07:00AM
Di dalam rumah kecilnya, tampak seorang suami sibuk menatap kagum istrinya yang saat ini sedang sibuk memasangkan dasi di lehernya.
"Aigoo istriku sangat cantik sekali. Bahkan kecantikanmu membuatku selalu merasa jatuh cinta setiap harinya." Sang istri tersipu dan mengecup bibir suaminya.
"Gomawo. Aku akan menyiapkan sarapan."
"Ne." Saat istrinya pergi meninggalkan kamar, sang suami kemudian menatap bingkai foto yang ada di hadapannya.
"Rasanya masih seperti bermimpi bahwa kau telah menjadi istriku, Dita." Senyuman kebahagiaannya tidak pernah pudar setiap kali pria yang bernama Jinhee itu teringat dengan pernikahannya.
Park Jinhee dan Dita Karang, mereka pasangan suami istri yang baru menikah dua bulan yang lalu. Perjuangan cinta mereka begitu panjang hingga akhirnya berakhir di pelaminan. Kisah cinta mereka juga terbilang rumit pada awalnya.
Jinhee terlahir dari keluarga kecil dan Dita terlahir dari keluarga kaya. Faktor itulah yang akhirnya membuat Jinhee mersa sulit untuk menggapai Dita. Namun hal itu tidak membuat Jinhee berkecil hati. Dengan gigihnya dia tetap memperjuangkan apa yang dia inginkan dan selama lima tahun dia berjuang keras untuk mendapatkan Dita, meyakinkan keluarga besarnya hingga akhirnya perjuangannya itu tidak sia-sia. Jinhee akhirnya mendapatkan Dita dan keluarga besarnya merestui hubungan mereka. Dan juga berkat kerja kerasnya selama menekuni dunia bisnis, saat ini Jinhee memimpin perusahaannya sendiri. Meskipun sudah sukses, Jinhee tetap hidup dengan gaya yang sederhana dan sangat bahagia hidup dengan istrinya di rumah kecil yang mereka tempati sekarang.
"Alangkah indahnya jika kebahagiaan ini lengkap dengan kehadiran seorang anak." Senyuman pun kembali muncul di wajah Jinhee. Walau dia hidup bahagia sekarang, kebahagiaanya terasa belum lengkap tanpa kehadiran seorang anak. Jinhee ingin segera memiliki anak dan dia berharap Dita segera mengandung anak dari buah cinta mereka.
"Haaah!" Dengan sedikit mendesah Jinhee pun tiba-tiba teringat dengan kesibukan di kantornya. Selama tiga minggu terakhir, Jinhee sangat sibuk dengan perusahaannya yang sedang naik daun hingga membuat dirinya selalu pulang larut malam. Jinhee melihat jam tangannya kemudian berlari menemui istrinya yang sibuk memasak.
"Wanginya enak!" Puji Jinhee sembari memberikan back hug.
"Siapa dulu yang memasak hehehe." Jinhee hanya terkekeh kemudian menciumi pipi istrinya dengan gemas.
"Mianhae karena selama tiga minggu terakhir ini aku selalu pulang malam."
"Gwenchana, aku mengerti dengan pekerjaanmu. Perusahaanmu sedang naik daun dan memang seharusnya kau sibuk dengan pekerjaanmu sekarang. Kau bekerja untuk menafkahiku juga dan aku mendukung apa pun yang kau lakukan. Yang terpenting sekarang aku senang masih bisa mengurus suami tercintaku walau itu hanya di pagi hari." Jinhee pun mempererat pelukannya.
"Aku sangat bahagia memiliki istri yang pengertian sepertimu. Aku berjanji setelah kakakmu bergabung di perusahaanku aku tidak akan pulang malam lagi."
"Aku harap begitu. Tolong lepaskan aku, omeletnya hampir gosong." Jinhee melepas pelukannya lalu Dita menuangkan omeletnya ke atas piring. Setelah itu Jinhee meminta Dita untuk menyuapinya dengan manja dan Dita dengan senang hati melakukannya. Setelah suapan terakhir, Jinhee melihat jam tangannya dan sudah saatnya dia berangkat.
"Sayang sekali aku harus segera berangkat." Dita hanya tersenyum dan mengantar suaminya ke depan rumah. Dan sebelum masuk ke dalam mobil, Jinhee mencium manis kening istrinya.
"Aku berangkat dulu."
"Ne hati-hati di jalan." Dita menyaksikan suaminya pergi dan tiba-tiba perutnya terasa mual.