Chenle, Jisung mengecup kembali Chenle dibagian keningnya dan membisikkan sesuatu sebelum menyusul untuk tidur.
"Selamat tidur sayang, berbahagialah selalu aku mencintaimu dan calon baby"keduanya tertidur dengan saling memeluk, seperti sedang menghangatkan satu sama lain.
Mari tinggalkan pasangan suami istri yang sedang bermesraan itu dan kita akan membahas tentang Mark, setelah kepergian Haechan.
Ya selain Haechan, Mark juga telah meninggalkan Chenle tepat sehari setelah ibunya dimakamkan.
Mark yang prustasi atas apa yang dialaminya membuatnya menjadi tidak karuan, bahkan Mark mabuk-mabukan dan mengalami kecelakaan setelah mobil yang dikendarai nya menabrak pembatas jalan dan berakhir jatuh kesebuah jurang.
Tidak mudah untuk keluarga menerima kabar buruk itu, pasalnya mereka masih dalam keadaan berduka namun sayang seperti nya Tuhan memang telah merencanakan semuanya, dan mengambil Mark untuk selamanya.
Ini sudah hampir sepuluh tahun, namun kenangan nya masih saja terasa seperti baru kemarin.
Sedangkan untuk Jeno, dia juga telah menemukan seseorang yang bisa membuatnya bangkit kembali dari keterpurukan yang dialaminya setelah kematiannya Haechan, wanita itu bernama Na Jaemin, wanita baik hati yang selalu merawat Jeno dengan baik bahkan Jaemin tidak pernah marah sekalipun pada Jeno.
Pernikahan keduanya telah berjalan selama delapan tahun dan telah dikaruniai seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang diberi nama Lee Aera.
Inilah kisah akhir dari semuanya. Meskipun awalnya mengalami sebuah keterpurukan namun akhirnya mereka menjalani sebuah kehidupan dengan pasangan nya masing-masing.
Mari kita ambil dari sisi positifnya, bahwa tidak semua manusia yang menjalani hidupnya akan berakhir dengan sebuah kebahagiaan, sebaliknya tidak juga semua manusia akan berakhir dengan sebuah keterpurukan. Mereka memiliki takdir nya masing-masing, ada yang beristirahat terlebih dahulu sebelum merasakan kebahagiaan dan ada pula yang tetap menjalani hidupnya meskipun semuanya masih terasa begitu rumit.
Banyak nya penolakan dan banyak pula penyesalan dan berakhir dengan kehilangan, lalu apa yang didapatkan dari semuanya? Tidak ada! Karena semuanya terlihat percuma, cukup diam dan nikmati alurnya mungkin saat ini adalah saat yang menyakitkan namun tidak untuk hari esok bukan.
Semuanya terlihat rinci dan jelas, dibalik semua itu terdapat banyak luka namun pada akhirnya akan menjadi penyembuh juga.
🦁🐻
“Jangan pernah menjadi orang bodoh yang mengatasnamakan kata terserah jika kau tidak ingin berakhir dengan sebuah penyesalan”
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, and My Marriage [Markhyuck Gs]✔
Fiksi PenggemarBukankah suatu pernikahan seharusnya menjadi alasan seseorang untuk bahagia, namun bagaimana dengan mereka yang menikah karena dijodohkan akankah mereka juga merasakan bahagia atau sebaliknya. Warning ⚠ Markhyuck Gs Short story