[yn]
"Oi."
Tanpa harus menoleh, aku sudah mengenali suara itu. "Sedang apa kau di sini?"
"Ketusnya." Si pemilik suara melangkah ke tempatku berdiri. "Padahal kita sudah lama tidak bertemu, lho. Lagipula tidak kusangka kau masih hafal dengan suaraku, pasti tidak mudah dilupakan, ya? "
"Konyol. Bukankah hampir setiap pagi kau selalu meneriaki para chuunin baru di lapangan depan?" Aku berbalik dan menatap lawan bicaraku. "Memangnya tidak ada tempat lain?"
Genma tersenyum menyebalkan mendengar perkataanku barusan.
"Anak-anak baru itu memang harus dididik dan lapangan lain sudah digunakan para genin." Ucapnya enteng.
"Huh, padahal ada ratusan lapangan di desa ini." Gumamku. "Ya sudahlah. Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, sedang apa kau di sini?"
"Hokage menyuruhku meminta bantuanmu untuk menerjemahkan pesan ini." Dia menyerahkan sebuah gulungan padaku.
Aku menerima gulungan itu dan mengamati tulisan yang tertera di atasnya. Dengan segera aku mengenali simbol-simbol itu, tapi menerjemahkannya adalah hal lain. Aku akan membutuhkan waktu untuk menerjemahkannya dengan tepat.
"Kemungkinan besar ini kode kuno yang digunakan para biksu Negara Hi di masa lalu. Kode ini sudah sangat jarang terlihat, jadi kami pikir tidak ada lagi yang menggunakannya. Mungkin hanya segelintir orang yang tahu tentang kode ini. Bahkan bisa saja perubahan bentuk yang terjadi seiring berjalannya waktu. Aku bisa melihat beberapa simbol yang berbeda dari bentuk aslinya." Ucapku sambil masih mengamati gulungan itu dengan antusias. "Ini pertama kalinya aku melihat kode ini secara langsung, bukan dari buku-buku yang kupelajari selama ini."
Aku mendongak karena Genma tidak merespon apa pun.
"Jadi sekarang kau tidak mengacuhkanku?" Tanyaku kesal.
Dia tertawa kecil. "Hei, hei, kenapa kau tiba-tiba marah padaku?"
"Aku sedang menjelaskan dengan penuh semangat, tapi kau hanya berdiri diam tanpa merespon apa pun? Itu menyebalkan, tahu."
"Maaf, maaf... Hanya saja aku jarang melihatmu seantusias ini, jadi aku agak terkejut melihat sisi lainmu."
Aku menyipitkan mata begitu mendengar jawabannya yang aneh, tapi memutuskan mengabaikan itu.
"Dari mana asalnya?" Tanyaku.
"Tim Yamato yang sedang melakukan misi mengirim pesan ini lewat jurus milik Sai tadi malam. Katanya ada yang memberikan pesan ini pada Naruto dalam perjalanan mereka."
"Yamato? Bukannya dia masih di ANBU? Sedang apa dia dengan anggota tim Kakashi?" Tanyaku heran.
Genma kembali memasang senyum menyebalkannya. "Aduh, [yn]. Yamato menggantikan Kakashi yang masih dirawat sejak misi di Sunagakure. Sekarang dia memimpin tim Kakashi dalam misi yang mereka lakukan."
Dia menepuk pundakku dengan ekspresi prihatin. "Makanya sesekali kau harus keluar dari gua ini dan kembali ke peradaban."
Gedung tim sandi memang lumayan jauh dari kantor Hokage dan markas jonin. Karena pesan darurat sering dikirim melalui burung, gedung kami ditempatkan di dekat menara yang menjadi tempat pendaratan burung-burung penyampai pesan. Semua ini agar pesan yang diterima bisa segera diterjemahkan.
Sebagai tokubetsu jonin yang sudah bekerja cukup lama di bidang ini, aku lebih sering menghabiskan waktu di gedung tim sandi. Mempelajari kode-kode, melakukan riset, dan yang pasti menerjemahkan pesan. Ada banyak hak yang harus kulakukan.
Tapi kehidupan sosialku masih berjalan normal, kok. Dia saja yang mendramatisir.
Aku menepis tangannya sambil memasang senyum yang dibuat-buat. "Terima kasih atas kepedulianmu, tapi aku punya banyak hal yang harus dikerjakan di sini. Beda dengan seseorang yang santai-santai sambil meneriaki bawahannya."
"Itu tuduhan yang kejam, [yn]."
"Dari sikapmu, sepertinya ini bukan hal mendesak? Meskipun kau memang selalu begini, sih."
"Yah, Hokage memang tidak mengatakan kalau ini mendesak. Setidaknya untuk sekarang." Genma mengangkat bahunya.
"Tapi ini tetap harus diterjemahkan sesegera mungkin. Kalau begitu, aku kerja dulu." Aku berjalan menuju ruang kerjaku.
"Kenapa kau mengikutiku?" Aku berbalik dan melihat Genma yang masih mengekor di belakang.
"Aku mau ikut denganmu saja. Aku tidak punya kegiatan lain."
"Terserah, tapi jangan menggangguku."
"Iya, iya..."
📜
"Murka... Surga?" [yn] membaca kertas yang penuh coretan tangannya. "Memangnya surga bisa murka?"
Genma yang duduk di hadapannya tampak berpikir.
"Bukankah itu tugasmu untuk mencari tahu makna pesan-pesan aneh?" Jawabnya asal.
"Kalau kau tidak membantu sama sekali, lebih baik pergi dari sini." Sahut [yn] jengkel.
"Jangan begitu, dong..." Genma menutup buku yang ia baca sejak tadi. "Bagaimana bunyi kalimatnya?"
"Murka surga menelan... tanah? Dalam gulita. Aku tidak yakin dengan kata keempat di kalimat ini."
"Hmm... Surga ya... Setahuku, orang-orang di jaman dulu sering menyebut langit sebagai surga. Karena, yah, surga berada di 'atas' kan?" Genma menunjuk ke atas.
"Langit? Kalau begitu, 'murka langit menelan tanah dalam gulita'." [yn] menatap gulungan di depannya lekat-lekat. "Tunggu, tunggu. Ini bukan tanah... tapi bumi!"
[yn] membalikkan kertas itu agar Genma bisa membacanya.
"'Saat bayangan masa lalu membuka keempat mata,
murka langit menelan bumi dalam gulita.
Ada cerita yang belum usai,
dari kisah lama yang kusut masai.'
Akhirnyaa! Aku menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menerjemahkan empat kalimat ini." [yn] bangkit dari duduknya dan meregangkan tubuh.
Genma tertawa melihat perempuan di depannya begitu senang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun mengambil kertas tadi. "Kalau begitu, kita serahkan ini pada Hokage lalu pergi makan."
"Eh, jangan dulu! Tidak mungkin aku menyerahkan kertas yang tidak jelas bentuknya seperti itu. Aku akan menyalinnya di kertas lain." [yn] segera menuliskan kalimat-kalimat barusan di lembar baru.
"Kau mau makan apa?" Tanya Genma saat [yn] tengah menulis.
"Kenapa? Kau mau mentraktirku?"
"Iya."
"Hah? Aku cuma bercanda barusan..."
"Yah, aku hanya ingin memberimu hiburan setelah bekerja keras. Lagipula, sudah lama aku tidak menghabiskan waktu denganmu." Genma menyambar kertas berisi terjemahan yang sudah ditulis ulang dan berjalan menuju pintu.
"Heei, mana kertasnya?" [yn] mengejarnya.
"Semakin cepat diserahkan, semakin cepat kita makan."
Lelaki itu tersenyum menepuk puncak kepala [yn] dan mempercepat langkahnya menuju kantor Hokage.
📜
trevlaaaa ini Genma-nyaa, maafin gj bgt masih pemanasan mencari ide 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto: Short Stories
FanfictionJust a collection of Naruto fanfics that I made (depends on my mood)