08

9.3K 900 94
                                    

Plak

"Dimana hati nurani mu, Mark."

"Ibu, ada apa dengan mu."

Mark yang belum sadar sepenuhnya pun berusaha bertanya-tanya dengan apa yang terjadi dan memegang pipinya yang telah menjadi sasaran tamparan sang ibu.

Semalam, setelah mengusir dan mengatakan hal-hal buruk pada Haechan, Mark melampiaskan rasa bersalah nya pada minuman alkohol, dan berakhir kacau seperti sekarang.

Ya, Mark merasa menyesal atas apa yang telah dilakukannya semalam pada Haechan, jika boleh jujur Mark tersulut emosi dan api cemburu karena melihat sebuah poto yang menunjukkan Haechan dan Jeno tengah tertawa bersama. Tapi sepertinya tindakan nya salah, bukan hanya telah menyakiti Haechan saja, Mark secara tidak langsung juga telah menyakiti putri dan dirinya sendiri.

"Ibu kau-"

"Sekarang aku tau semuanya."desis Taeyong.

"Bagaimana bisa aku membesarkan seorang putra seperti mu Mark, apakah ini balasanmu kepada ku atas apa yang kulakukan untukmu selama ini, jika kau marah karena aku menjodohkan mu dengan Haechan dan memisahkan mu dari kekasih mu itu, maka marahlah padaku, bukan menyakiti Haechan seperti ini, kau membuat nya menderita."

Mark hanya diam mendengarkan sang  ibu yang terlihat murka padanya, bahkan tatapan kasih sayang yang selalu didapatkan nya telah tergantikan dengan sebuah tatapan kekecewaan.

"Ibu-"

"Kau tau betapa sakitnya aku saat mendengar cucuku menangis pilu semalaman dan mengatakan semuanya tentang dia yang selalu menyaksikan pertengkaran ayah dan ibunya, apakah kau tau betapa hancurnya aku saat mendengar menantuku selalu diperlakukan buruk oleh suaminya, yang mana dia adalah putraku sendiri, dan apakah kau tau seberapa banyak aku menuntut Haechan agar selalu memperlakukan mu dengan baik, bahkan aku sering menyuruhnya agar mengerti tentang dirimu Mark, bagaimana bisa aku tidak mengetahui penderitaan menantuku sendiri, bahkan semua telah terjadi selama 14 tahun lamanya, kenapa kau tidak menolaknya dari awal, jika seperti ini kau juga telah menyakiti perasaan ibu,"

"Aku telah salah menuntut seseorang, bagaimana bisa atu tidak mengetahuinya selama ini."lirihnya dengan air mata yang terus berlomba-lomba untuk menuruni pipi Taeyong.

Tidak bergeming sedikitpun, Mark menerima semuanya, dia bahkan menerima kemarahan sang ibu, semuanya memang benar adanya, tidak ada yang perlu Mark bantah dia tidak bisa lagi membuat pembelaan untuk dirinya sendiri, Mark adalah definisi lelaki berengsek yang selalu bersikap bak malaikat didepan ibunya, namun sekarang semuanya telah terbongkar, sifat bejatnya, keegoisannya dan ke aroganannya telah memperlihatkan betapa berengsek nya seorang Mark Jung.

"Maafkan aku ibu, aku hanya tidak ingin membuat mu kecewa dengan menolak perjodohan itu."Mark bersimpuh dikaki sang ibu dengan menangis.

"Kau pikir dengan meminta maaf saja akan mengembalikan semuanya seperti semula?, kau tau Mark, kau membuat ku merasa telah gagal menjadi seorang ibu, bahkan kau juga telah membuktikan bahwa aku memang telah gagal mendidik putraku,"

"Aku ingin berkata jika aku menyesal telah melahirkan mu, tapi bagaimana pun kau tetap putraku, darah daging ku. Kau bukan hanya membuat ku marah, bahkan kau juga pada akhirnya membuat ku kecewa, Mark."lanjutnya tanpa menatap sang anak yang masih sibuk bersimpuh di kakinya.

Mark menyesal sungguh, tapi apalah arti dari penyesalannya untuk saat ini karena semuanya benar-benar telah terlambat. Tanpa sadar dia telah menghancurkan semuanya, bahkan dia telah menghancurkan kepercayaan orang-orang tersayang nya.

Mark terus menangis, bersimpuh dihadapan sang ibu, ingin sekali rasanya mengatakan jika dia begitu menyesal dan ingin kembali membangun, memperbaiki dan menata kembali semuanya dari awal, namun masih pantaskah Mark berharap seperti itu.

"Ibu, sungguh aku menyesalinya. Tolong bantu aku untuk memperbaiki semuanya."

"Kau telah menghancurkan sebuah berlian demi krikil Mark, sekeras apapun kau memperbaikinya tetap saja kau akan melihat bekas pecahannya,"

"Ibu tidak yakin semuanya akan kembali seperti semula, sekarang kau hanya perlu menerima konsekuensi dari apa yang kau lakukan selama ini Mark."

Setelahnya Taeyong pergi meninggalkan putranya dengan menahan tangisannya, sebenarnya Taeyong merasa kasihan melihat putra satu-satunya kacau seperti itu, namun Taeyong yakin penderitaan yang Mark rasakan sekarang belum seberapa, karena Haechan lah yang sebenarnya paling menderita dalam pernikahan keduanya.

Mark membenarkan perkataan ibunya, sekarang dia hanya tinggal menikmati konsekuensi yang akan Tuhan berikan padanya atas apa yang telah dilakukan nya selama ini, dan Mark akan menerima semuanya meskipun nyawa yang harus menjadi taruhannya. Bahkan sekarang pikirannya tengah bertanya-tanya, dimanakah Haechan sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Mark berdoa agar Tuhan mengabulkan permintaan nya untuk saat ini, yaitu tentang keselamatan Haechan.

Jaehyun memasuki rumah putranya setelah melihat Taeyong masuk kedalam mobil sambil berderai air mata, dan memeluk chenle dengan erat. Jaehyun memutuskan untuk melihat keadaan Mark, dan dia merasa miris dengan keadaan Mark yang terlihat begitu kacau dengan posisi terduduk dilantai.

"Apa kau mencintai Haechan, Mark."

Mendengar suara yang tak asing, Mark mendongak dan mendapati sang ayah yang menatapnya datar tanpa ekspresi.

"Ayah, awalnya aku marah, bahkan aku juga sangat membenci Haechan karena kalian menjodohkan ku ta-"

"Ayah tidak butuh alasan mu Mark, yang ayah butuhkan hanya sebuah jawaban."

Mark tersenyum miris, bodoh memang tidak seharusnya Mark menjelaskan semuanya, Mark hanya perlu menjawab 'ya' atau 'tidak' lagipula ini salah nya bukan.

"Ya." jawabnya dengan pelan.

Mengusap wajahnya kasar, Jaehyun berusaha untuk tidak tersulut oleh emosi, bagaimanapun sekarang Jaehyun harus menyelesaikan semuanya.

"Baiklah, ayah akan mengurus surat perceraian mu dengan Haechan."

Merasa terkejut dengan ucapan sang ayah, Mark berusaha berdiri dan menatap ayahnya sanksi, Mark berharap lebih pada ayahnya agar dapat membantunya, namun semuanya sirna.

"Apa maksudmu, ayah."

"Kau mencintai nya bukan, maka lepaskan dia Mark, Haechan berhak untuk bahagia."

"Tapi ayah, aku yakin kebahagiaan nya terletak padaku. Kita sama-sama saling mencintai hanya saja kita terlalu dibutakan oleh keegoisan."

Menaikkan alisnya Jaehyun merasa tidak suka dengan penuturan putranya itu.

"Kau yang dibutakan oleh rasa egois Mark, bukan Haechan, aku tidak percaya bagaimana bisa kau seyakin itu, padahal sudah jelas jika kau telah melukai Haechan, bukan hanya perasaannya saja tapi kau juga telah melukai fisiknya, Mark."

"Tapi ayah,"

"Setuju atau tidak, kau harus menyetujuinya Mark. Lakukan apa yang ku perintahkan sudah cukup kau melukainya, ayah rasa masih ada laki-laki yang lebih pantas untuk menjaga Haechan."tuturnya.

"Aku tidak mau."

"Dimana rasa bersalah mu Mark."

"Aku memang bersalah, tapi setidaknya berikan aku kesempatan kedua." katanya.

Menghela nafas kasar Jaehyun memijat keningnya yang sedikit berdenyut karena menghadapi sikap keras kepala anaknya itu.

"Baiklah, kalau begitu cepat bangun dan ikutlah dengan ku, kau harus melihatnya sendiri Mark, dan setelah itu pikirkan kembali apakah kau pantas mendapat kesempatan kedua."ucap Jaehyun.

Mark bingung dengan perkataan ayahnya, memangnya kemana ayahnya akan membawa Mark.

"Kenapa kau masih diam, cepat bangun."seru Jaehyun.

Meskipun ragu Mark mengikuti langkah ayahnya, dengan keadaannya yang masih berantakan.

Me, and My Marriage [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang