Part 02

265 22 1
                                    

Budidayakan Vomment Sebelum membaca^_^

°
°


"Itu semua hanya alasanmu saja!"

"Sampai kapanpun aku tidak akan mau menerimanya, Sialan!!"

"Lebih baik kalian berdua mati saja! Aku tidak sudi melihat!"


"HAHH!!"

Terbangun dengan keringat membanjiri pelipisnya dan nafas yang terengah-engah. Sudah terhitung dua minggu ini ia selalu memimpikan hal yang sama, dimana kejadian beberapa tahun lalu kembali berputar di dalam otaknya seperti kaset rusak.

"Mimpi sialan!" gerutunya mengusap wajah kasar seraya menuruni tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Merusak mood di pagi harinya saja.

Setelah dua puluh menit berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Lelaki bersurai legam itu keluar dari kamar mandi yang hanya mengenakan celana pendek berwarna hitam, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang sixpack. Melangkahkan kakinya menuju lemari besar di pojok kamarnya, membuka pintu lemari mengambil baju berwarna putih polos lalu menutupnya kembali.

Berjalan keluar kamar seraya memakai baju dan menuruni tangga menuju lantai bawah, namun langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan sang sahabatnya di tangga terakhir.

"Hey dude, ada apa dengan wajahmu?" ucap lelaki berbadan tinggi pada sahabatnya saat menuruni tangga dengan wajah tertekuk.

Si lawan bicaranya nampak mengacuhkan pertanyaan yang ia lontarkan dan kembali berjalan melewatinya menuju dapur, tanpa memperdulikan jika lelaki tinggi itu mengikuti langkahnya.

Tangannya terulur membuka lemari pendingin dan mengambil satu kaleng cola.

"Kau memimpikannya lagi?" tanya nya penasaran yang kini sudah duduk saling berhadapan.

"Ugm." gumamnya seraya menenggak cola hingga tandas lalu meletakkan kaleng kosong itu pada meja makan, tanpa berniat untuk membuangnya. Kebiasaan yang buruk untuknya.

"Sejauh apapun kau menghindari, mimpi itu akan terus menghantui mu. Apa kau tidak merasa kasihan dengan mereka?" ucap lelaki tinggi di depannya.

Mendengar penuturan sahabatnya lelaki bersurai legam itu hanya menatap sahabatnya juga rekan kerjanya dengan datar. Tidak berniat menjawab perkataan lelaki tinggi didepannya, karena ia terlalu malas untuk membahasnya, itu sama saja akan menambah mood nya bertambah parah. Ya, walaupun yang sahabatnya katakan memang ada benarnya 'melarikan diri dari masalah' sama saja mempersulit keadaan.

Mendapat tidak ada jawaban dari lawan bicaranya lelaki tinggi itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak mengerti bagaimana jalan pemikiran sahabatnya, ia mengetahui dengan jelas masalah yang menghantui lelaki di depannya. Ia sudah puluhan kali memberitahunya tetapi sama sekali tidak di dengarkan, ia melihat dengan jelas ada sebuah perasaan bersalah di dalam iris hitamnya walaupun di sembunyikan di balik wajah datarnya.

"Apa kau sudah menemukanya?" lelaki itu membuka suara setelah hening beberapa detik.

"Aku tidak dapat melacak keberadaannya, itu sangat sulit." jawabnya dengan raut wajah yang berubah menjadi serius. "Apa kau benar-benar ingin membunuh mereka?!"

"Mungkin."

"Jangan gila! Nyawamu juga akan terancam jika membunuh mereka bodoh!"

"Aku tidak perduli. Kau hanya perlu membantu ku saja, tidak perlu banyak protes jika tidak bola matamu akan ku jadikan makanan anjing liar." berjalan meninggalkan lelaki itu sendiri di ruang makan.

The Little Angel | YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang