no news

6K 765 15
                                    

Sudah terhitung 3 Minggu Jake pergi dan Sunghoon yang masih terpejam di alam mimpi nya. Jake sama sekali tidak ada kabar sejak pesan terakhir yang dia kirimkan pada Jay, setelah itu tidak ada balasan apapun dari Jake selama 3 Minggu ini.

Jay menjadi khawatir dengan Jake, karna dia takut Jake sedang ada masalah di sana. Dan Jay juga sangat stress karna sunghoon yang sama sekali belum sadar dan tidak ada perkembangan sama sekali di tubuhnya.

"Lo kemana sih Jake?? Kenapa gak ada kabar sama sekali!! Sunghoon butuh Lo, gue butuh Lo. Gw mohon kasih gue kabar." Ucap jay gelisah yang setiap hari mengecek ponsel nya takut jika Jake menelfon atau memberinya pesan tapi dia tidak tau. Namun ternyata hasilnya tetap saja nihil.

"Permisi, dengan keluarga pasien?"

"Ah, iya, ada apa ya dokter?"

"Pasien sudah melewati masa kritis nya, namun kondisinya masih kurang membaik." Ucap sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan sunghoon.

Mata Jay berbinar, menghembuskan nafas lega mendengar nya. Di dalam hatinya mengucapkan kalimat syukur dan terimakasih kepada Tuhan. Dia pikir semuanya akan berakhir buruk, ternyata tidak.

"Tapi, sedari tadi pasien menggumamkan nama seseorang, kalau gak salah  yang di sebutkan adalah Jake. Kalau boleh tau dia siapa ya? Apa dia ada disini? Seperti nya dia sangat di butuhkan oleh pasien." Lanjut sang dokter.

Jay terdiam membisu, dia harus mengatakan apa? Tidak mungkin bukan dia harus mengatakan yang sebenarnya?

"A-ah... Jake memang sangat berharga bagi sunghoon, tapi sayangnya dia ada beberapa urusan di luar kota, jadi dia tidak bisa menjenguk sunghoon terlebih dulu." Ucap Jay susah payah.

"Baiklah jika begitu, saya harap pasien cepat siuman dan membaik, kalau begitu saya permisi dulu."

Setelah dokter pergi, Jay langsung masuk ke dalam melihat kondisi sunghoon dengan wajah yang sulit diartikan, entah dia harus senang atau tidak, dia pun tidak tau.

"Jake..."

Hati Jay meringis saat sunghoon memang benar menggumamkan nama Jake. Seperti nya memang sunghoon benar benar membutuhkan Jake untuk saat ini.

"Hoon... Lo cepet bangun ya, gue tau lo kangen banget sama Jake, gue pun sama. Gue kangen banget sama Jake, tapi mau gimana lagi? Jake sama sekali gak ngasih kabar sedikit pun. Gue berharap, saat lo bangun nanti, lo gak akan kecewa saat tau kalau Jake gak ada disini." Lirih Jay pelan yang memperhatikan wajah pucat sunghoon.

Jay kembali mengambil ponsel nya di saku celananya, mengecek kembali kontak Jake dan pesan yang dia kirimkan namun tidak ada satupun pesan yang di balas.

Jake

Me
Jake lo dimana sih?-
Sunghoon udah ngelewatin masa kritisnya, dari tadi dia gumamin nama Lo, dia butuh lo, dia pengen Lo ada di samping dia-
Gue tau lo gak bisa pulang sekarang, tapi seenggaknya lo kasih kabar kek!-
Gue khawatir banget sama Lo Jake-
Lo gak mau sunghoon kecewa kan?-
Kalau gitu bales pesan gue Jake!! Kalau emang lo gak bisa pulang ke sini-
Gue mohon, bales pesan gue! Telfon gue!-
JAKE, PLISSS!!!!-


Seperti itu lah Jay setiap hari memberi pesan pada Jake, setiap hari dia spam chat Jake, tapi tidak ada pesan yang Jake balas satupun. Mungkin selama 3 minggu ini sudah ada beribu pesan yang dia ketik untuk jake. Dia telfon selalu tidak aktif, Jay harus bagaimana?

"Apa dia ganti hp? Atau ganti nomor?" Gumam Jake.

"Tapi kalau emang dia ganti hp atau nomor, seharusnya dia nelfon atau chat gue kan? Atau seengaknya dia hubungin sunghoon. Tapi ini? Gak ada satupun chat atau telfon di hp gue atau sunghoon!"

"Gak mungkin kan dia lupa sama gue dan Sunghoon dalam waktu 3 Minggu?"

Pikiran negatif Jay muncul kembali, Jay hanya takut Jake sudah melupakan kehidupan nya disini, dan memiliki teman atau kehidupan yang lebih baru di sana.

Apa Jake sedang bersenang-senang disana? Sedangkan dia dan Sunghoon menderita disini. Pikir Jay.

"Kalau emang lo lagi seneng seneng di sana, sedangkan gue dan sunghoon nungguin kabar lo. Gue bakal kecewa banget sama lo Jake." Lirih jay, menggenggam erat ponselnya itu.

Entah dia harus bagaimana, yang jelas  perasaan Jay sekarang tidak bisa di jelaskan lagi.

Tapi bagaimana pun juga dia tidak bisa menyimpulkan begitu saja, Jay mencoba berpositif thingking namun tidak bisa.

"Atau mungkin.... Lo lagi ada masalah disana?"







_._

"Jake!!"

"Sorry, gw salah orang." Cicit nya pelan.

Sial! Kenapa orang ini jika di lihat dari belakang mirip sekali dengan Jake! Hingga Jay mengira itu Jake tadi.

"Jake? Kayanya gue gak asing dengan nama itu." Ucap laki laki itu.

Jay mendongakkan kepalanya cepat.

"Maksud lo? Lo pernah ngedenger atau ngeliat Jake?" Tanya Jay dengan penuh harap.

"Yang gue tau, Jake shim, salah satu pasien di rumah sakit tempat gue di rawat, gue sering ngeliat dia masukin ruang dokter setiap seminggu sekali. Dia cukup terkenal di rumah sakit, katanya sih dia orang nya ramah sama seluruh orang yang ada di rumah sakit, mangkanya dia terkenal di rumah sakit itu. Tapi gue gak tau Jake shim itu Jake yang lo maksud atau bukan." Jelas laki laki tinggi itu.

"Iya bener!! Jake yang lo maksud adalah Jake yang gue cari!!" Girang jay.

"Tapi ngapain dia selalu ke rumah sakit?" Tanya Jay pada laki laki itu.

"Kalau soal itu gue gak tau, gue selalu ngeliat dia dari jauh, dan katanya masalah dia cuma di ketahui sama dia dan dokter yang nanganin penyakit nya."

"Sebentar! Nanganin penyakit? Maksud lo Jake sakit?"

"Gue kurang tau juga sih, tapi ya lo pikir aja ngapain dia rutin ke rumah sakit kalau dia gak sakit?"

Jay terdiam, benar yang di katakan pria di depannya ini, untuk apa Jake rutin ke rumah sakit jika ada sesuatu yang dia lakukan pada dokter itu.

Cold [SUNGJAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang