bagian delapan belas

2.8K 358 3
                                    

Apa yang terjadi di acara resepsi pernikahan kemarin membuat Oliv merasakan kecanggungan nyata antara dirinya dan Arlan--meskipun laki-laki itu tidak terlalu menunjukkannya.

Sehari setelahnya, Oliv masih bisa bernapas lega karena ia tidak perlu bertemu dengan Arlan. Namun, dua hari setelahnya yang mana adalah hari ini, Oliv dibuat terkejut kala Arlan mengirimkan chat yang isinya menanyakan alamat rumah Oliv. Perempuan itu mulai panik. Untuk apa Arlan melakukannya?

Untuk mengetahui lebih jelasnya, Oliv pun segera memberi balasan.

Olivia Maier:
Buat apa alamat rumah gue?

Tak butuh waktu lama, Arlan langsung menjawabnya.

Arlan Dewangga Putra:
Buat jemput lo
Tadi nyokap lo minta gue buat nemenin lo jalan2

Olivia Maier:
Hahh?
Nyokap gue???

Arlan Dewangga Putra:
Iya
Waktu itu kan sempet minta nomor gue

"Astaga, Ma ...." Oliv benar-benar tidak mengetahui bahwa Mama sempat meminta kontak Arlan pada hari itu. Jika sudah kembali ke perantauan nanti, Oliv yakin sang mama akan mulai meneror Arlan jika dirinya sama sekali tidak memberi kabar.

Ponsel di genggaman Oliv tiba-tiba bergetar panjang, dan ia langsung melihat nama Arlan yang terpampang di layarnya. Oliv berusaha tenang sebelum memutuskan untuk menjawab telepon tersebut.

"Halo?" sapa Oliv kasual.

Bukannya membalas, Arlan langsung saja melontarkan pertanyaan, "Jadi, rumah lo di mana? Gue udah di jalan, lama banget lo balesnya."

Oliv sontak membelalak. "Hah? Serius lo?" Belum sempat Arlan menjawabnya, Oliv menambahkan, "Duh, Arlan, kalo lo sebenernya nggak mau nggak usah maksain. Nggak usah nurutin banget apa kata nyokap gue deh, beneran."

"Maksud lo gimana?" tanya Arlan bingung.

"Gue takutnya lo merasa terbebani gara-gara nyokap gue ...."

Beberapa detik berselang, tawa Arlan pun berderai singkat. "Kenapa gue harus merasa terbebani? Selama nggak merugikan gue ya gue fine-fine aja," tukas laki-laki itu, kemudian ia menambahkan, "dan kalo gue emang nggak mau, gue pasti udah nolak juga dari tadi. Sekarang gue udah dalam perjalanan, itu artinya apa?"

Oliv menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Hng, lo nggak keberatan kalo jalan-jalan sama gue?"

"Gue juga butuh refreshing, Olivia. Gue nggak masalah juga kalo harus pergi sama lo."

Suara Arlan yang menyebut nama depannya secara lengkap seketika terngiang di telinga Oliv, padalah itu bukan yang pertama kali. Hanya saja, situasi kali ini sudah berbeda, dan Oliv tidak bisa menyangkal bahwa karena hal sederhana seperti itu saja nyatanya mampu membuat jantungnya kembali berulah.

Oliv menarik napas dalam. "Oke," pungkasnya, "nanti gue share live location aja."

"Oke," jawab Arlan singkat.

Setelahnya, tanpa persetujuan Arlan, Oliv langsung mematikan sambungan. Perempuan yang kini masih memakai piyama dan menonton kartun di televisi itu pun buru-buru naik ke lantai dua menuju kamarnya. Dengan cepat ia menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.

Hey, Olivia! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang