Chap 04

708 99 9
                                    

Setelah bercerita kepada nenek Taki, dan Kenzi usai membersihkan dirinya serta sarapan. Kini Kenzi di ajak berkeliling oleh nenek Taki hingga mereka sudah tiba di pantai yang begitu ramai pengunjung. Kenzi tak dapat menahan dirinya, hingga ia memutuskan untuk bermain di tepi pantai dan nenek Taki hanya memperhatikannya tak jauh dari sana dengan senyuman yang terlukis pada wajahnya tersebut.
"Aku janji akan merawat anak mu Sakura, sungguh malang nasib putra bungsu mu. Semoga ia baik baik saja dan dapat tumbuh besar dengan sehat." Gumam Taki.

Setelah puas bermain dan hari sudah siang, nenek Taki mengajak Kenzi pada sebuah rumah makan yang merupakan kenalan nenek Taki dan juga teman masa kecil Sakura.

"Jadi ini anak bungsunya Sakura, mirip sekali dengannya. Tadi siapa nama mu nak?" Tanya seorang pria yang merupakan pemilik rumah makan tersebut.

"Kenzi paman. Aku senang bisa bertemu dengan paman Toru yang merupakan teman masa kecil ibu ku." Ucap Kenzi dengan tersenyum manis.

"Oh lihat, dia juga pandai bicara seperti Sakura. Kau benar benar mewarisi segala hal dari ibu mu ya."

Seorang pelayan datang dengan membawakan beberapa makanan dan juga minuman untuk Kenzi dan nenek Taki. "Karena sudah datang makanannya, jadi nikmatilah makan siangnya. Dan khusus kali ini, makan siang ini gratis." Seru Toru antusias.

"Oh apa ini, sangat jarang kau memberikan makanan gratis. Mungkin kah akan turun hujan yang deras? Atau mungkin akan hujan petir?" Ledek Taki kepada Toru.

"Ayolah nek, aku tidak sepelit itu."

"Ano paman Toru, apa paman Toru membutuhkan pelayan tambahan?" Tanya Kenzi tiba tiba membuat dua orang yang lebih tua darinya bingung.

"Untuk siapa memangnya?" Tanya Taki.

"Untuk aku nek. Aku datang kesini dan sudah memutuskan kalau aku akan bekerja. Jadi kalau paman Toru membutuhkan seorang pelayan lagi, bisakah aku bekerja dengan paman? Tidak masalah jika gaji ku kecil, yang penting cukup untuk makan hari hari ku saja. Toh aku masih anak kecil jadi tidak banyak keperluan ku, dan aku memiliki rumah peninggalan ibu, jadi aku tidak perlu membayar sewa rumah, hanya perlu membayar listrik saja. Bagaimana paman Toru, bolehkah aku bekerja disini?"

Toru tidak segera menjawab, ia nampak memikirkan jawabannya terlebih dahulu.
"Jangan bekerja, kalau untuk makan dan listrik, nenek mampu membiayai mu. Kamu harus pergi sekolah dan nenek yang akan membiayai nya juga." Seru Taki.
"Tentu paman Toru juga akan membantu mu untuk biaya sekolah, karena kamu anaknya Sakura, maka kamu juga anak ku." Saut Toru yang mendapat kekehan dari nenek Taki.

"Mungkinkah kamu masih menyukai Sakura hingga saat ini? Hei ingat anak dan istri mu, Toru." Sindir Taki.

"Bukan seperti itu nek. Sakura kan teman masa kecil ku, jadi aku menganggap Kenzi seperti anak ku sendiri, apakah itu salah?" Elak Toru.

"Maaf nek, paman, aku sangat berterima kasih kepada kalian yang ingin membiayai ku. Tapi aku sudah memutuskan hal ini, aku akan bekerja dan tidak melanjutkan sekolah. Jika aku lanjut sekolah, nenek atau paman harus menemui ayah ku untuk mengurusi kepindahan sekolahku nanti. Kalau seperti itu, nanti ayah akan tau jika aku berada disini. Aku... Aku tidak mau lagi berurusan dengan ayah, hiks..." Tanpa permisi, air mata Kenzi telah jatuh membasahi pipinya.

"Ayah membenci ku, ayah... Ayah tidak menginginkan ku lagi, hiks... Jadi lebih baik, jangan buat ayah mendengar nama ku di sebut. Aku takut... Aku takut ayah semakin membenci ku jika ayah masih mendengar nama ku hiks hiks... Ku mohon nek, ku mohon paman, jangan buat ayah mendengar nama ku lagi. Aku gak mau semakin di benci ayah. Hiks... Hiks... Disini aku masih bisa belajar dengan cara lain selain sekolah, jadi biarkan aku bekerja."

Air mata Kenzi kian menderas, terdengar beberapa kali ia terisak isak hingga nampak kesulitan untuk bernafas. Hati Taki serta Toru seakan tersayat sayat mendengarnya, betapa rapuhnya sosok anak kecil di hadapan mereka. Jika mereka salah menyentuh untuk merengkuhnya, tubuh itu seakan akan hancur lebur dan tak tersisa. Dan hilang bagaikan debu yang di hempaskan oleh angin.
Mereka pun berpikir betapa kejamnya ayah anak ini hingga membuatnya begitu rapuh. Meski Kenzi berbuat salah, namun tak seharusnya orang tua memberikan hukuman seberat ini. Biar bagaimana pun juga, Kenzi masihlah anak anak yang masih belum memahami kesalahan besar dan masih butuh bimbingan dari orang tua. Kenzi juga masih memiliki sifat egoisnya anak anak, terlebih posisi ibunya di gantikan begitu saja.

Taki memeluk erat Kenzi dan berusaha menenangkan nya. Berbagai ucapan ia ucapkan agar menjadi obat penenang bagi Kenzi. Mereka sudah tak sanggup mendengar jeritan tangis Kenzi yang begitu terluka, sudah cukup... Mereka tak ingin lagi Kenzi menangis histeris seperti ini. Tapi, ini kali pertamanya Kenzi meluapkan segala kesedihan di hatinya. Sejak kemarin ia terus menahan dan menahan, dan kini ia tak kuasa lagi memendamnya. Hingga tumpah semua air mata kesedihannya, ia ingin mengeluarkan semua rasa sesak di dada tanpa tersisa sedikit pun.

"Sudah Kenzi, jangan menangis lagi. Nenek mengerti, nenek tidak akan memaksa mu untuk bersekolah, nenek akan membiarkan mu melakukan apa pun yang kau mau, dan nanti biarkan paman Toru yang akan membantu mu belajar. Kalau paman Toru tidak menerima pelayan lagi, nanti kita akan cari bersama sama di tempat lain." Bujuk Taki, namun isakan tangis Kenzi belum juga mereda.

Beruntung tempat makan milik Toru sedang tidak ramai, mungkin sebenarnya tempat makan miliknya kalah saing dengan tempat makan lainnya. Sehingga sekencang apa tangisan Kenzi, tidak akan ada yang memperhatikannya dengan rasa iba, kecuali satu pelayan dan satu koki yang bekerja di tempat Toru.

"Tempat makan ku tidaklah ramai, tapi kalau kau tidak mempermasalahkan pembayarannya yang kecil, kau bisa bekerja dengan ku disini. Selain itu, kau juga akan mendapatkan makan. Aku atau mungkin anak ku akan mengajari mu pelajaran di saat resto ini sepi dan di hari libur mu, bagaimana?" Tanya Toru.

Kenzi mendengarnya dengan sangat jelas, dan ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kenzi masih saja menangis hingga beberapa waktu berlalu dan hingga ia tertidur di dalam pelukan nenek Taki, pasti Kenzi merasa lelah.

"Aku akan membawanya pulang ke rumah nek setelah aku membungkus kan makanan ini. Kasihan dia, belum sempat makan siang dan sudah kelelahan. Wajah tidurnya nampak jelas sekali kesedihan yang ia rasa." Ujar Toru lalu ia memanggil kan pelayannya untuk membungkus kan semua makanan yang ada di meja, agar nanti bisa Kenzi makan saat ia terbangun nanti.

Setelah semua terbungkus, nenek Taki membawa bungkusan makanan tersebut. Sedangkan Toru menggendong Kenzi untuk di bawanya pulang ke rumahnya.

Help Me! (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang