awal

2.1K 97 4
                                    

Hai...
Maaf ya kalo banyak typo. Soalnya ini cerita pertama aku. Kalo ada yang salah atau apapun itu silahkan komen ya. Jangan lupa di vote. Sekian terimakasih 🙏

Happy Reading**
••••

Dikediaman pak Farhan

Pagi ini keluarga Pak Farhan akan menjemput putri mereka satu-satunya yang berada di pesantren. Farhan Busyroh atau kerap dipanggil Farhan yang memiliki istri bernama Arifah Alya Busyroh. Dan mereka memiliki 2 anak, satu putra dan 1 putri. Putra sulung mereka Mereka bernama Rafala Zeroun yang biasa dipanggil Rafa dan putri bungsu mereka bernama Azarine Azzuhra yang biasa dipanggil Arin. Mereka bertiga berangkat ketika jarum jam menunjukkan pukul 08.00. Mereka sengaja berangkat pagi, karena jarak pesantren dengan rumah mereka tidak dekat.

Setelah menghabiskan sekitar 3 jam perjalanan, akhirnya mereka bertiga sampai pada tujuan.
Mereka langsung saja memakirkan mobil mereka. Nah yang berada di pesantren adalah putri mereka, kenapa yang putra mereka tidak di pesantren? Ya biasalah namanya juga cowo.

Setelah selesai memarkinkan mobil mereka segera turun dari mobil dan menuju ruang kunjungan.

"Assalamu'alaikum." Ucap mereka bertiga kompak ketika sudah berada di depan pintu

"Waalaikumsalam" Jawab ustadzah Nira sambil tersenyum dan mempersilahkan mereka duduk.

Mereka berempat berbincang-bincang ralat mereka bertiga karena Rafa sibuk bermain ponselnya. Tidak sopan memang.

Orang tua Arin memberi tahu maksud dari tujuan mereka yang datang tiba-tiba.

Ustadzah Nira awalnya cukup kaget mendengar alasan mereka datang kemari, tetapi setelah menjelaskan semuanya ustadzah Nira paham.

"Nak Silvi! Tolong panggilkan nak Arin ya, bilang kalau ada orang tuanya dan ditunggu di ruang kunjung". Suruh ustadzah Nira kepada silvi yang tak sengaja melihat Silvi berjalan di depan ruang kunjung.

" Iya ustadzah" Jawab Silvi sambil tersenyum.

"Assalamu'alaikum. Arin kamu dipanggil sama ustadzah Nira katanya ada orang tua kamu di ruangan kunjungan". Ucap silvi salah satu teman asramanya.

" Oh iya makasih ya udah dibilangin" Balas Arin sambil tersenyum ramah.

Arin segera bangun dari tempat duduknya dan meletakkan Al-Qur'an yang dia baca tadi di atas meja.

Kalian salah besar kalau Arin hanya sekedar membaca Al-Qur'an tetapi dia juga mengulangi hafalannya. Dia sudah hafal Al-Qur'an dan baru saja khatam. Arin mulai menghafalnya
Kelas 10 semester satu dan ia baru saja khatam pada tahun ini atau kelas 11 semester 2. Sangat singkat bukan? Ya memang itulah kadar kecerdasan Arin memang diatas rata-rata, kalau soal IQ jangan ditanyakan lagi.

Kadang ada juga yang iri dengannya, karena baru saja mondok atau anak baru dan bisa khatam secepat itu.

Pesen untuk kalian aja nih ya, kalau kalian mau hafalan Qur'an itu jangan ragu-ragu untuk menghafalnya. Kumpulin niat dulu kalau niat kalian kuat pasti hafalannya nggak kerasa sulit. Tuh kata Arin pokoknya tetep sabar sama istiqomah satu lagi jangan pernah mengeluh.

Setelah sampai didepan pintu ruang kunjung Arin mengernyit bingung karena disana juga ada abangnya.

Tidak mau berlama-lama berfikir dia langsung masuk tidak lupa mengucap salam.
Orang yang ada didalam ruangan tersebut menoleh kearah pintu masuk, tak lupa menjawab salam disertai senyuman.

"Sini nak". Ucap Farhan, ayah Arin.

Arin tersenyum dan segera duduk untuk bersalaman dengan kedua orang tuannya jangan lupakan juga dengan abangnya ye.

" Tumben-tumbenan ayah sama bunda kesini" Kata Arin menatap kedua orang tuannya.

"Emang ayah sama bunda gak boleh nih kesini?" Tanya Arifah, bunda Arin.

"Bukan gitu bunda, kan biasanya 3 bulan sekali kesini lah ini baru 2 bulan udah kesini lagi". Arin menatap abangnya sebentar "Sama abang Rafa juga, kan biasanya gak mau ikut" Lanjut Arin.

Rafa yang mendengar namanya disebut menoleh pada pelakunya.
"Gue juga ogah kali kesini kalau gak dipaksa sama bunda mending main sama temen-temen gue" Ucap Rafa sedikit sewot.

Arin yang mendengar itu menganggukan kepala.
"Abang emang gak kangen sama Arin?" Tanya Arin.
"Gak" Singkat Rafa.
"Iih, yaudah" kata Arin tak peduli

Rafa terkekeh pelan "sini" Kata Rafa sambil menepuk sofa kosong disebelahnya. Arin dengan senang hati mengikuti perintah abangnya.

Rafa memeluk adik satu-satunya itu dengan erat dan dibalas tak kalah erat oleh Arin.
Orang yang berada disana tersenyum melihat tingkah laku keduanya.

Pelukan mereka terlepas setelah mendengar deheman sang ayah.
"Hmm, jadi gini nak kedatangan kita disini untuk jemput kamu buat pulang kerumah sekaligus boyong dari pondok." Ucap Farhan.

"Hah, gimana yah Arin gak salah denger?!" Arin terlonjak kaget.

"Iya sayang kamu gak salah denger. Ayah, bunda sama abang kesini buat jemput kamu" Kata Arifah. "Kamu hafalannya juga sudah selesai kan" Lanjut Arifah

Arin mendongak dengan tatapan sendu. Dirinya memang sudah selesai hafalannya tapi dia juga masih ingin tetap disini sampai lulus.
Orang yang berada disana ikut sedih melihat Arin.

"Sebenarnya kita juga nggak mau nak, tapi semua ini permintaan dari kakek dan nenek kamu" Ucap Farhan.

"Nak Arin ikuti perintah ayah sama bunda kamu ya, jangan membantah ini juga demi kebaikan nak Arin" Giliran ustadzah Nira yang berbicara.

Sedangkan Rafa sudah memalingkan pandangannya kearah lain, dia paling tidak bisa melihat adiknya itu sedih.

Arin menghembuskan nafas pasrah sebelum akhirnya dia bicara "iya Arin bakal ikut pulang sama kalian. Tapi ada syaratnya...." Arin menggantungkan ucapannya "kalian harus izinin Arin kalo Arin mau kesini!".

Kedua orang tua Arin tersenyum "pasti bakal kami izinin, kami gak larang kamu buat datang kesini" Ucap Farhan.

"Yaudah Arin sekarang mau beres-beres dulu sekalian pamit sama temen-temen Arin".
Orang tua Arin hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah 30 menit menunggu kedatangan Arin mereka melihat Arin yang berada di ambang pintu sambil membawa dua tas yang berukuran.

" Sudah?" Tanya Arifah
Arin hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Ya sudah, sekarang kita pulang" Kata sang ayah.

Mereka berpamitan kepada ustadzah Nira. Hanya bunda Arifah saja yang berjabatan tangan. Sedangkan Farhan dan Rafa tidak karena bukan mahramnya.

Sekarang giliran Arin yang berpamitan. Arin memeluk ustadzah Nira.
"Jaga diri baik-baik nak Arin, turuti terus apa yang di katakan orang tua kamu jangan pernah membantah omongan mereka. Ingat surga kamu ada di telapak kaki ibumu. Ridho Allah, ridho orang tua kamu" Nasihat ustadzah Nira.

Arin tersenyum mengangguk setelah pelukan mereka terlepas.

Setelah mereka berpamitan mereka segera pulang kerumah.

••••

Sekedar info
Muhrim sama mahram itu beda ya

Muhrim: orang yang berihram dalam ibadah haji sebelum melakukan tahallul

Mahram: Orang-orang yang merupakan lawan jenis kita dan haram untuk untuk menikah dan bersentuhan karena sebab tertentu.

Jadi kalian jangan sampai keliru ya..

Jangan lupa buat follow dan vote ya👍
Salam dari author...

AZARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang