Chap 17

580 75 10
                                    

Satu bulan tlah berlalu sejak saat itu, Shin memutuskan untuk merawat Kenzi di rumah dan melakukan rawat jalan dari pada meninggalkan sang adik di rumah sakit jiwa. Pada awalnya keinginan Shin di tentang, biar bagaimana pun, membawa Kenzi ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan pengobatan disana akan jauh lebih baik. Tetapi Shin memohon dengan sangat kepada para dokter, ia sungguh tidak bisa hidup sendirian tanpa sang adik. Maka jadilah para dokter mengizinkannya, dengan catatan, Kenzi jangan sampai terlewatkan jam untuknya di periksa.

Semua yang mengenal Kenzi merasa sedih dan kehilangan senyum cerah bagaikan mentari miliknya. Keceriaan dan kepolosan Kenzi yang membuat mereka sayang dengannya. Toru dan nenek Taki yang akan mengambil alih penjagaan Kenzi di saat Shin harus kuliah dan bekerja sampingan demi pengobatan Kenzi dan kehidupannya sehari hari. Tentu saja para orang tua yang mengenal dan sayang kepada kakak beradik ini turut membantu dalam kebutuhan hari harinya, meski pada awalnya Shin enggan menerimanya. Tapi kebaikan kakak beradik itu yang sudah sangat di kenal oleh para penduduk, membuat mereka semua ingin membantu sebagai balasan kebaikan mereka selama ini.

Setiap harinya Kenzi harus di infus karena ia tidak bisa makan dan juga minum. Ia bagaikan mayat hidup saat ini. Tapi mereka semua tak pernah letih mengajak bicara Kenzi dan mengatakan bahwa mereka merindukan Kenzi. Berharap dengan cara seperti ini bisa membuat keadaan Kenzi membaik. Bahkan setiap malam sebelum tidur, Shin selalu mengajak Kenzi bicara. Ia bercerita tentang hari harinya di pagi hari, berharap ada sedikit respon dari sang adik.

"Kakak sangat merindukan mu Zi, apa kamu tidak merindukan kakak? Cepatlah bangun Zi, dan kita bisa bermain main di pantai lagi, melakukan segala hal yang kamu sukai. Kakak rindu lihat wajah mu yang merona, dan kakak sangat ingin di cium oleh mu. Zi, jangan tinggalkan kakak seorang diri. Kakak tidak punya siapa siapa lagi selain kamu, kakak sangat mencintai mu Zi. Setelah kamu sembuh nanti, kamu hanya di perbolehkan mendengar apa pun yang kakak katakan, ok! Kamu bukanlah pembunuh Zi, itu murni kecelakaan dan sudah menjadi takdir. Jangan pernah lagi kamu dengarkan kata ayah atau tante Hana serta anaknya yang kurang ajar itu ya. Kita sudah bukan bagian dari mereka lagi, jadi kau tidak perlu mendengarkan apa pun yang mereka ocehkan tentang mu. Ingat Zi, mereka yang tidak menginginkan mu lebih baik kau lupakan. Dan kamu bukan pembunuh Zi, bukan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Zi... Sadarlah, cepatlah bangun..."

"Siapa?"

Kenzi yang berada jauh di dasar jurang kegelapan seorang diri, mencoba mencari sumber suara tersebut. Ia mendongakkan kepala dan ia melihat ada sebuah cahaya dan tangan yang mengulur ke arahnya, namun itu sangatlah jauh dan sulit di gapai di tempat yang gelap ini.

"Apa itu kakak? Apa kakak datang untuk menolong ku?"

Kenzi mengulurkan tangannya ke atas, ia berharap ia bisa menjangkau tangan tersebut. Namun, ada banyak tangan yang menahan tubuhnya untuk naik ke atas. "Tolong aku kak! Aku mau bersama kakak! Tolong Zi, kak!" Teriak Kenzi mencoba mendapatkan bantuan. Tapi sayangnya, tangan tangan itu menarik tubuh Kenzi untuk masuk lebih dalam lagi ke jurang kegelapan tersebut.

"Pembunuh." "Pembunuh." "Pembunuh." "Kau bukan anak ku." "Pergi kau dari sini."

Seiring tubuh Kenzi jatuh ke dalam jurang tersebut, suara suara yang menakutkan itu semakin keras dan mengguncangkan jiwa. "Tidaaaak... Aku bukan pembunuh, maafkan aku... Tolong aku... Ini menyakitkan, maaf... maaf... Aku bukan pembunuh, maaf....."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Maaf..... aku..... bukan.... pembunuh..... tolong... ini..... menyakitkan...."

"Zi, kamu bicara? Kamu bisa dengar kakak? Zi, kamu bukanlah pembunuh! Kamu anak yang baik! Banyak yang sayang sama kamu! Sadarlah Zi, kamu tidak harus menderita seperti ini hanya karena orang tua tak berperasaan itu."

Help Me! (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang