Hidupku hanya sebagai beban bukan keistimewaan.
_I'm Strong_
Suara tangis yang tertahan memenuhi ruangan kamar bercat putih milik Echa, fisik dan mentalnya lelah menghadapi semuanya.
Satu jam yang lalu, Ayahnya pulang dengan membawa kemarahan, menyalakan Echa karena telah membuat Sherly patah hati. Kata-kata Erin ternyata tidak berpengaruh pada Raja, bukannya membela anak kandungnya sendiri, laki-laki itu justru membela Sherly dan menuduh Echa dengan perkataan pedasnya.
Rasa sakit karena di tampar berkali-kali tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya. Sakit fisik yang di timbulkan keluarganya tidak setara dengan sakit mentalnya.
Echa terduduk di balik pintu kamarnya, menangis dengan diam sembari memukul dadanya yang begitu sesak. Suara rayuan Ayahnya dari lantai bawah masih bisa Echa dengar dari kamarnya, beberapa kali suara gelak tawa itu terdengar lalu di susul dengan suara cempreng milik Sherly.
Echa ingin merasakan pelukan hangat Ayahnya seperti dulu, tapi itu hanya angan-angan saja. Kadang Echa merasa iri dengan teman-temannya yang begitu di prioritaskan oleh orang tua mereka. Mengapa Echa tidak seperti mereka yang di sayangi dan begitu di istimewakan? Apa dirinya memang tidak pantas untuk mendapatkan kasih sayang? Apa Echa hanya beban di keluarganya?
Echa memeluk kedua lututnya, menelungkupkan kepalanya di antara kedua lututnya sambil terisak pilu. Hari-harinya di penuhi dengan goresan luka yang perlahan menghancurkan hatinya. Apa masih bisa Echa mengharapkan kebahagiaan di saat keadaan semakin menentang?
✨✨✨
Hari demi hari berlalu begitu cepat hingga kelas sebelas dan kelas sepuluh di liburkan karena Ujian Nasional akan dimulai.
Tepat hari ini, hari pertama memulai Ujian Nasional. Sebelum memasuki ruang kelas, Alden sempat berbicara lewat ponsel pintarnya, setiap kata-kata yang keluar dari bibirnya membuat seseorang di seberang sana mengiyakannya. Semua rencana yang ia susun harus terungkap hari ini, apapun alasannya.
"Lo udah tau tugas lo?"
"...."
"Kumpulin semua buktinya, hari ini semuanya harus terungkap, dia harus menyesal."
"...."
"Gue tunggu hasil kerja lo tiga jam dari sekarang, kalau nggak ada lo bakalan tanggung akibatnya."
Tut.
Saat bel berbunyi, semua peserta ujian Nasional memasuki ruangan masing-masing, Alden bergegas masuk ke ruangannya setelah memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
✨✨✨
08.30
"ECHA!!!"
Teriakan Sarina menggema ke seluruh ruang kamar bercat putih. Teriakan itu berhasil membangunkan sang pemilik kamar. Terhitung tiga jam saja Echa tertidur nyenyak, setiap ingin tertidur, Echa pasti mimpi buruk, mimpi yang selalu membuatnya terisak di tengah malam.
"Jam segini kamu masih enak-enakan tidur!" bentak Sarina menatap Echa tajam.
"Maaf Bu," ucap Echa dengan suara seraknya.
"Bangun kamu, di rumah ini nggak ada pembantu. Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?" perintah Sarina.
"Tapikan--"
"Nggak ada tapi-tapian, hari ini tukang bersih-bersih nggak datang. Jadi, kamu yang gantiin," tegas Sarina, wanita separuh baya itu berlalu keluar kamar Echa tidak lupa menutupnya dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Strong[Echa] AND
Teen Fiction[Awas emosi!] "Hidup ini indah. Tapi, dimana letak kebahagiaan itu?" Resha Ratu Tresyia. Panggil saja Echa, gadis berhati baja yang selalu menunjukkan wajah cerianya meski takdir sedang mempermainkannya. Hidupnya tak seindah dengan harapannya. Menga...