Haechan duduk dipinggir kasur dengan kaki yang ditekuk dan menumpukkan dagunya diantara kedua lututnya, bahkan Haechan masih menggunakan pakaian tidur dengan rambut yang diikat asal-asalan.
Membuat pola abstrak disebuah lantai yang tengah ia duduki, bahkan pandangannya pun masih terlihat kosong, seperti hanya ada kehampaan dalam dirinya.
Suara pintu dibuka tidak membuat Haechan merasa terganggu, dia masih sibuk dengan dunianya sendiri tanpa mau menolehkan kepalanya bahkan melirik saja sepertinya enggan.
Jeno memasuki kamar Haechan dan menatapnya sendu, tidak ada perubahan sama sekali sejak semalam, Haechan hanya sibuk melamun tanpa berniat untuk berbicara. Setelah kejadian semalam Jeno memilih membawa Haechan kerumahnya.
Dan betapa terkejutnya Jeno saat mendengar dokter pribadinya mengatakan bahwa Haechan mengalami depresi mayor dan trauma akut. Jeno hanya perlu berhati-hati saat menghadapi Haechan agar tidak membuat Haechan ketakutan.
Depresi mayor sendiri merupakan jenis depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu sedangkan Trauma akut sendiri diakibatkan oleh satu peristiwa yang membuat seseorang merasa stres atau berbahaya.
Menghela nafas berat, Jeno tidak sanggup membayangkan semuanya. Bahkan saat Dokter pribadinya mengatakan bahwa sebaiknya Haechan dirawat disebuah rumah sakit jiwa untuk rehabilitasi, sebenarnya dokter Shin sendiri belum yakin dengan apa yang terjadi pada HaechaHaechan, namun melihat kondisi Haechan yang terus berteriak ketakutan dan berusaha bunuh diri membuat Dokter Shin mengajukan saran tersebut.
Semuanya terjadi karena Haechan terlalu keras berpikir dan lagi juga karena Haechan telah mendapatkan pelecehan yang mana membuatnya semakin yakin untuk mengakhiri hidupnya.
"Haechan."
Yang dipanggil pun mendongak kan kepalanya dan menatap seseorang didepannya dengan lekat, lalu sedikit beringsut dengan tatapannya yang mulai bergetar.
Haechan mulai berteriak, memberontak dan terus memukul Jeno dengan kedua tangannya, ketakutan nya datang lagi, dia mengingat kembali kejadian mengerikan yang menimpanya semalam.
Merapatkan kakinya seolah sedang menahan rasa sakit yang amat melukainya dibagian bawahnya, Haechan kembali menangis dan meraung seperti merasakan kembali kesakitan yang didapatnya dari laki-laki bejat yang melecehkannya.
"Sa-sakit, pergi" lirihnya.
Jeno tidak tahan lagi melihat Haechan yang terus berteriak histeris seperti itu, lelaki bajingan mana yang telah melukai permata seperti Haechan.
"Haechan tenanglah, ini aku Jeno."ucapnya dengan mendekati Haechan.
"Kau tidak perlu takut, aku akan menjaga mu. Kemarilah." bujuknya dengan selembut mungkin agar tidak menakuti Haechan.
Haechan berhenti berteriak dan menatap Jeno dengan lelehan air mata yang masih membekas di pipinya.
"Je-jeno, kau Jeno." tanyanya dengan suara bergetar, sedangkan Jeno dia menganggukkan kepalanya sambil berusaha tersenyum, meskipun hatinya seperti dicabik oleh benda tajam saat melihat keadaan Haechan.
Beringsut mendekati Jeno, Haechan memeluknya dengan kuat bahkan Haechan juga meremat kerah kemeja milik Jeno, dan dapat Jeno rasakan jika Haechan menangis kembali diperlukannya dengan suara yang teredam diceruk leher milik Jeno.
Matanya terpejam dengan tangannya yang terus mengusap punggung bergetar milik Haechan bukan sedang mengambil kesempatan, Jeno hanya berusaha untuk tidak membuat Haechan merasa ketakutan kembali, walau bagaimana pun Jeno masih ingat jika Haechan sudah memiliki seorang suami dan anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me, and My Marriage [Markhyuck Gs]✔
FanfictieBukankah suatu pernikahan seharusnya menjadi alasan seseorang untuk bahagia, namun bagaimana dengan mereka yang menikah karena dijodohkan akankah mereka juga merasakan bahagia atau sebaliknya. Warning ⚠ Markhyuck Gs Short story