Chap 07

638 84 2
                                    

Waktu berlalu dengan sangat cepat, saat ini sudah dua tahun berlalu. Kenzi menjalani hari harinya dengan sangat baik, dan untuk depresinya, memang bukan hal mudah untuk membuatnya sembuh sepenuhnya. Setiap malam Kenzi tidak dapat tidur dengan tenang, terkadang di tengah tidurnya yang lelap, ia memimpikan kejadian saat dulu. Dimana ibu tirinya memanggilnya seorang pembunuh, dan juga ayahnya yang mengusirnya dari rumah, bahkan saat ia menepis tangan Hana yang mengakibatkan Hana terjatuh dari tangga serta tatapan mata sang kakak beserta teman temannya.

Setiap malam Kenzi slalu histeris, dan hampir tidak pernah lepas dari obatnya. Sungguh, Kenzi lelah dengan penderitaannya ini, ingin rasanya Kenzi kembali pulang dan meminta maaf pada ayah dan ibu tirinya agar bebannya segera terangkat. Namun rasa takut akan penolakan lebih besar, hingga membuatnya slalu mengurungkan niat tersebut. Katakan saja kalau Kenzi belumlah sanggup. Mungkin bisa di maklumi karena Kenzi masih sangat kecil, usianya tahun ini saja baru menginjak empat belas tahun. Masih sangat muda bukan? Dan seharusnya seusia itu di gunakan untuk sekolah serta bermain bersama teman temannya. Tetapi untuk Kenzi, ia harus menanggung beban itu di pundak kecilnya.

Setiap kali Kenzi merasakan rindu yang teramat kepada sang ayah dan kakaknya, Kenzi hanya mampu menangis dan meratapi foto keluarganya yang ia bawa. Setelahnya hanya berujung dengan depresinya yang kambuh. Sungguh malang sekali nasib anak yang imut tersebut, padahal yang orang orang ketahui, Kenzi merupakan anak yang baik dan patuh, tidak pernah sekali pun ia berbuat nakal seperti anak seumurannya. Ketidak sukaannya terhadap Hana hanyalah sekedar keegoisan anak kecil yang tak tau apa apa. Dan yang ia tahu hanyalah wanita itu telah merebut posisi ibunya dan akan menghancurkan keluarganya yang sangat ia sayangi.

Bahkan kecelakaan tersebut, tentu bukan keinginannya itu akan terjadi. Kenzi hanya bermaksud untuk menepis tangan ibu tirinya yang sedang memegangi pundaknya. Ia tidak suka, karena ia belum bisa menerima ayahnya yang menikah lagi tanpa berkata terlebih dahulu ke padanya. Jadi tidak salah bukan, jika Kenzi beranggapan kalau Hana hanya seorang wanita perebut dan hanya mengincar uang ayahnya? Jika dia wanita baik, seharusnya ia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepadanya sebelum akhirnya ia menikah dengan ayah yang ia kagumi.

Tapi kenapa, para orang dewasa itu tidak mengerti sama sekali tentang dirinya? Dan menganggap kalau Kenzi berprilaku buruk? Bahkan dua tahun sejak kejadian Hana keguguran, ayah atau ibu tirinya tidak berusaha untuk mencarinya, membujuknya untuk kembali pulang, dan mencoba membicarakan secara baik baik kejadian buruk tersebut.

Karena hal ini membuat Kenzi merasa sangat yakin, bahwa dirinya sudah tidak di akui lagi oleh ayahnya. Dirinya benar benar di buang, mereka tidak bisa menerima seorang pembunuh sepertinya untuk kembali ke lingkungan rumah yang di rindukan oleh Kenzi. Dan gelar pembunuh, tidak akan bisa lepas dari tubuhnya. Semakin di pikirkan, semakin Kenzi terjerumus dalam gelapnya lubang yang dalam. Sehingga ia susah untuk keluar dan membebaskan dirinya.

Lalu soal Shin, kakaknya... Kenzi juga tidak akan pernah berharap lebih darinya, ia tidak akan bermimpi kakaknya datang ke hadapannya dengan tersenyum manis, sembari menyebutkan namanya dengan pandangan mata yang hangat, yang sangat Kenzi sukai sejak dulu kecil. Seperti yang ada di hadapannya saat ini. Sungguh, Kenzi meyakini dirinya sendiri bahwa ini semua mimpi, ini bukanlah hal nyata.

Ketika membuka pintu rumah, dan di hadapannya sudah ada Shin seraya berkata. "Kenzi, apa kabar mu? Kakak sangat merindukan mu."

Kenzi hanya termenung, kesadarannya seakan pergi entah kemana. Lambaian tangan di uraikan oleh orang yang menyapanya tadi yang tak lain adalah Shin kakak yang di rindukan olehnya. Namun hal itu tak juga membuat Kenzi tersadar dari lamunannya yang telah jauh tenggelam. Hingga sang kakak sedikit menguncangkan bahu kecil si adik tercintanya, dan membuatnya sadar.

"Kak Shin? Apa ini nyata? Apa aku sedang bermimpi?" Gumam Kenzi yang mampu di dengar oleh Shin hingga membuatnya terkekeh geli.

"Ini nyata Kenzi ku sayang. Akhirnya kakak bisa juga datang kesini untuk menemui mu, kakak sangat merindukan mu, tidak ingin memeluk kakak hemm?" Tanya Shin dengan kedua tangan yang di rentangkan.

Entah karena apa sudut mata Kenzi sudah membasah, dan berujung dengan butiran air mata yang membasahi pipi gembilnya.
"Aku sangat merindukan mu kak Shin!" Seru Kenzi yang menghambur dalam pelukan Shin. Sesaat, hanya untuk sesaat saja hingga ingatan pada dua tahun silam kembali muncul dengan seenaknya.
Kenzi segera melepaskan pelukannya itu serta mengusap kasar pipi serta matanya untuk menghapus air matanya tersebut.

'Tidak... Ini tidak benar. Kak Shin pasti membenci ku, aku tidak boleh terlarut dalam kebahagian ku. Sadarlah Kenzi, kau itu seorang pembunuh.' Monolog Kenzi dalam hati.

"Kenapa di lepaskan? Kakak masih sangat merindukan mu Zi." Tanya Shin bingung.

"Kenapa kakak bisa berada disini?" Pertanyaan itu di balas dengan pertanyaan.

"Karena kakak sangat merindukan Zi kecil kakak, sudah dua tahun Zi, dan kakak udah gak bisa lagi menahan rindu kakak. Jadi kakak memutuskan untuk kuliah disini, dan tinggal bersama dengan mu." Entah kenapa Shin berkata dengan penuh kebanggaannya terhadap dirinya sendiri. Lalu tak lupa ia memberikan kecupan hangat pada kedua pipi gembil Kenzi dan juga keningnya. Kebiasannya sejak dulu tak pernah berubah.

"Karena kakak baru tiba, jadi izinkan kakak masuk ke dalam rumah untuk istirahat, dan setelah itu mari kita melepas kangen dengan cerita banyak hal yang sudah kita lewati selama dua tahun ini." Lanjutnya dengan tersenyum.

"Apa ada tamu Kenzi? Kenalan mu?" Tanya nenek Taki yang baru saja tiba di depan rumah Kenzi.

"Oh nenek Taki, lama tidak bertemu. Nenek sama sekali tidak berubah." Saut Shin menghampiri Taki yang nampak bingung dengannya.

"Maaf nak, apa sebelumnya kita pernah bertemu? Nenek rasa kalau nenek sudah mulau pikun sehingga tidak dapat mengingat mu dengan benar." Ujar Taki merasa bersalah.

"Tak apa nek, itu wajar karena terakhir kita bertemu sudah sepuluh tahun yang lalu. Aku Shin nek, anak sulungnya ibu Sakura dan yang tak lain kakaknya Kenzi."

"Astaga sudah lama sekali kita tidak bertemu, dan kau sudah sebesar ini. Tampan sekali kau nak, astaga... Aku benar benar pangling, nyaris tak mengenali mu. Apa kabar mu nak?"

"Aku baik nek, nenek Taki sendiri gimana? Makin terlihat awet muda saja." Yang di puji hanya memukul pelan lengan Shin.

"Bisa saja kamu nak, kabar nenek baik seperti yang kamu lihat. Ayo masuk dan kita lanjutkan pembicaraan kita di dalam, kau pasti lelah bukan? Kenzi, ayo masuk dan temani kakak mu sebentar."

"Iya nek, untung saja aku lagi libur, kalau tidak aku akan bolos saat ini juga untuk menemani kak Shin." Ucap Kenzi yang tersenyum, namun senyuman itu nampak berbeda dan asing bagi Shin.

Help Me! (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang