12 : Tante Aneu LDR Sama Om Jinyoung

121 25 2
                                    

"Jadi kita ldr-an, gitu?"

"Kamu bisa kan, kalau kita ldr?"

"Jinyoouuung."

Gue peluk pinggang Jinyoung. Gue belum siap buat long distance relationship. Nanti orang lain beranggapan gue pacaran sama handphone, bukan sama manusia.

Sedih :(

Jinyoung membalas pelukan gue. Kepala gue di usap-usap. Gue nyaman kaya gini. Jangan pisahin Jinyoung dari gue. Please.

"Gak lama kok, aku cuma pergi sebulan."

Gue mendongak, memperlihatkan ekspresi sedih.

"Sebulan itu lama! Kalau aku rindu gimana!"

Jinyoung senyum, tangannya masih mengusap kepala gue.

"Sayang banget ya sama aku?"

Gue mengangguk.

"Jangan selingkuh pas aku gak ada."

Gue menggeleng.

"Jangan lirik-lirik cowok lain."

Gue kembali menggeleng.

"Kamu harus jaga diri baik-baik selama aku gak ada. Harus makan, jangan sampai gak makan."

Sedetik kemudian Jinyoung mencium kening gue.

***

Seperti biasa, padahal ini udah mau tengah malem tapi gue masih belum tidur.

"Kenapa?"

Gue menoleh ke arah suara, seperti biasa pula Pak Jackson selalu nemenin gue saat lagi sendirian.

"Galau." kata gue sambil pindahin channel TV.

"Baru ditinggal sehari udah galau."

"Kangeeen." gue memeluk bantal sofa.

"Pasti pacar kamu lagi selingkuh."

"Dia tipe orang yang setia."

"Hm, masa?"

"Bapak mau nonton enggak? Saya pengen tidur."

Pak Jackson merebut remot TV dari tangan gue. Gue bangkit kemudian pergi ke kamar. Gue bener-bener galau, diri ini merindukan belahan jiwanya.

***

"Aneu kamu pokoknya harus ikut, kamu harus jaga anak-anak saya, anak-anak saya harus selamat."

Selamat sampai surga?

"Jackson. Anak-anak kamu udah pada gede. Biarin mereka menginap dirumah Mama, sekali-kali mereka bebas dari pengasuhnya."

Ke-enam anak Pak Jackson langsung bersorak.

"HORE!!!"

Sekarang hari jumat, malam ini anak-anak Pak Jackson mau tidur di rumah Neneknya selama dua malam.

Nyonya besar baaiiik banget. Mamanya Pak Jackson larangan gue ikut, katanya supaya mereka makin akrab, silahkan dan terimakasih, gue jadinya punya waktu libur dua hari.

Gak bakalan berisik, gak bakalan ada suara berantem atau suara PS. Nyaman, tentram dan damai.

"Papa harus jaga Tante Aneu. Kasian Tante Aneu lagi galau." kata Mingrui.

Pak Jackson mengusap kepala Mingrui. Mereka pamitan sebelum pergi.

***

"Galau terus kerjaan kamu."

Gue masih menatap air teh yang ada di dalam cangkir.

"Liat nih, ada martabak buat kamu."

Gue menoleh. "Bapak mau buat saya gendut?"

"Aaaaa."

Pak Jackson menyuruh gue buat buka mulut, eh, tepatnya memaksa.

"Ayo, ini martabak sultan, liat nih, topingnya sampai melimpah."

Setelah makan martabak dijamin berat badan akan bertambah.

Gue menyingkirkan tangan Pak Jackson. "Bapak aja yang makan."

Pak Jackson menghela napas. "Kamu ini kayak anak muda aja, galau terus kerjaannya."

"Saya emang anak muda, bapak yang tua."

Pak Jackson menggeleng.

"Bi. Bibi." panggil Pak Jackson.

Bibi datang. "Ya, Tuan."

"Buatin kopi dong." titah Pak Jackson.

Bibi mengangguk kemudian langsung buat kopi untuk tuan rumah.

"Aneu, kamu pasti lagi nungguin kabar dari pacarmu itu, kan?"

"Ya."

"Pacar kamu lagi selingkuh."

"Jangan ngomong sembarang, mau saya sobek mulut Bapak?"

"Galak. Jinyoung pasti mau jadi pacar kamu karena sebuah paksaan, kan?"

"Sembarangan. Jinyoung mau sama saya karena dia cinta sama saya, saya kan cantik."

Pak Jackson mengacak rambut gue. "Dasar bocah." kemudian Pak Jackson pergi dari meja makan meninggalkan gue.

Bocah?

Siapa yang bocah? Gue di bilang bocah? Dah gede, gue udah mandiri.

***

"Aneu, Bibi boleh minta bantuannya gak?"

"Tergantung. Minta bantuan apa dulu? Kalau berhubungan sama duit, maap maap nih, maap banget ya, maap banget banget nih, kalau berhubungan itu saya gak bisa nolong. Saya juga sama-sama gak punya."

Bibi terkekeh denger omongan gue. "Bibi cuma minta tolong anterin minuman ini ke Pak Jackson. Bibi mau urus masakan soalnya."

Gue kira bakalan berhubungan dengan uang.

"Pak! Pak Jackson!"

Si Bibi langsung heboh sendiri. "Tante Aneu ngapain teriak manggil Tuan? Mau dipecat? Udah bosen kerja disini?"

Gue menghela napas. "Bi. Dia itu punya kaki. Kakinya masih bisa jalan, ngapain saya harus anter minum buat dia."

"Ada apa sih teriak teriak?"

Gue berbalik ke belakang. Ternyata yang dipanggil datang.

"Bibi gak ikutan." bisik Bibi.

Pak Jackson melangkah ke arah gue. Badannya terekspos, dada bidang, perut kotak dan tangan kekarnya keliatan jelas di mata. Ditambah keringatnya yang bercucuran menambah kesan, sexy.

PAK JACKSON CUMA PAKE CELANA PENDEK WOY GIMANA GUE GAK SALFOK!!!

Sekarang dirinya ada di depan gue, tepat di depan, bener-bener di depan gue.

Wajahnya sejajar dengan wajah gue. Please, kenapa jadi gini sih. Tangannya bergerak mengambil gelas yang ada di belakang gue. Air yang ada di dalam gelas itu di teguk sampai habis.

Jakun.

Emm... ini terdengar konyol dan juga memalukan, tapi gue bisa suka sama seorang cowok cuma liat dari jakunnya doang. Gak. Enggak, gue gak suka sama Pak Jackson, maksud gue bukan gitu. Tapi coba perhatiin sendiri deh.

Setelah minum, punggung tangannya di pake buat mengusap bibirnya yang basah karena air, kemudian tubuhnya berbalik berjalan entah kemana.

"Bibi tutup mata, Bibi tadi gak liat apa-apa, hehehe."

"Terakhirnya gak usah pake 'hehehe' dong."

Bibi senyum. Barusan mata gue ternodai. Astagfirullahaladzim...










.
.
.

Halo para manusia yang sedang berbahagia, semoga selalu bahagia.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang