Level tertinggi mencintai adalah merelakan. Tapi, Mengapa rasanya sangat sakit.
_I'm Strong_
"Saya mencintai kamu sebelum kamu mengenal saya." Pernyataan Deva membuat Echa membelalakkan matanya.
"Bahkan sebelum kamu dekat dengan Alden, saya sudah mencintai kamu," ungkap Deva, "Apa kamu juga mencintai saya?"
Deg.
___
Tubuh Echa mematung mendengar ungkapan Deva. Echa tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya, baginya Deva adalah seorang pelindung yang ia anggap sebagai seorang Kakak.
Matahari sudah sepenuhnya tenggelam, loreng-loreng berwarna oranye di langit perlahan terganti oleh langit malam, lampu-lampu di tepi danau menyala menerangi area tempat Echa dan Deva duduk.
Dengan perlahan Echa bertanya, "Ka--kak suka sama aku?"
"Saya suka sama kamu sejak dulu, awal kamu masuk ke SMA Gelantik saya sudah memperhatikan kamu, meskipun dari jarak jauh," lontar Deva.
Echa kembali terdiam, gadis itu hanya mampu menunduk. Apa yang harus ia katakan sekarang.
"Apa kamu mau jadi pacar saya, Echa?"
Jika kalian di posisi Echa, kalian akan memilih siapa? Sungguh berada dalam situasi ini membuat Echa seperti orang bodoh.
"Maaf, Kak," lirih Echa.
Deva menatap Echa teduh. "Saya butuh jawaban bukan kata maaf."
Echa menundukkan kepalanya semakin dalam. "Tap--tapi ak--aku sudah berpacaran dengan Kak Alden."
Hancur. Benteng pertahanan Deva hancur berkeping-keping, semua harapannya pupus, sahabatnya ternyata sudah bergerak lebih jauh hingga ia tertinggal. Lelaki itu menelan ludah perih, sesakit ini kah mencintai seseorang yang malah mencintai orang lain.
"Aku sudah menganggap Kak Deva sebagai Kakak aku sendiri," lanjut Echa berusaha memberikan jawaban yang tepat.
Diam. Deva hanya mampu terdiam mencerna setiap perkataan Echa, cowok itu menatap langit yang hampa, sama persis dengan isi hatinya yang hampa tanpa pemilik.
"Kita pulang sekarang saja," putus Deva segera berdiri dari duduknya, suaranya tidak sama lagi seperti tadi. Suara yang mengisyaratkan rasa kekecewaan.
Echa mengangguk lalu mengikuti langkah Deva yang terburu-buru. Tak ada lagi pembicaraan yang menyertai perjalanan keduanya, hanya keheningan yang menemani mereka hingga mobil Deva menepi di depan gerbang rumah Echa.
"Makasih Kak," ucap Echa tak mampu menatap mata elang Deva yang memancarkan aura dingin.
"Hm," gumam Deva, kedua tangannya mencengkeram kuat setang mobil.
"Sekali lagi maaf, Kak," lirih Echa lalu membuka pintu mobil Deva.
Selepas kepergian Echa, Deva tak mampu lagi membendung emosinya, cowok itu mengusap wajahnya kasar.
"Arrggghh," teriak Deva sembari memukul setang mobilnya.
Mengapa rasanya sangat sakit. Bertahun-tahun ia memendam perasaannya untuk Echa dan ketika gadis itu sudah dekat dengannya, ia harus menelan pil pahit, Echa sudah berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Rasanya mustahil tapi, itulah kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Strong[Echa] AND
Fiksi Remaja[Awas emosi!] "Hidup ini indah. Tapi, dimana letak kebahagiaan itu?" Resha Ratu Tresyia. Panggil saja Echa, gadis berhati baja yang selalu menunjukkan wajah cerianya meski takdir sedang mempermainkannya. Hidupnya tak seindah dengan harapannya. Menga...