bagian satu

12.1K 686 6
                                    

"Liv, sori banget yaaa, gue nggak bisa kalo hari ini. Gue baru inget kalo nanti malem ada acara makan-makan sama keluarga gue," ujar Maura pada Oliv dengan tampang merasa bersalah. Pasalnya, tadi pagi Maura sudah terlanjur setuju dengan ajakan Oliv untuk menemaninya ke mall sepulang kuliah nanti.

Bibir Oliv langsung mengerucut sebal. Padahal ia sudah menanti-nantikannya sejak tadi. Hari ini adalah hari terakhir dilaksanakan UAS, dan Oliv sangat ingin merayakan hal itu. Hitung-hitung sebagai salah satu bentuk self reward atas usahanya selama satu minggu ini. "Kok bisa-bisanya lo lupa, sih?" gerutu Oliv. "Ah, nyebelin lo! Padahal gue udah nungguin banget dari tadi!"

Maura meringis pelan. Ia mengaku salah dan sangat memaklumi reaksi Oliv yang seperti itu. "Nyokap gue bilangnya dari minggu lalu, ya gimana gue nggak lupa?" jelas Maura. "Dan gue juga baru inget tadi pas nyokap chat gue."

"Terus gimana, nih? Masa gue ke mall sendiri?"

"Duh, ganti hari aja deh, Liv. Besok, gimana? Kan besok weekend, kita bisa pergi dari siang juga."

Meski masih merasa kesal dengan Maura yang mendadak membatalkan rencananya hari ini, tapi usulan sahabatnya itu ada benarnya juga. Semestinya waktu yang sangat tepat untuk jalan-jalan memanglah saat weekend. Tadinya Oliv ingin langsung pergi selepas ujian mata kuliah terakhir karena ia ingin cepat-cepat me-refresh kembali otaknya yang nyaris meledak akibat soal-soal memuakkan itu.

Tapi jika Maura benar-benar tak bisa menemaninya, mau bagaimana lagi? Oliv juga tak mungkin memaksanya. Acara keluarga tentu lebih penting.

"Iya deh, iya, gue ganti jadi besok," putus Oliv pada akhirnya. Dan setelahnya tatapan mengancam pun ia layangkan. "Awas aja kalo batal lagi. Gue bakal musuhin lo selama satu semester!"

"Gila lo ya, tega bener mau musuhin gue sampe enam bulan." Maura memasang wajah pura-pura sedih, lalu detik berikutnya tawa perempuan itu menguar. Sembari menepuk-nepuk bahu Oliv dan memeluknya singkat, ia berkata, "Tenang, nggak akan jadi wacana doang, kok. Kalo gitu gue duluan ya, Liv. Nyokap gue udah cerewet banget dari tadi nyuruh gue pulang."

"Ya udah, hati-hati bawa motornya, Ra!"

Setelahnya, Maura meninggalkan Oliv di kelas. Sendirian. Semua teman sekelasnya sudah menyelesaikan ujian sejak tadi dan langsung meninggalkan ruangan tersebut saat itu juga. Oliv benar-benar bingung harus melakukan apa sekarang. Kalau pulang, Oliv pasti akan bosan di kos. Mengingat ia memilih tempat kos yang agak jauh dari kampus, penghuni di sana rata-rata adalah perempuan yang sudah bekerja dan juga mahasiswi dari kampus lain. Dan Oliv tidak begitu dekat dengan mereka.

Ah, ya udah deh, mending pulang aja. Lagian nggak asik kalo main tapi nggak ada temen, batin Oliv. Perempuan itu pun membuang napas panjang lantas beranjak untuk meninggalkan kelas.

Tak jauh dari ruangan itu, Oliv menemukan salah teman sekelasnya berdiri di sana, tampak tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon.

"Keisha?" panggil Oliv setelah perempuan yang ia panggil Keisha itu telah selesai dengan urusannya. Oliv memang tidak begitu dekat sih, dengan Keisha. Tapi bukan berarti mereka tidak pernah mengobrol juga. Dan berhubung Keisha memang tipe orang yang mudah akrab dengan siapa saja, Oliv sama sekali tak merasa canggung.

Keisha membulatkan kedua mata saat melihat keberadaan Oliv. "Loh, lo masih di sini, Liv?" tanya perempuan itu.

Oliv menyengir. "Iya, ini baru aja mau pulang. Lo sendiri? Gue kira udah pulang dari tadi bareng anak-anak yang lain."

"Gue habis dari toilet, terus baru inget kalo temen yang mau nganter gue pulang ada latihan futsal buat turnamen Senin nanti. Jadi, yah, gue harus nungguin dulu."

"Oh? Futsal? Jadi, habis ini lo mau ke GOR?" tanya Oliv yang entah kenapa merasa tertarik. Ia sendiri pernah mendengar bahwa tim futsal dari UKM di kampusnya akan mengikuti turnamen dengan tim dari beberapa kampus lain.

Keisha mengangguk. "Iya. Latihannya baru aja dimulai."

"Gue boleh ikut, nggak?" tanya Oliv dengan mata berbinar.

"Eh?" Keisha mengernyit, tak menyangka Oliv akan mengatakan hal itu. "Ya boleh, sih ... tapi, takutnya lo bakal bosen. Mereka kalo latihan lumayan lama juga, loh."

"Nggak masalah! Justru gue bakal lebih bosen kalo diem di kosan sendirian. Hehe."

"Oh, ya udah kalo gitu. Bagus juga deh, gue jadi ada temen ngobrol."

Mereka berdua pun segera meninggalkan gedung jurusan menuju GOR yang masih berada di area kampus. Bersamaan dengan Oliv yang tiba-tiba saja kepikiran mengapa ia sampai mengikuti Keisha seperti ini. Yah, mungkin melihat anak-anak futsal memang akan membosankan, dan kemungkinan besar tidak ada yang Oliv kenal di sana.

Tetapi, kehadiran Keisha rasanya sudah sangat cukup. Setidaknya Oliv tidak sendirian.

author's note:

holaaa!

aku kembali lagi dengan cerita baruuu hehehe. dan kalo kalian pernah baca ceritaku yang judulnya rasa dan karsa, pasti kalian udah tau beberapa tokoh di sini. ada keisha dan rezka juga, loh.

tapi, cerita ini bakal fokusnya ke oliv - arlan aja. mereka pernah muncul sebentar di rasa dan karsa.

alasan aku bikin cerita ini karena gabut aja sebenernya, dan sebagai pengalihan juga karena kuliah bikin stress huhu. dan aku tiba-tiba keinget oliv - arlan, jadi aku mutusin untuk bikin cerita mereka deh.

semoga kalian suka yaaa. sampe ketemu di bab selanjutnya! ❤

with love,

dindaarula.

(13 april 2021)

Hey, Olivia! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang