03

9K 934 32
                                    

"Saya sudah melakukan apa yang Dokter sarankan."

"Tidur minimal 6 atau 8 jam, melakukan olahraga, melakukan rutinitas baru yang dapat memotivasi saya, tapi Dokter saya tidak bisa menjaga kontak sosial dengan suami saya."

"Saya merasa tekanan dalam diri saya semakin meluap. Dokter saya merasa depresi yang saya alamipun semakin menjadi." Lanjut Haechan, dengan panjang lebar.

Ntah yang keberapa kalinya Haechan mendatangi Dokter psikiater untuk meminta saran, tapi hasilnya tetap sama yang ada depresi yang Haechan alami semakin menjadi-jadi, bahkan kadang Haechan sampai berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena itu, dia juga pernah mengonsumsi sebuah obat penenang. Jika boleh jujur Haechan sudah sangat lelah jika terus menerus hidup seperti ini, dia ingin semuanya cepat-cepat berakhir merasakan kebahagiaan dalam keluarga kecilnya, dicintai oleh suaminya sendiri, dan membuat buah hatinya merasa bahagia saat didekatnya, Haechan ingin merasakan itu semua bahkan sampai kapanpun keinginan nya akan tetap sama. Tapi apa daya, sepertinya Tuhan telah menggariskan sebuah takdir yang berbeda.

"Anda hanya perlu bersabar nyonya."

"Terkadang apa yang kita jalani akan terasa begitu sulit. Tapi percayalah semua yang Anda lakukan akan mendapatkan apa yang anda inginkan."

"Dokter apakah ada cara lain."

"Masalahnya ada disuami anda, cobalah untuk terus berusaha menjaga kontak sosial dengan nya, meskipun kalian tinggal satu atap." Ucap dokter Kim.

Haechan terdiam, bukannya tidak bisa hanya saja ntah kenapa sekeras apapun Haechan menghindari Mark, hasilnya akan tetap sama, mereka akan tetap bertemu dan berakhir dengan pertengkaran hebat bahkan tidak jarang Mark juga selalu melakukan kekerasan, karena pada dasarnya mereka tinggal dirumah yang sama.

Bukan hanya kesehatan mentalnya saja yang harus Haechan pikirkan, dia juga harus memikirkan kedaan anaknya terlebih remaja seperti Chenle masih mengalami mood yang naik turun. Sebenarnya mood yang dialami anak remaja sangat wajar karena moody mereka akan membaik ketika beranjak dewasa.

Hanya saja berbeda lagi dengan Chenle-nya yang tinggal bersama kedua orang tuanya yang tidak pernah tahu situasi untuk bertengkar. Bukankah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk remaja seusia Chenle?. Chenle seperti korban brokenhome, hanya saja dia masih merasakan diperhatikan oleh kedua orang tuanya, meskipun mereka selalu bertengkar tepat dihadapannya.

Sebenarnya Haechan selalu berusaha membuat Chenle merasa nyaman dengan nya hanya saja, karena sering melihat pertengkaran antara ayah dan ibunya, membuat Chenle menutup diri bahkan jika dilihat Chenle akan terlihat dekat dengan nenek, kakeknya. Menyadarkan dirinya dari semua lamunannya, Haechan menatap Dokter Kim.

"Terimakasih atas sarannya Dokter, saya akan mengusahakan semuanya."

"Nyonya Jung, buatlah hal-hal yang membuat Anda merasa lebih baik."

"Saya mengerti, saya permisi Dokter Kim."Haechan membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan Dokter Kim.

Memasuki mobilnya, Haechan melajukannya untuk segera menuju rumahnya. Dalam perjalanan pulangnya Haechan terus saja memikirkan berbagai hal yang telah dia alami selama ini, dan dia rasa semuanya terasa begitu sama tidak ada perubahan sedikitpun Haechan merasa dia tidak bisa lagi menjalani hidupnya terus-menerus dengan keadaan seperti ini, hanya saja setelah lahirnya Chenle dalam hidupnya membuat Haechan merasa kalau dia harus bangkit dan mulai berjuang kembali dari nol, meskipun semuanya belum terlihat jelas apakah dia akan merasakan bahagia atau tidak, menghembuskan nafasnya dengan berat Haechan kembali ke kenyataan menyetir dengan hati-hati dan sialnya ntah kenapa mobilnya tiba-tiba berhenti, apakah mobilnya mogok? menghela nafas kasar sepertinya, Haechan berpikir sepertinya dunia memang sedang menentang Haechan. Lupakan, untung saja mobil Haechan berhenti dipinggir jalan yang lumayan ramai jadi dia tidak perlu merasa khawatir karena banyak orang jadi setidaknya Haechan bisa meminta bantuan orang-orang, Haechan turun dari mobilnya dan mengecek mesin depan mobilnya yang sama sekali tidak dia mengerti.

"Bagaimana ini."gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Melirik kekanan dan kiri, Haechan berdo'a agar ada orang baik yang berkenan menolongnya, tapi sepertinya dari ratusan atau mungkin ribuan orang yang kebetulan lewat disana tidak memiliki niat sama sekali untuk menolongnya, dunia memang kejam bukan.

Mendudukkan dirinya disebuah bangku dipinggir jalan, Haechan mencari ponselnya untuk menelpon supirnya, dan kesialan sepertinya sedang berpihak padanya ponselnya malah ikut-ikutan mati. Jika seperti ini bagaimana, apakah Haechan naik taxi saja. Mengusap wajahnya kasar Haechan bangkit dari duduk nya.

"Haechan-ssi apa yang sedang anda lakukan disini."

Haechan menolehkan kepalanya. "Ah Jeno, kupikir siapa."

"Mobil saya tiba-tiba mogok, sepertinya terjadi sesuatu pada mesinnya."lanjutnya.

"Boleh saya lihat." Tanyanya.

"Tentu."

Jeno melihat-lihat mesin mobil Haechan, mengeluarkan beberapa peralatan yang mungkin saja diperlukan. Berusaha mengutak-atik mesin mobil Haechan tapi sepertinya Jeno tidak berhasil memperbaikinya.

Jeno berkacak pinggang lalu menatap Haechan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu tersenyum kikuk setelahnya. Sedangkan Haechan yang melihat tingkah Jeno pun terkekeh dan menggeleng pelan.

"Maaf Haechan-ssi sepertinya saya bukan ahlinya." Katanya dengan tersenyum kikuk.

"Tidak apa-apa." Jawab Haechan dengan tersenyum sambil menghampiri Jeno.

"Oh dan yah, jangan terlalu formal, panggil Haechan saja."katanya, Jeno pun mengangguk.

"Maaf sekali lagi."

"Tidak perlu seperti itu Jeno, justru saya berterimakasih karena sudah mau membantu, saya duluan." Saat Haechan hendak pergi tiba-tiba Jeno memanggilnya.

"Haechan."

"Nde."

"Mau saya antarkan, bukankah mobilmu masih mogok."

"Tidak perlu saya akan naik taxi saja."tolak nya dengan sopan agar tidak menyakiti perasaan Jeno.

"Baiklah kalau begitu."

"Tapi Haechan bagaimana dengan mobilmu."lanjutnya.

"Saya akan menyuruh supir untuk membawanya ke bengkel."

Haechan menghentikan sebuah taxi dan membalikkan tubuhnya. "Jeno saya duluan."pamitnya, dan Jeno menganggukkan kepalanya.

Jeno terus saja memandang kepergian taxi yang ditumpangi oleh Haechan, sampai taxi itu benar-benar tidak terlihat lagi, dia memandangnya dengan sangat lamat.

"Apakah dia sedang berpura-pura bahagia?."ucapnya, lalun setelah itu menggelengkan kepalanya dan memasukkan kembali peralatan service miliknya, memasuki mobilnya dan melajukannya.

Me, and My Marriage [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang