Haechan terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa nyeri dan kaku bahkan beberapa bagian tubuhnya terasa ngilu, mungkin itu efek dari dinginnya lantai, pasalnya semalaman Haechan tertidur didepan pintu anaknya dengan posisi duduk, pasti itu sangat sakit mengingat Haechan tidur dengan posisi yang tidak benar.
Berusaha bangun dengan susah payah Haechan mengerang kesakitan, ah dia sampai lupa dengan luka di lututnya, bahkan lukanya telah mengering. Berjalan kearah kamarnya dengan sekuat kemampuan yang dia punya, Haechan sedikit menyeret langkahnya dengan berpegangan pada dinding rumah. Setelah sampai didepan pintu kamarnya Haechan langsung saja masuk kedalam kamarnya.
Mencari-cari kotak obat luka, Haechan malah menjatuhkan sebuah poto pernikahan nya dengan Mark menatapnya dengan nanar lalu menyimpan nya kembali ketempat semula, tak lama kemudian Haechan mendudukkan dirinya bersama obat luka di pangkuannya, mulai mengobati lukanya sendiri Haechan terkadang meringis kesakitan bahkan Haechan sesekali meniupnya agar sedikit menghilangkan rasa sakitnya.
Saat dirasa sudah selesai Haechan memakaikan plester di lukanya, dan beranjak pergi keluar kamar untuk membersihkan kekacauan semalam Haechan juga Harus menyiapkan makanan untuk Chenle.
Haechan menghela napas berat, ruang tamunya begitu berantakan dan sangat kacau, terdapat pecahan kaca dimana-mana bahkan sofa juga sudah berbeda posisi, serta terlihat sedikit bercak darah yang mulai mengering dilantai rumahnya.
"Dari mana aku harus memulai membereskannya."gumamnya.
Setelah itu Haechan memulai semuanya mulai dari membereskan pecahan kaca terlebih dahulu dan setelah itu dia mulai menyapu, mengepel dan setelah itu membenarkan beberapa barang-barang yang mulai berantakan dari tempat semula nya.
Saat dirasa telah selesai Haechan menuju dapurnya untuk memasak, mulai memotong beberapa bahan makanan untuk membuat sop, Haechan juga memasak nasi goreng kimchi makanan kesukaan Chenle dan juga memasak telor mata sapi untuk bekal makanan Chenle, semuanya telah tersaji di meja makan sekarang waktunya Haechan membangunkan putrinya.
Saat akan menaiki tangga Haechan melihat Chenle yang sudah siap dengan seragam sekolah JHS nya.
"Mama pikir kamu belum bangun."kata Haechan, dan Chenle tidak menanggapinya sedikitpun, menghela nafas Haechan sudah tau benar dengan watak sang anak jadi dia tidak terlalu diambil pusing.
"Mama sudah menyiapkan makanan kesukaan mu, makanlah dulu kau belum makan dari malam."
Tetap tidak menanggapi ucapan Haechan, bukannya pergi ke meja makan untuk sarapan justru Chenle malah berjalan lurus menuju pintu keluar.
"Chenle."panggil Haechan.
Otomatis Chenle menghentikan langkahnya, tanpa membalikkan tubuhnya sebagai respon dari panggilan sang ibu.
"Apa."
"Kau harus sarapan, sayang."
"Aku tidak memiliki mood untuk makan."
"Tapi tetap saja kau harus makan, lagipula sayang jika makanan nya tidak dimakan."ucap Haechan dengan berusaha selembut mungkin agar tidak membuat Chenle merasa sakit hati.
Memutar bola matanya malas, Chenle membalikkan tubuhnya lalu menatap sang ibu.
"Kenapa tidak kau saja yang menghabiskan nya, kau yang memasaknya bukan, jadi habiskan saja sendirian."ucapnya lalu pergi beranjak meninggalkan ibunya, bahkan Chenle tidak berpikir jika perkataannya akan menyakiti sang ibu.
Rasanya sangat sakit, dadanya bahkan serasa dihantam sebuah benda tajam berkali-kali, Haechan berusaha menghela nafas dalam-dalam dan menenangkan pikirannya, meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja, mungkin Tuhan memilih jalan ini untuk kebahagiaan Haechan nanti.
Mengambil sebuah kotak makan, Haechan berlari keluar rumah.
"Chenle kotak makanmu tertinggal, sayang."panggil Haechan lalu menyodorkan kotak makannya pada Chenle.
Membalikkan tubuhnya Chenle mengambil kotak makan dari ibunya, lalu membalikkan kembali tubuhnya. Setidaknya Chenle selalu membawa bekal yang Haechan siapkan, jadi Haechan sedikit merasa lega.
"Paman Ahn ayo berangkat."
"Baik nona."
"Nyonya saya berangkat dulu".pamit sang sopir pada Haechan.
"Hati-hati lah".
Mobil yang ditumpangi oleh Chenle telah keluar dari halaman rumah Haechan.
Haechan kembali kedalam untuk kedapur kembali dan duduk seorang diri dimeja makan memulai sarapan paginya yang selalu saja sendiri tidak ada yang pernah berniat untuk menemaninya, untuk memakan makanan yang Haechan sediakan saja tidak pernah, memangnya apa yang Haechan harapkan dari pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh suaminya itu.
Hidup menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu membuat Haechan mengerti bahwa semuanya tidak akan terlihat mudah, dulu Haechan menginginkan keluarga kecil yang harmonis, pasti sangat menyenangkan saat memiliki keluarga seperti itu, Haechan jadi membayangkan bahwa keluarganya akan tertawa bersama, bermain bersama, melakukan piknik bersama dan yang paling penting adalah bahagia bersama.
Tanpa disadari olehnya Haechan mengangkat sudut bibirnya dia sedikit tersenyum, dengan pandangan yang lurus kedepan.
Mulai kembali ke alam sadarnya, Haechan tersenyum miris, bahkan semuanya hanya ada dalam bayangan nya saja.
Beranjak dari duduknya Haechan kembali kekamarnya untuk mandi, hari ini Haechan ada jadwal bertemu dengan dokter psikiater.
![](https://img.wattpad.com/cover/262440327-288-k89213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, and My Marriage [Markhyuck Gs]✔
FanficBukankah suatu pernikahan seharusnya menjadi alasan seseorang untuk bahagia, namun bagaimana dengan mereka yang menikah karena dijodohkan akankah mereka juga merasakan bahagia atau sebaliknya. Warning ⚠ Markhyuck Gs Short story