Haru

5.7K 687 32
                                    

"Lo yakin gak mau ngasih kabar ke temen lo?"

Jake menoleh ke arah orang yang sedang berbicara di samping nya, menghelas nafas pelan, lalu membuang wajahnya ke arah lain.

"Jake, emangnya kenapa sih lo gak gak ngasih kabar apapun? Lo gak mikir, kalau siapa tau orang yang ada disana khawatir dan nungguin kabar dari Lo? Seenggaknya kirim pesan singkat apa kek gitu ke mereka. Lo gak takut kalau ternyata di sana terjadi sesuatu sama orang orang terdekat Lo?"

"Jake masih nunggu waktu yang tepat buat kembali lagi, entah kenapa, untuk sekarang, Jake gak mau kasih kabar apapun tentang Jake ke mereka."

"Tapi gimana kalau ternyata mereka nungguin Lo? Kalau emang lo gak bisa balik, seengaknya kasih mereka kabar supaya mereka gak terlalu khawatir sama Lo. Gue yakin banget kalau mereka lagi nunggu kabar dari lo."

"Haru, jangan bahas ini ya, ganti topik yang lain aja." Lirih Jake mengalihkan pembicaraan nya.

Laki laki yang bernama Haruto itu hanya bisa menghembuskan nafasnya.

"Terus, gimana kondisi lo? Ada perkembangan?"

"Cukup baik, dan lumayan banyak perkembangan. Gimana sama Ruto? Ada perkembangan juga kah?" Tanya Jake balik.

Haruto terdiam, seketika wajahnya menjadi sendu, dia menunduk kan kepalanya, membuat Jake bingung melihat nya.

"Kenapa? Muka Haru kok sedih?"

"Gak ada perkembangan apapun, kondisi gue semakin hari semakin hancur, gak ada yang baik satupun. Sel kanker yang ada di tubuh gw semakin hari semakin meluas. Gue cape banget jake, gue gak ada semangat buat hidup sama sekali. Hidup gue udah hancur, gak akan kembali utuh."

"Hey! Haru gak boleh ngomong gitu, kita sama sama pejuang kanker, tapi haru liat? Jake udah banyak perkembangan, karna apa? Karna Jake yakin dan semangat kalau Jake pasti bakal sembuh. Jadi, haru harus tetep semangat dan yakin kalau haru bakal sembuh. Mungkin memang sedikit peluang nya, tapi Jake yakin, keajaiban itu pasti ada."

"Karna kanker lo masih ringan, jadi banyak peluang buat lo sembuh. Sedangkan gue? Mustahil rasanya buat gue sembuh lagi."

"Gue gak punya siapa siapa lagi, keluarga, temen, semuanya udah hilang. Gue sendiri disini berjuang buat hidup gue. Dan rasanya sia sia gue berjuang buat hidup, pada akhirnya gue juga bakal pergi."

"Sekarang haru gak sendiri lagi, ada Jake disini. Jake bakal nemenin haru kapanpun haru mau, haru butuh sandaran? Butuh temen cerita? Jake pasti bakal selalu ada buat haru. Ayo kita berjuang bareng bareng!"

Jake menggenggam erat tangan Haruto yang dingin itu, dengan senyuman nya yang manis, mencoba mengalirkan semangat pada Haruto.

Haruto terdiam lalu tersenyum simpul. Dia membalas genggaman tangan Jake. Setidaknya ada seseorang yang membuat nya mencoba untuk tetap hidup.

"Gue boleh peluk lo? Sekali aja, gue bener bener udah lama gak ngerasain apa itu pelukan."

Tanpa berbicara apapun, Jake langsung merentangkan kedua tangannya, dan Haruto langsung memeluk erat tubuh Jake.
Badan Jake hangat, dia sudah lama tidak merasakan hangatnya pelukan.

"Ayo kita berjuang Jake! Makasih, berkat lo gue yakin gw pasti bisa sembuh, walaupun mustahil."

Jake hanya tersenyum tipis, dia bisa merasakan badan Haruto yang bergetar. Seperti nya Haruto menangis.

"Haru nangis?" Jake ingin melepaskan pelukannya, karna ingin memastikan apakah benar Haruto menangis? Tapi dengan cepat Haruto menahan nya dan langsung mengerat kan pelukannya.

"Jangan di lepas dulu, gue masih pengen kaya gini." Ucap nya cepat.

Jake terdiam membeku, tapi dia hanya pasrah, dia mengusap usap punggung Haruto menenangkan laki laki itu.














_._


Jake

Me
Jake, gimana hari ini? Lo baik kan?-
Gue harap lo baik baik aja-
Kaya biasa, gue cuma mau bilang kangen-
Gue kangen bngt sama lo Jake-
Tungguin gue kesana ya-
Gue mau ujian dulu-
Jake-
Cepet balik-


Hari ini, hari pertama sunghoon ujian, sebelum ujian di mulai, sunghoon terlebih dulu memberikan pesan chat kepada Jake. Entah sudah beribu-ribu pesan yang dia kirim, dia tidak peduli. Dia tetap mencoba mengirimi dan menelfon Jake setiap hari, walaupun tidak ada balasan.

"Woy! Gimana semalem? Belajar gak lo?" Jay tiba tiba datang dan langsung menggeplak bahu sunghoon.

"Kagak! Gue males ngapa-ngapain semalem."

"Bohong Mulu lo mah, bilang gak belajar, tapi nanti nilai lo bagus."

"Terserah kalau lo gak percaya." Decak sunghoon.

Jay hanya memutar bola matanya malas, lalu dia bergegas duduk di kursinya, karna guru sudah masuk ke dalam kelasnya.

"Selamat pagi semuanya! Hari ini hari pertama kalian ujian, dan ibu harap, kalian semua mendapat kan nilai yang bagus dan memuaskan. Nah sekarang ada peraturan baru, untuk yang membawa handphone, ibu akan ambil sementara, selama ujian berlangsung, setelah selesai kalian boleh ambil lagi handphone kalian di depan meja."

Semua murid di kelas itu mengangguk paham, guru itu langsung menghampiri satu persatu meja murid untuk mengambil handphone nya. Dan tiba saat di meja sunghoon...

"Sunghoon, handpone nya?"

"Maaf Bu, bisa gak handphone saya gak usah di kumpulin? Saya gak bakal nyontek kok Bu, janji deh."

"Loh emangnya kenapa? Ibu cuma sumpah handpone kamu selama beberapa jam doang, setelah itu kamu bisa ambil lagi."

"Tapi Bu, saya gak bisa lepasin handphone saya, saya takut Jake nanti chat atau telfon saya Bu. Boleh ya Bu??" Ucap sunghoon memohon.

"Sunghoon, ini udah peraturan sekolah, dan gak bisa di langgar. Lagipula mana mungkin Jake nelfon kamu di saat saat seperti ini. Sini handpone nya!"

"Gak bisa Bu." Tolak sunghoon.

"Park Sunghoon!! Kamu mau kasih handpone kamu atau ibu keluar kan dari kelas supaya gak bisa ikut ujian!!"

Jay yang duduk di belakang sunghoon, menjadi deg degan sendiri melihatnya, benar benar keras kepala.

Sunghoon ragu dan bingung. Dia menoleh ke arah tempat duduk Jake yang kosong. Iya kosong, sunghoon yang melarang agar tidak ada satupun murid yang menduduki tempat duduk Jake.

Dia melihat Jake! Dia melihat Jake duduk di kursi itu, di sana Jake hanya diam mengangguk seolah olah membiarkan sunghoon memberikan handpone nya kepada guru. Setelah itu seperti biasa, dia hilang.

Sunghoon mengehela sedih. Lagi lagi dia seperti itu.
Dia menoleh kan kepalanya ke arah guru lagi, dan langsung memberikan handpone nya tanpa berbicara apapun.

"Gue kangen sama lo jake."

Cold [SUNGJAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang