awal masalah

94 18 21
                                    

Saat bel berbunyi menandakan bahwa waktu untuk istirahat akhirnya datang, sorak senang terdengar dipenjuru sekolah. Ada dua siswi yang menghampiri pelangi dan mengajaknya berkenalan

"Hallo Pelangi, kenalin, nama aku Mika!" ucap salah satu dari mereka, sambung yang lain, "nama aku Adis selam kenal ya."

Pelangi yang merasa disambut hangat oleh mereka membalas dengan senyum ramah dan menerima jabat tangan mereka, "salam kenal juga."

"Kita mau ke kantin, kamu mau ikut nggak?" tanya Mika. Tapi yang membalas malah orang yang duduk di samping Pelangi, "mau ikut dong!" Mika yang mendengar itu hanya memandang Satya kesal.

"Gua gak ngomong sama lo!" Otomatis ucapan itu membuat Satya bungkam, dan dengan tidak sopannya Farrel dan Bintang malah menertawakan kejengkelan Satya.

"Ayo!" Tanpa menunggu jawaban Pelangi, Adis sudah menarik tangan Pelangi untuk ikut bersamanya.

Kini Bintang seperti tengah menghadapi proses persidangan, Ia diserang dengan banyaknya pertanyan-pertanyan dari kedua temannya.

"Jadi cewek yang berangkat bareng sama lu tadi pagi, Pelangi?" tanya Farrel. Pertanyaan itu hanya mendapat anggukan dari Bintang.

"Lu kenal sama pelangi?"

"Lu kenal sama pelangi dimana?"

"Kok Pelangi bisa bareng sama lu?"

Bintang hanya diam tak bersuara "sejak kapan gua punya temen se-bawel ini" batinnya. Bintang yang terlalu malas untuk menjawab lebih memilih untuk pergi.

"Udah lah gua mau ke kentin bareng Jaka aja!" kilah Bintang.

"Woy mau kemana lu!" teriak Farrel.

"Bin tungguin!!" pekik Satya.

Bintang Tidak berbohong tentang ingin ke kantin bersama Jaka, karena kini Ia sudah berada di dalam kelas Jaka.

"Mau ke kantin nggak?" tanya Bintang dan mendapat anggukan dari Jaka.

"Bin lu tau gak sih?" tanya Jaka.

"Enggak, kan lu belum ngomong," ucap Bintang seadanya.

"Motor gua udah balik dong!" ujar Jaka kegirangan.

"Serius? Selamat ya gua ikut seneng," Bintang menepuk-nepuk pundak Jaka seakan-akan ikut merasakan kebahagian itu. Motor Jaka sebelumnya disita oleh ayahnya karena nilai Jaka yang terus turun, tapi entah apa yang mengubah pola pikir ayahnya hingga akhirnya memperbolehkan kembali Jaka manaiki motornya.

"Oh jadi itu alasannya lu tadi nggak kerumah gua?" tanya Bintang.

"Iya hehehe, akhirnya gua gak perlu darah tinggi pagi-pagi karena nunggu lu!" jawab Jaka. Bintang hanya memutar bola matanya malas.

"BINTANG!! WOY TUNGGU!!" teriak Farrel. datang menghampiri dari ujung koridor dengan napas ngos-ngosan. Jaka yang tak mengerti tentang situasi ini hanya dibuat bingung.

"Lo pada kenapa? ngapain lari-larian, Lagi balapan?" tanya Jaka polos.

"Enggak, lagi ngejar maling!" jawab Satya sembarangan dan dengan bodohnya Jaka malah mengangguk percaya.

"Ihs bodoh pisan." Satya menoyor pala Jaka pelan. Bintang dan Farrel hanya menyaksikan kebodohan Jaka dan Satya pagi ini.

"Jaka lu tau tentang kabar murid baru nggak?" tanya Farrel. Jaka mengangguk karena kabar tentang murid pindahan yang cantik dari Bandung itu memang sudah tersebar luas di sekolah.

"Iya tau, kenapa emangnya?" tanya Jaka balik.

"Tadi pagi Bintang berangkat bareng dia!" tutur Farrel. Jelas Jaka kaget karena sebelumnya Bintang hanya pernah berangkat bersamanya.

Diary Bintang | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang