Hanya mau mengingatkan untuk tidak terlalu membenci, karena banyak cinta
yang dimulai dari kata benci.-Bintang-
.
.
.Matahari sudah memancarkan cahayanya dari balik jendela kamar, suara ketukan pintu juga terus berulang. Terdengar suara yang sudah mulai putus asa memanggil sang pemilik kamar, tapi sang pemilik kamar masih asik dengan alam bawah sadar.
"Den Bintang!!"
"Den Bintang!!"
"Bangun den-- nanti telat loh." Bibi terus mengetuk pintu kamar Bintang yang sudah terdengar mulai lelah karena Bintang sama sekali tidak merespon.
"Den Bintang udah jam enam lewat!!" Bintang yang mendengar ucapan itu mau tidak mau harus menuntaskan mimpinya dan bergegas membukakan pintu agar bibi tidak terus berteriak seperti di hutan.
"Hmm iya bi-- Bintang udah bangun." suara Bintang yang masih enggan untuk menjawab, "Jaka gak kesini bi?".
"Enggak tuh, dari tadi gak ada yang teriak diluar. "
"Tumben banget tuh bocah." Bibi melihat Bintang yang malah bersandar diambang pintu kamar, bibi akhirnya berusaha mendorong Bintang untuk segera bersiap-siap. karena jika tidak Bintang pasti akan mendapat masalah lagi.
"Eh iya bi, Bintang langsung mandi, jangan dorong-dorong dong bi!" Bintang akhirnya langsung bergegas ke kamar mandi untuk menghindari bibi yang hampir mengamuk. Bibi hanya bisa menggelengkan kepalanya "saat masih ada nyonya sepertinya Den Bintang tidak pernah telat bangun, tapi kenapa sekarang Den Bintang malah sering sekali telat." Batin bibi yang bicara.
Sekitar 10 menit akhirnya Bintang turun ke bawah dan langsung menghampiri motornya, Ia berniat untuk langsung menancap gas saat melirik jam tangannya yang sudah menunjukan jam 6.20 yang berarti Ia hanya punya waktu sepuluh menit untuk terhindar dari omelan Pak Indra.
Siapa sangka di perjalanan dari rumah ke sekolah yang tidak begitu jauh, Bintang hampir menabrak orang, alhasil Ia harus ikhlas bahwa dirinya akan kena hukuman dari Pak indra karena telat, lagi.
"He-- lo tuh bisa bawa motor gak sih? Untung aja tadi gua sempet menghindar, kalau aja gua kenapa-napa pasti udah gua tuntut lo!!" Teriak anak cewek dengan baju seragam yang asing bagi Bintang.
"Oke gua minta maaf, karena gua emang salah udah ngebut di jalanan. Tapi kesalahan bukan 100 persen salah gua, karena lo sendiri juga salah gak nyebrang ditempat seharusnya!"
"Ish ngeselin! Tuh kan gara-gara lo bus yang mau gua naikin udah pergi, pokoknya lo harus tanggung jawab." Bus yang sudah dikejar oleh cewek itu akhirnya meninggalkannya, karena Ia harus mengomel pada orang yang hampir menabraknya.
"Dih-- tanggung jawab apaan, gua aja gak ngapa-ngapain?"
"Pokoknya lo harus bolehin gua buat nebeng ke sekolah bareng lo!"
"Gak mau, lo siapa nyuruh-nyuruh gua?"
"Ayolah-- gak lucu banget baru hari pertama gua sekolah tapi udah telat," mohon Cewek itu.
"GAK NANYA!"
"Sialan lo!!"
"Emang lo sekolah dimana?" Tanya Bintang penasaran.
"Di Sekolah Garuda Bangsa sama kaya lo."
"Koh lo tau gua sekolah disitu?"
"Di baju lo ada logo sekolahnya bodoh!" Bintang yang mendengar perkataan itu sontak langsung melihat baju seragamnya dan benar saja ternyata memang ada logo sekolahnya disitu, "oh iya hehehe." Bintang langsung menghidupkan motornya kembali dan berniat untuk pergi ke sekolah meninggalkan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Bintang | Chenle
Teen FictionJika kehilangan dirinya saja sudah membuat Bintang terluka. Tapi mengapa seakan itu semua tidak cukup? Mengapa Tuhan sangat senang mendengar tangisan Bintang. Hingga akhirnya kamu juga memutuskan untuk pergi meninggalkan Bintang.